Pengaruh strategi pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa pada sub bab relasi dan fungsi (penelitian eksperimen di SMP 3 Pelabuhan Ratu)

(1)

MATEMATIK SISWA PADA

SUB BAB RELASI & FUNGSI

(Penelitian dilaksanakan di SMPN 3 Palabuhan Ratu)

Disusun Oleh :

WINDA SUDIRJA 105017000486

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

Pokok Bahasan Relasi & Fungsi. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing Terhadap Komunikasi Matematik Siswa Pada Pokok Bahasan Relasi & Fungsi. Studi eksperimen di SMPN 3 Palabuhan Ratu pada tahun pelajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan purposive sampling. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Kemampuan komunikasi matematik siswa diukur dengan menggunakan test. Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan metode ceramah.

Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing berpengaruh secara nyata terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa SMP.

Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Pembelajaran Aktif, Pengajaran Terbimbing, kemampuan komunikasi matematik.


(3)

ii

Mathematics Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

The purpose of this research is to find the there is Effect of Active Learning using Guided Teaching Methodology to Mathematics Communication Skills of Student at Junior High School on the Subject of Relation & Functions. Experiment study at SMPN 3 Palabuhan Ratu. The method of this research is experiment quasi by purposive sampling. Concerning experiment class was given learning treatment by Active Learning using Guided Teaching Methodology and control class was given learning by using speech methology. Mathematics communication skill is measure by test. Result of the research said that the average of Mathematics communication skill of the student who teach by active learning using guided teaching methodology is higher than student who teach by using speech methology.

The research said that real effect of active learning using guided teaching methodology to mathematics communication skills of student at junior high school.

Keyword: Mathematics Education, Active Learning, Guided Teaching, Mathematics Comunication Skill.


(4)

i

ketika Allah SWT menganugrahkan nikmat kepadanya, dan bersabar tatkala Allah SWT mengujinya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah saw, manusia terbaik sepanjang zaman, kepada keluarga beliau, para sahabatnya, dan mereka pengikut aturan yang dibawanya.

Alhamdulillah, atas kesempatan dan anugrah yang diberikan oleh Allah SWT, tulisan ini dapat terselesaikan, juga doa dan dukungan mama, bapa dan keluarga besar di Palabuhan Ratu dan Bayah, sahabat-sahabat seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini, dan arahan dosen-dosen yang tidak pernah lelah melayani penulis dalam banyak hal yang terkait dengan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika. 3. Bapak OtongSuhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika. 4. Ibu Gelar Dwi, M.Pd, pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Firdausi, M.Pd, pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.

7. Bapak Ade Komarajaya, S.Pd.,M.Kom, Kepala sekolah SMPN 3 Palabuhan Ratu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan menggali informasi yang ada di SMPN 3 Palabuhan Ratu.


(5)

ii

meluangkan waktunya untuk memberikan informasi tentang kemampuan komunikasi matematik siswa.

9. Bapak Asep Saefulloh, S.Pd, Guru Matematika kelas XI yang telah memberikan ilmu, pengalaman serta kesempatan kepada penulis untuk pengujikan istrumen penelitian.

10. Seluruh Bapak/ Ibu guru dan Staf SMPN 3 Palabuhan Ratu

11. Bapa dan Mama tercinta, H. Sudirja dan Hj. Yeti, yang selalu sabar menanti kelulusan Penulis, serta yang selalu memotivasi disaat semangat penulis mulai menurun.

12. Aa Nanda Sudirja dan istri Teh Nurhasanah serta keponakan tersayang M. Gilman yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

13. Adik termanis Anggi Sudirja dan M. Azrie Putra Sudirja, yang selalu memberi keceriaan,inspirasi dan doa untuk kelancaran pembuatan skripsi. 14. keluarga besar Sonagar di Palabuhan Ratu, Puput, Intan dan Nisa yang selalu

mendoakan untuk kesuksesan penulis.

15. Mahasiswa angkatan 2005/2006 Jurusan Pendidikan Matematika, yang telah mewarnai suasana kelas saat-saat kuliah.

16. Teman-teman satu Kampung yang tak pernah lelah dalam mengingatkan penulis tatkala lalai, terkhusus buat teh ule, wini dan teman-teman yang tak bisa dituliskan semuanya.

17. Teman-teman satu Kosan Biru, Lesvi, Novi, Eza dan teman-teman tidak bisa disebutkan satu persatu banyak membantu baik moril ataupun materil.

Penulis menyadari sepenuhnya penelitian ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kapasitas intelektual yang dimiliki. Namun, penulis merasa bahagia dan bangga dengan terselesaikannya skripsi ini. Maka untuk menambah kesempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.


(6)

iii pendidikan dan juga bagi pembaca.

Jakarta, Juni 2011 Penulis


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Hasil Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Matematika ... 15

B. Kemampuan Komunikasi Matematik 1. Pengertian Komunikasi Matematik ... 21

2. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematik ... 26

C. Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing 1. Pengertian Pembelajaran Aktif ... 28

2. Sepuluh Strategi untuk Membentuk Kelompok Kecil ... 34


(8)

viii

E. Metode Ceramah ... 39

F. Kerangka Berpikir ... 42

G. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode dan Desain Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

D. Prosedur Penelitian ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Uji Validitas ... 52

2. Uji Reabilitas ... 54

3. Uji Kesukaran Soal ... 56

4. Uji Daya Beda Soal ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 60

1. Uji Persyaratan analisis... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Homogenitas ... 61

2. Pengujian Hipotesis ... 62

H. Hipotesis Statistik ... 64

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Data ... 65

1. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing ... 66

2. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Menggunakan Metode Ceramah ... 67

B. Pengujian Persyaratan analisis 1. Uji Normalitas ... 70


(9)

ix

2. Uji Homogenitas ... 71

C. Pengujian Hipotesis ... 71

D. Pembahasan ... 72

E. Keterbatasan Penelitian ... 76

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(10)

xi

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif ... 14

Tabel 2.2 Perbedaan Metode Pengajaran Terbimbing dan Metode Ceramah ... 41

Tabel. 3.1 Desain Penelitian ... 46

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrument Penelitian ... 49

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Kemampuan Komunikasi Matematik ... 52

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Tes Uraian ... 54

Tabel 3.5 Hasil Penghitungan Reliabilitas Tes uraian ... 56

Tabel 3.6 Hasil Penghitungan Taraf Kesukaran ... 58

Tabel 3.7 Hasil Penghitungan Uji Daya Pembeda Tes Uraian ... 59

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematik Kelompok Eksperimen ... 66

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematik Kelompok Kontrol ... 68

Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

Tabel 4.4 Persentase Hasil Posttest Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 70 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ... 70

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 71 Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72


(11)

x

Gambar 4.2. Histogram Kemampuan Komunikasi Matematik Kelompok Kontrol ... 69

Gambar 4.3. Suasana Proses Pembelajaran Diskusi Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif Dengan Meode Pembelajaran

Terbimbing Pada Kelas Eksperimen. ... 73

Gambar 4.4. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompok ... 74


(12)

xii

Halaman 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2. Lembar Kerja Siswa

3. Draf Wawancara Pra-Penelitian 4. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba 5. Uji Coba Instrumen Penelitian

6. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Penelitian

7. Uji Validitas dan Contoh Perhitungan Uji Validitas Instrumen Penelitian secara Manual

8. Uji Reliabilitas dan Contoh Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian secara Manual

9. Uji Kesukaran Soal 10. Uji Daya Beda 11. Instrumen Penelitian

12. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian

13. Nilai & Persentase Hasil Posttest Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

14. Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematik Kelompok Eksperimen

15. Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematik Kelompok Kontrol

16. Uji Normalitas 17. Uji Homogenitas 18. Uji Hipotesis

19. Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson 20. Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)


(13)

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan orang banyak, memiliki peranan yang penting bagi perkembangan suatu individu yang selanjutnya berujung pada maju dan mundurnya suatu bangsa dan Negara. Dengan pendidikan yang baik akan merubah siswa yang mandiri, kerja keras, tekun belajar, pantang menyerah dan proaktif dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara optimal dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

Perkembangan yang pesat utamanya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut perlunya merubah pola pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisifatif. Pembelajaran di Indonesia yang menggunakan pembelajaran konvesional masih banyak ditemukan disekolah-sekolah misalnya ceramah dan pemberian tugas yang sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa. meskipun tatanan kurikulum telah berulang kali dirubah demi perbaikan pembelajaran disekolah namun masih sedikit guru maupun sekolah yang menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Pembelajaran dengan ceramah, bersifat teacher center. Karena hampir semua informasi tentang materi bahan ajar didapat dari guru. Siswa cenderung bersifat pasif dalam pembelajaran. Guru beralasan bahan ajar yang akan disampaikan banyak, sedangkan pengajar hanya mempunyai waktu relatif singkat dan siswa yang akan diajar jumlahnya banyak. Umumnya materi yang dikuasai siswa terbatas pada apa yang dikuasai guru dengan menggunakan ceramah, pembelajaran yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan dan sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.


(15)

Beberapa penelitian menunjukan bahwa dalam pembelajaran dengan ceramah, perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai mencapai 20% pada waktu 20 menit terakhir. Bisa dibayangkan apa yang bisa didapat dengan cara pembelajaran seperti itu.

Apa yang menjadikan belajar aktif? Siswa harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, menerapkan apa yang mereka pelajari (kemampuan komunikasi matematik). Dalam pembelajaran aktif siswa dikatakan belajar didalam kelas jika siswa sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berpikir keras.1

Matematika adalah ilmu pasti yang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan didunia ini. Semua kemajuan zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tidak terlepas dari unsur matematika. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini. Pada abad ke-21 ini, matematika telah menjadi alat untuk penemuan prinsip sains baru; penciptaan computer; pengarahan lalu lintas dan komunikasi; penggunaan energy atom;penemuan biji tambang baru; peramalan pertumbuhan penduduk; peramalan cuaca.2

Matematika memiliki peranan penting dalam pendidikan karena matematika memiliki nilai-nilai untuk meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan komunikasi dan bersikap seseorang yang sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk menghadapi kemajuan zaman yang makin modern. Ketika siswa ditantang untuk berpikir dan memberi alasan tentang matematika dan menjelaskan hasil berpikir mereka kepada siswa yang lain secara lisan dan tulisan

1 Mel Siberman, Active Learning 101 cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2006), hal. 24

2

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat & Logika, (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2009), hal. 10


(16)

supaya konsep-konsep matematika tersebut mudah dipahami oleh teman mereka digunakan notasi yang global.

Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat mengajak siswa untuk mengasah otaknya adalah matematika. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai ciri- ciri khusus, salah satunya adalah penalaran dalam matematika yang berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep, dan simbol-simbol yang abstrak, sehingga dalam pendidikan dan pengajaran matematika perlu ditangani secara khusus pula. Melalui penanganan secara khusus ini diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang dapat menguasai matematika dengan baik dan akhirnya nanti mereka dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sekadar menghafal rumus-rumus matematika saja akan tetapi siswa juga harus dapat menggunakan ilmu matematika untuk memecahkan permasalahan yang ada disekitar kehidupan mereka.

Pembelajaran matematika antara lain ditujukan untuk membina kompetensi (kognitif) siswa dalam tiga hal yaitu pemahaman konsep dan prosedur, penalaran, dan pemecahan masalah. Oleh karena itu kemampuan berkomunikasi yang dibina adalah kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan aktivitas berpikirnya menyangkut tiga hal itu. Dengan demikian pembelajaran matematika harus memberi perhatian pada kemampuan siswa mengkomunikasikan gagasannya dalam memahami konsep dan prosedur, memecahkan masalah atau melakukan penalaran, baik secara lisan maupun tertulis. Fadjar shadiq memberi contoh tentang komunikasi yang dapat dilakukan siswa pada pembelajaran matematika,yaitu: 1) Membuat catatan harian, Catatan harian dapat berupa catatan tentang hubungan antar topik baru dan topik lama yang dipelajari. Catatan tentang laporan rinci dari langkah – langkah penyelesaian suatu soal. 2) Membuat laporan proses dan hasil pemecahan masalah dan penyelidikan (yang memerlukan penalaran). 3) Membuat laporan kesalahan yang telah diperbuat dalam menyelesaikan suatu latihan atau permasalahan matematika. Tugas membuat laporan bukan untuk menghukum siswa namun untuk menjadi bekal dalam memperbaiki kesalahan itu. Oleh karena itu laporan mencakup: kesalahan apa yang diperbuat, apa penyebab kesalahan itu dan bagaimana yang seharusnya.


(17)

Pada draft “Kurikulum 2004” Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Matematika SMP/MTs dinyatakan bahwa siswa dikatakan mampu berkomunikasi dalam matematika jika mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikannya. Kemampuan komunikasi siswa mengacu pada indikator yang telah diuraikan di atas, yaitu menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,gambar,dan diagram.

Menurut Sumarmo bahwa dengan mengacu pada tuntutan dan harapan yang harus dimiliki oleh seorang guru matematika, maka pembelajaran matematika termasuk evaluasi hasil belajar siswa yang hendaknya mengutamakan

pada pengembangan “ daya matematik “ ( mathematical power) siswa yang meliputi:

1. Kemampuan mengajak, menyusun konjektur, dan menalar secara logik. 2. Menyelesaikan soal yang tidak rutin.

3. Menyelesaikan masalah (problem solving). 4. Berkomunikasi secara matematik.

5. Mengkaitkan ide matematik dengan kegiatan intelektual lainnya.3

Kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematik sangat diperlukan untuk membangun kemampuan matematik pada diri seorang siswa. Banyak diantara siswa mempelajari matematika, akan tetapi tidak mengetahui hakikatnya. Siswa menganggap matematika adalah ilmu yang membuat stress, kepala pusing, tidak ada gunanya dan sebagainya. Hal ini disebabkan anak telah menemukan titik jenuh dalam belajar matematika dan mereka tidak paham dengan tujuan mereka mempelajari matematika. Karena pada proses pembelajaran matematika siswa hanya seperti robot yang mendengarkan guru menjelaskan dikelas dan mengerjakan tugas latihan.

Mutu pendidikan indonesia khususnya pada pelajaran matematika masih rendah. Dapat dilihat dari hasil studi TIMSS (Trends In International Mathemayics and Science Study) tahun 2007, untuk kelas VIII, menetapkan siswa

3Utari Sumarmo. Pembelajaran Matematika Untuk Mendukung Pelaksanaan

Kurikulum Berbasis Kompetensi, makalah disajikan pada Pelatihan Guru Matematika April 2003 di Jurusan Matematika ITB.


(18)

Indonesia pada urutan ke-36 dari 49 negara dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. Nilai tersebut masih jauh dari standar minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan TIMSS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini berada dibawah siswa Malaysia dan Singapura. Siswa Malaysia memperoleh nilai rata-rata 474 dan siswa Singapura memperoleh nilai rata-rata 593.4 Skala TIMSS-Benchmark Internasional menunjukan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura pada peringkat atas. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam untuk kelas VIII lebih banyak dibandingkan Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam.5 Berdasarkan hasil penelitian Sri Ika Haryaningsih dalam skripsinya menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan masalah matematika meliputi: a) Mengajukan ide sebelum dikenai tindakan sebesar 18,18 %, dan pada putaran terakhir mencapai 75 %; b) Memberikan komentar sebelum dikenai tindakan sebesar 4,54 %, dan pada putaran terakhir mencapai 65,90 %; c) Mampu bertanya sebelum dikenai tindakan sebesar 13,63 % dan pada putaran terakhir mencapai 68,18 %; d) Menyetujui ide sebelum dikenai tindakan sebesar 22,72 %, dan pada putaran terakhir sebesar 79,54 %.

Dari data yang dikemukakan peneliti diatas menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa SMP khususnya pada kelas VIII di Indonesia masih rendah. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa Nampak pada sebagian siswa yang binggung memahami soal dan menyelesaikan soal-soal dalam menjelaskan jawaban yang mereka kerjakan. Siswa masih sulit memahami apa yang mereka ketahui dari soal yang diberikan dan apa yang ditanyakan dari soal tersebut. Dalam pengerjaan soal siswa lebih banyak menghapal jawaban pada soal latihan yang sama dari pada mereka memahami cara pengerjaannya.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai

4 Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2007 International Mathematics Report, (Lynch School Education, Boston Callege), hal. 38. Tersedia di www.timss2007.com

http://timss.bc.edu/TIMSS2007/techreport.html,


(19)

dengan apa yang diharapkan. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran dan membahasnya dengan orang lain. Tidak cukup itu saja, siswa perlu mengerjakan yaitu dengan menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukan contohnya, mencoba mempraktekan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Guru dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematik dengan cara: mendengarkan dan melihat dengan penuh perhatian ide-ide siswa, menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir, meminta siswa untuk merespon dan menilai ide mereka secara lisan dan tertulis, menilai kedalaman pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa, memonitor partisipasi siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi.

Perlunya perhatian lebih untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa agar berjalan dengan baik, maka penting terciptanya proses pembelajaran yang nyaman, kondusif guna mengoptimalkan kemampuan matematika siswa dalam mempresentasikan, membaca, menulis, mendengar, menerangkan, menjawab soal dan mempertahankan pendapat, menganalisis. Komunikasi memiliki peran yang penting dalam membantu peserta didik untuk membina hubungan yang terkait antara pengalaman tidak formal dengan bahasa matematik dalam aktivitas sehari-hari. Matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Seperti contoh 38 + 45 tidak bermakna bagi peserta didik tingkat pertama tetapi 38 bola Spanyol + 45 bola Spanyol akan memberi makna signifikan dan lebih menarik jika diberikan soal ini kepada peserta didik tingkat pertama.

Banyak bentuk pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam upaya meningkatkan komunikasi matematik siswa terhadap konsep-konsep matematika. Pemilihan pendekatan yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta dapat mengembangkan


(20)

kemampuan intelektual secara optimal. Dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru , akan tetapi siswa dapat memahami konsep matematika secara utuh.

Berbagai uraian diatas menandakan perlu usaha untuk melakukan perubahan dengan menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing. Dalam pembelajaran aktif guru memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran, agar siswa mengetahui tujuan pembelajaran dan hasil yang akan dicapai sehingga siswa merasa mereka adalah bagian dari proses pembelajaran.

Strategi pembelajaran aktif dirancang untuk mengajar satu kelas penuh, belajar aktif bukan sekedar bersenang-senang. Kegiatan aktif bisa menyenangkan dan tetap dapat mendatangkan manfaat. Sesungguhnya banyak teknik belajar aktif yang memberikan siswa tantangan bertujuan menuntut kerja keras. Apa yang akan terjadi jika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri meskipun menyakinkan dan tertatanya pemikiran mereka atau ketika guru sering menggunakan penjelasan dan pemeragaan. Menuangkan fakta dan konsep kedalam benak siswa dengan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung didalam otak. Namun, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama ataupun sebentar.

Penyampaian pembelajaran bisa dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode pengajaran terbimbing. Pengajaran terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari lebih awal bahan ajar sebelum guru menjelaskan, siswa dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Saling berbagi informasi dilakukan dalam forum diskusi bersama kelompok masing-masing, setelah itu jika waktu yang disepakati habis maka dipilih satu orang dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil mereka dan siswa yang lain mengoreksi apa bila terdapat kesalahan dalam menjawab. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran matematika dikelas yang menjembatani siswa dengan materi pelajaran agar bisa dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari. Setelah pelajaran selesai siswa diminta untuk


(21)

mengoreksi materi yang mereka diskusikan dengan informasi yang mereka dapat setelah guru menjelaskan. Guru bisa mengetahui persiapan dan penguasaan materi bahan ajar siswa yang akan diajarkannya.

Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan atau hafalan. Pelajaran matematika bisa diajarkan dengan media yang kongkrit, melalui buku-buku latihan dan dengan mempraktekan dalam kegiatan sehari-hari. Masing-masing konsep akan menentukan pemahaman siswa.

Lebih lanjut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing terhadap komunikasi matematik siswa dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul:

“Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metoda Pengajaran

Terbimbing terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi”.

A.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasi masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Kualitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.

2. Proses pembelajaran yang terjadi masih satu arah yaitu guru sebagai pusat pembelajaran.

3. Pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia masih banyak yang menggunakan pendekatan tradisional yang menekan pada latihan pengerjaan soal, procedural dan terfokus pada buku paket saja.

4. Kemampuan komunikasi matematik siswa di Indonesia masih rendah.

5. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dikelas, model penyajian materi, dan suasana belajar.


(22)

B.Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah serta dapat dikaji, maka perlu pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran matematika Strategi Pembelajaran Aktif dengan Pengajaran Terbimbing yaitu Suatu bentuk pembelajaran yang mengharuskan guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa atau mendapatkan hipotesis atau simpulan mereka.

2. Kemampuan komunikasi matematik yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi hanya pada aspek menulis yaitu Memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan tulisan, grafik dan aljabar, menjelaskan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, menyusun argumen ( Written text), Mereflesikan gambar, dan diagram kedalam ide-ide matematika ( Drawing), Mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam symbol matematika(Mathematical Expression).

C.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Strategi Pembelajaran Aktif dengan Pengajaran Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik

siswa SMP?”

D.Tujuan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan penerapan Strategi pembelajaran aktif metode Pengajaran Terbimbing dalam pembelajaran matematika dengan upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk:


(23)

1. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan Strategi pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing. 2. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan

dengan metode ceramah.

3. Untuk membandingkan kemampuan komunikasi siswa antara yang diajar dengan pengajaran terbimbing dan metode ceramah.

E.Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermamfaat bagi:

1. Peneliti, dapat memperluas wawasan tentang cara pembelajaran matematika dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Pengajaran Terbimbing.

2. Siswa, mendapatkan pengalaman belajar matematika melalui Strategi Pembelajaran Aktif dengan Pengajaran Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

3. Guru, metode pengajaran terbimbing ini dapat menjadi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa. 4. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan

atau menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Pengajaran Terbimbing dikelas-kelas lain.

5. Pembaca, dapat memberi gambaran/ informasi tentang penerapan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Pengajaran Terbimbing terhadap komunikasi matematik siswa SMP.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Belajar

Belajar suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim, sehingga derajatnya lebih tinggi dari orang yang tidak belajar. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah:11,

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu:”Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah,

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan:”Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman diataramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadilah:11)1

Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.2 Joint Report menyatakan bahwa belajar merupakan pencarian makna secara aktif oleh peserta didik. 3

James O Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

1

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya. (Bandung: PT. Syamil Cipta Media,2005). hal

2M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84

3 Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran edisi pertama, (Surabaya:LAPIS-PGMI, 2008), hal. 12-9


(25)

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.4

Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar. Dia menjelaskan

tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia

sebut resiprositas (hubungan timbal balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru

sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan bersama, dan di mana

resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam

pembentukan kelompok” (Bruner, 1966).

Konsep-konsepnya Maslow dan Bruner melandasi perkembangan metode belajar kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung lebih telibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada hubungan-hubungan lebih lanjut.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang di diskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun gambar (jigsaw), memenuhi persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda

4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi 2, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2008), hal. 12-13


(26)

kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa terdapat beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: 1) Perubahan yang terjadi secara sadar, diartikan bahwa siswa yang belajar akan menyadari adanya perubahan dalam pengetahuan. Misalnya, setelah belajar siswa mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal relasi dan fungsi. 2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, hasil belajar yang dilakukan oleh siswa mengalami perubahan terus menurus dan berguna sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya siswa SMP kelas VIII belajar sub bab relasi dan fungsi dalam menghitung nilai perubah fungsi jika nilai variabel berubah, setelah bab ini selesai di lanjut kebab sistem persamaan linear dua variabel dalam eliminasi dan subtitusi pengerjaannya hampir sama. Ketika siswa diberi soal SPLDV maka siswa akan mudah mengerjakan soal. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, makin banyak usaha belajar yang dilakukan siswa makin banyak perubahan yang dihasilkan, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Demikian juga dengan perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan siswa terjadi dengan sendirinya. 3) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sederhana, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam menghitung perkalian setelah belajar tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki bahkan makin berkembang ke kecakapan pembagi bila terus dipergunakan dan dilatih. 4) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah yang dilakukan dengan sadar. Misalnya seorang siswa yang belajar matematika, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar matematika dengan membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan indikator yang sudah direncanakan agar proses pembelajaran dikelas terarah.


(27)

Secara umum pembelajaran matematika di Indonesia menganut dua pandangan tentang belajar, yaitu pandangan aliran behavioristik dan aliran kognitif. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon.5 Hubungan stimulus dan respon akan semakin kuat mana kala terus-menerus dilatih atau diulang-ulang dengan tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta seperti berpikir, mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan.

Sedangkan menurut pandangan aliran kognitif, belajar adalah proses pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarabagian didalam suatu situasi permasalahan. Pembelajaran menurut aliran kognitif bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.

Berikut ini perbedaan aliran behavioristik dan kognitif.

Tabel 2.1

Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif No. Teori belajar Behavioristik Teori belajar Kognitif

1. Mementingkan pengaruh lingkungan Mementingkan apa yang ada dalam diri

2. Mementingkan bagian-bagian Mementingkan keseluruhan 3. Mengutamakan peran reaksi Mengutamakan fungsi kognitif

4. Hasil belajar terbentuk secara mekanitik

Terjadi keseimbangan dalam diri

5. Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu

Tergantung pada kondisi saat ini

6. Mementingkan pembentukan kebiasaan

Mementingkan terbentuknya struktur kognitif

7. Memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and error

Memecahkan masalah berdasarkan pada insight

5 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 114-121


(28)

Adapun perubahan dalam pembelajaran salah satunya adalah perubahan positif dan aktif. Positif artinya, baik bermanfaat serta sesuai dengan harapan senantiasa penambahansesuatu yang baru seperti pemahaman dan keterampilan baru yang lebih baik dari sebelumnya sedangkan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya tetapi usaha siswa itu sendiri.6

Dari beberapa hasil penelitian yang dipaparkan dilatar belakang, pembelajaran di Indonesia sampai saat ini masih berorientasi pada teori belajar Behavioristik. Dimana guru memberi penjelasan tentang konsep-konsep matematika, contoh-contoh, latihan dan pekerjaan rumah akan tetapi siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang telah ada. Sehingga pembelajaran siswa tidak bermakna. Pembelajaran matematika yang bermakna merupakan pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan penerapannya dalam kehidupan.

2. Pengertian Matematika

Banyak pakar pendidikan yang mengartikan matematika. Pendapat para pakar tersebut akan diuraikan pada pembahasan berikut ini, James dan james mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Kemudian Klien mengatakan juga,bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan memguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Bourne memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanan pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai mahluk yang aktif dalam mengonstruksikan ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi

6

Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 117


(29)

dengan lingkungannya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.7

Pengertian tentang matematika menurut A.Saepul Hamdani,dkk, matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik, pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya, pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan, pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis, dan pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. 8

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika selalu berkaitan dengan bilangan, angka, simbol-simbol, atau perhitungan. Dengan mempelajari matematika siswa memiliki kemampuan berhitung, pengukuran, mengamati dan memecahkan permasalahan yang dapat disajikan dari kehidupan nyata diubah ke variabel-variabel dalam bentuk eksak, Oleh karena itu matematika menjadi mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan kejenjang Perguruan Tinggi.

Dalam kamus besar bahasa indonesia pembelajaran adalah kata benda

yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup

belajar”(depdikbud).9 Pembelajaran adalah satu usaha atau proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.10 Sedangkan pengajaran adalah usaha menunjukan atau membantu seseorang untuk belajar dan bagaimana melalukan sesuatu, memberi

7 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat & Logika, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group, 2009), hal. 22

8A. Saepul hamdani, Kusaeri, Irzani, mulin Nu’man, Matematika 1 edisi perama, ( Surabaya:

LAPIS-PGMI, 2008), hal. 1.7-1.8.

9Ismail, dkk. