Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.4 menunjukkan kegiatan siswa ketika berdiskusi untuk mengkonstruk pengetahuan mereka dalam memahami konsep. Melalui kegiatan ini siswa dapat terlatih untuk belajar mandiri, saling berdiskusi dan bertukar gagasan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, selain itu pertanyaan- pertanyaan yang dibuat dapat melatih kemampuan komunikasi matematik siswa saat menjawabnya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Kramarski Isrok’atun, 2009 yang menyatakan bahwa aktifitas belajar siswa dalam kelompok kecil memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan komunikasi matematik melalui sejumlah pertanyaan yang terfokus pada 1 sifat permasalahan; 2 membangun pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru, 3 penggunaan strategi yang tepat dalam memecahkan suatu permasalahan. Setelah tahap pemfokusan selesai, selanjutnya adalah tahap tantangan. Pada tahap tantangan siswa menyimpulkan inti permasalahan dari hasil diskusi mereka, siswa menuliskan konsep-konsep materi yang didapat. Kemudian guru menunjuk salah satu kelompok dan meminta perwakilan anggota kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi kepada teman-teman di kelompok lain. Salah satu siswa menjelaskan hasil dari kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain memperhatikan dan diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan apabila ada penjelasan yang tidak dimengerti atau ada perbedaan terhadap hasil yang diperoleh, siswa yang melakukan persentasi berkewajiban untuk menjawab pertanyaan tersebut dan bisa dibantu oleh anggota satu kelompoknya. Kegiatan pada tahap tantangan juga dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya, hal ini sesuai dengan pendapat Ali Mahmudi yang mengungkapkan bahwa ketika siswa ditantang untuk berfikir mengenai matematika dan mengkomunikasikannya kepada orang lain secara lisan atau tertulis, secara tidak langsung mereka dituntut untuk membuat ide-ide matematika itu lebih terstruktur dan meyakinkan sehingga ide-ide itu menjadi lebih mudah dipahami. Setelah siswa tersebut selesai mempresentasikan, kemudian guru memberikan koreksi terhadap materi yang dipelajari. Guru membandingan jawaban siswa pada tahap eksplorasi dengan hasil jawaban siswa pada tahap pemfokusan, selanjutnya guru memberikan penguatan sehingga siswa mendapatkan konsep pengetahuan yang baru. Tahap terakhir adalah tahap aplikasi, guru memberikan soalpermasalahan untuk diselesaikan secara individu. Bagi guru tahap aplikasi dalam model pembelajaran generatif dapat digunakan sebagai evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan, dari tahap ini dapat dilihat apakah siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran atau belum. Selain itu soal-soal yang diberikan pada tahap evaluasi mengacu kepada indikator kemampuan komunikasi matematik, sehingga kemampuan komunikasi matematik siswa akan lebih berkembang lagi. Setelah siswa mengerjakan soal individu, guru bersama siswa membahas soal tersebut kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Tahapan-tahapan yang terdapat pada model pembelajaran generatif mengandung komponen-komponen untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, dalam hal ini sesuai dengan indikator kemampuan komunikasi matematik yang diungkapkan oleh Utari Sumarmo, yaitu 1 Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea atau model matematika; 2 menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan; 3 Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. Setelah kelas eksperimen dan kelas kontrol selesai melakukan pembelajaran dengan carapembelajaran yang berbeda, kedua kelas tersebut diberikan tes kemampuan komunikasi matematik yang sama. Hasil tes kemampuan komunikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematik pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil posttest pada kelas eksperiman dan kontrol diperoleh data ketercapaian indikator kemampuan komunikasi matematik yang disajikan dalam Tabel 4.9. Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata untuk setiap indikator kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Rata-Rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan ketiga indikator kemampuan komunikasi matematik yang diukur pada kelas eksperimen dan kontrol, terlihat bahwa nilai rata-rata pada kelas eksperimen selalu lebih tinggi dari kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen lebih lancar dalam mengungkapkan ide-idenya, selain itu jawaban yang diberikan lebih variatif. Sedangkan siswa pada kelas kontrol mengalami kesulitan dalam menerjemahkan dan memahami masalah yang terdapat pada soal sehingga siswa kesulitan untuk memodelkan permasalahan tersebut dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Secara visual perbandingan nilai rata-rata indikator kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.5: 70.42 67.78 68.34 48.33 49.72 47.08 20 40 60 80 A B C eksperimen kontrol rat a rat a Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik Gambar 4.5 Perbandingan Nilai Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematik Indikator Komunikasi Matematik Skor Ideal Kelas Eksperimen Kelas Kontrol x x Kemampuan menyatakan ide secara tertulis dalam memberikan jawaban permasalahan matematika 100 70,42 34.10 48,33 33.30 Kemampuan menyatakan ide matematika dalam bentuk gambar 100 67,78 32.81 49,72 34,26 Kemampuan memodelkan permasalahan matematika secara benar, kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secara lengkap dan benar 100 68,34 33.09 47,08 32.44 Jumlah 206,54 100 145,13 100 Keterangan: A = Kemampuan menyatakan ide secara tertulis dalam memberikan jawaban permasalahan matematika. B = Kemampuan menyatakan ide matematika dalam bentuk gambar. C = Kemampuan memodelkan permasalahan matematik secara benar, kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi yang lengkap dan benar. Selain dari nilai rata-rata dapat dilihat pula perbedaan jawaban tes yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematik yang diukur. Jawaban yang ditampilkan merupakan jawaban dari salah satu siswa yang mendapatkan nilai tertinggi untuk setiap soal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan komunikasi matematik yang diteliti terdiri atas tiga indikator, yaitu:

a. Kemampuan menyatakan ide secara tertulis dalam memberikan jawaban

permasalahan matematika. Soal posttest untuk mengukur kemampuan menyatakan ide secara tertulis dalam memberikan jawaban permasalahan matematika terdapat pada soal no 1b, 2a, 2b dan 4b. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan komunikasi matematika siswa, berikut ini akan ditampilkan soal masalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7. Hasil kerja siswa menunjukkan bahwa jawaban soal posttest siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa dari kelas kontrol. Hal ini karena siswa pada kelas eksperimen lebih mampu mengkomunikasikan idegagasannya dibanding siswa pada kelas kontrol. Kedua jawaban tersebut sudah benar namun siswa pada kelas eksperimen terlebih dahulu menjelaskan informasi yang terdapat dalam soal, kemudian pada kesimpulan siswa memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikan. Sedangkan siswa pada kelas kontrol menjawab dengan lebih singkat.  Soal nomor 2a: Benar atau salahkah pernyataan berikut. Ukuran sudut lurus sama dengan jumlah dua ukuran sudut siku-siku. Jelaskan jawabanmu Jawaban siswa: Gambar 4.6 Jawaban Posttes Siswa pada Kelas Eksperimen Gambar 4.7 Jawaban Posttes Siswa pada Kelas Kontrol b. Kemampuan menyatakan ide matematika dalam bentuk gambar Soal posttest untuk mengukur kemampuan menyatakan ide dalam bentuk gambar terdapat pada soal no 1a, 3, dan 5a. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan komunikasi matematika siswa, berikut ini akan ditampilkan soal masalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil kerja siswa adalah sebagai berikut.  Soal nomor 3: Gambarlah sebuah garis AB pada diagram cartesius, diketahui titik A 2,0 dan titik B 0,2. kemudian buatlah dua garis yang sejajar dengan garis AB Jawaban siswa: Gambar 4.8 Jawaban Posttes Siswa pada Kelas Eksperimen Gambar 4.9 Jawaban Posttes Siswa pada Kelas Kontrol Dari jawaban di atas, terlihat bahwa siswa sudah mampu menggambar dengan benar. Perbedaannya adalah pada soal ini lebih banyak siswa pada kelas eksperimen yang mampu menggambar dengan benar, sedangkan siswa pada kelas kontrol masih banyak yang keliru dalam memahami soal sehingga mereka belum dapat menggambar sesuai dengan perintah yang terdapat dalam soal.

