Metode dan Desain Penelitian

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik Skor Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik A B C 4 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar meskipun kekurangan dari segi bahasa Melukis gambar secara lengkap dan benar Membuat model matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan namun ada sedikit kesalahan 3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, namun ada sedikit kesalahan Melukiskan gambar secara lengkap namun ada sedikit kesalahan Membuat model matematika dengan benar, namun dalam melakukan perhitungan hanya sebagian benar 2 Penjelasan secara matematis masuk akal namun hanya sebagian yang lengkap dan benar Melukiskan gambar namun kurang lengkap dan benar. Membuat model matematika dengan benar, namun dalam melakukan perhitungan hanya sebagian benar 1 Menunjukan pemahaman yang terbatas baik isi tulisan, diagram, gambar, atau tabel maupun penggunaan model matematika dan perhitungan Jawaban yang diberikan menunjukan tidak memahami konsep, sehingga tidak cukup detail informasi yang diberikan diadaptasi dari Suhartini, 2010 4 Keterangan: A Kemampuan menyatakan ide secara tertulis dalam memberikan jawaban permasalahan matematika. B Kemampuan menyatakan ide matematika dalam bentuk gambar. C Kemampuan memodelkan permasalahan matematik secara benar, kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi yang lengkap dan benar.

F. Analisis Instrumen

Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik, maka sebelum instrumen digunakan harus terlebih dahulu diujicobakan. Setelah diujicobakan, maka data tersebut dianalisis pada setiap butir soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, 4 Suhartini, Implementasi Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikas Matematik Siswa, Skripsi UPI Bandung, 2010 hal 29 tidak dipublikasikan taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal. Analisis instrumen yang dilakukan adalah:

a. Uji Validitas

Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar ketepatan penelitian terhadap konsep yang dinilai sesuai. Suatu instrumen dikatakan valid bila suatu eksperimen itu mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketetapannya besar, validitasnya tinggi. Validitas suatu instrumen berkaitan dengan untuk apa instrumen itu dibuat. Untuk menguji validitas tiap butir soal, skor-skor yang ada pada item tes dikorelasikan dengan skor total. Perhitungan validitas butir soal akan dilakukan dengan menggunakan rumus Product Moment dengan rumus sebagai berikut: 5            } }{ { 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n r hitung Keterangan: r hitung = koefisien korelasi antara variable X dan Y yang dikorelasikan = banyaknya sampel X = skor item Y = skor total Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan di atas yaitu r hitung dengan r tabel pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan dk = n – 2, dengan ketentuan jika r hitung r tabel berarti butir soal valid, sedangkan jika r hitung r tabel berarti butir soal tidak valid. Hasil perhitungan uji validitas instrumen dapat dilihat pada lampiran 5,

b. Tingkat Kesukaran Soal

Untuk mengetahui bermutu atau tidaknya butir item tes hasil belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki masing- masing butir item tersebut. Butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai 5 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: bumi Aksara, 2009, h. 72 butir item tes yang baik, apabila butir item tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dari setiap butir soal adalah : 6 N S x p m   Keterangan : p = indeks kesukaran  x = jumlah skor tiap butir soal S m = skor maksimum N = jumlah peserta tes Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal sebagai berikut: 7 Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran IK Keterangan p 0,3 Sukar 7 , 3 ,   p Sedang p 0,7 Mudah Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen dapat dilihat pada lampiran 6.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Daya pembeda soal adalah sebagai berikut: 8 D = - 6 Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet ke-3, h. 12 7 Ibid., h.21 8 Ibid, h. 31

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe match mine terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa (quasi eksperimen di SMP Islam al-azhar)

11 106 89

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA (Penelitian Quasi Eksperimen di SMP Madani Depok)

0 8 150

Pengaruh strategi pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa pada sub bab relasi dan fungsi (penelitian eksperimen di SMP 3 Pelabuhan Ratu)

0 22 194

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh strategi pembelajaran react dengan teknik scaffolding terhadap kemampuan koneksi matematik siswa di SMP Negeri 11 Depok

1 9 248

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

4 45 189

Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

0 5 0

PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA :Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 39

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP : Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung.

0 2 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA.

0 2 57