c. Kemampuan memodelkan permasalahan matematik secara benar,

kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secara lengkap dan benar. Soal posttest untuk mengukur kemampuan memodelkan permasalahan matematik secara benar, kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secara lengkap dan benar. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan komunikasi matematika siswa, berikut ini akan ditampilkan soal masalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil kerja siswa adalah sebagai berikut:  Soal nomor 4a: Sudut A dan B adalah dua sudut saling berpenyiku, demikian juga sudut C dan sudut D. Jika ukuran A = 2x + 5°, ukuran B = x - 2°, ukuran C = 2 + y° dan ukuran D = y- 1°, maka buatlah model matematika dari pernyataan tersebut kemudian carilah nilai x Jawaban Siswa Gambar 4.10 Jawaban Posttes Siswa pada Kelas Eksperimen Gambar 4.11 Jawaban Posttes Siswa pada Kelas Kontrol Hasil jawaban siswa di atas menunjukkan bahwa kedua siswa sudah mampu menjawab soal dengan benar. Mereka sudah mampu memodelkan permasalahan serta melakukan perhitungan dengan tepat. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kedua siswa sudah mampu memiliki langkah-langkah menjawab yang sama, namun terdapat sedikit kesalahan pada jawaban siswa kelas kontrol ketika memodelkan permasalahan matematika. Berdasarkan penjelasan mengenai hasil posttest dan analisis hasil jawaban siswa, menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang proses pembelajarannya menggunakan model pembeajaran generatif lebih baik daripada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional

E. Keterbatasan Penelitian

Dari berbagai upaya yang dilakukan masih terdapat beberapa hal yang belum dapat dicapai dikarenakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pokok bahasan garis dan sudut, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Model pembelajaran yang digunakan siswa masih kurang beragam, hanya terbatas pada model pembelajaran generatif. 3. Penelitian dilakukan hanya 8x pertemuan, sehingga pengaruh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran generatif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa menjadi kurang maksimal 4. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini hanya mengukur aspek kemampuan komunikasi matematik siswa, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran matematika dengan model pembelajaran generatif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa di SMP Madani Depok diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pencapaian nilai rata-rata indikator kemampuan komunikasi matematika siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran generatif dari yang paling tinggi adalah 1 kemampuan menyatakan ide secara tertulis dalam memberikan jawaban permasalahan matematik, 2 kemampuan memodelkan permasalahan matematik secara benar kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secara lengkap dan benar, 3 kemampuan menyatakan ide matematik dalam bentuk gambar. 2. Pencapaian nilai rata-rata indikator kemampuan komunikasi matematik siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional dari yang paling tinggi adalah 1 kemampuan menyatakan ide matematik dalam bentuk gambar, 2 kemampuan menyatakan ide secara tertulis dalam memberikan jawaban permasalahan matematik, 3 kemampuan memodelkan permasalahan matematik secara benar kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secara lengkap dan benar. 3. Kemampuan komunikasi matematik siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran generatif lebih baik daripada siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Nilai rata- rata pada setiap indikator kemampuan komunikasi matematik kelas eksperimen selalu lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.

B. SARAN

Terdapat beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya: 1 Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran generatif mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, sehingga model pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika. 2 LKS sebagai bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai perkembangan kemampuan komunikasi matematik siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep yang dipelajari. Guru dapat membuat Lembar Kerja Siswa yang lebih menarik dan konstruktif dalam berbagai pokok bahasan matematika lain. 3 Penelitian terhadap model pembelajaran generatif ini direkomendasikan untuk dilanjutkan dengan aspek penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas, misalnya pada materi, subjek, atau kemampuan matematik yang ditelitinya.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe match mine terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa (quasi eksperimen di SMP Islam al-azhar)

11 106 89

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA (Penelitian Quasi Eksperimen di SMP Madani Depok)

0 8 150

Pengaruh strategi pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa pada sub bab relasi dan fungsi (penelitian eksperimen di SMP 3 Pelabuhan Ratu)

0 22 194

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh strategi pembelajaran react dengan teknik scaffolding terhadap kemampuan koneksi matematik siswa di SMP Negeri 11 Depok

1 9 248

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

4 45 189

Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

0 5 0

PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA :Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 39

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP : Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung.

0 2 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA.

0 2 57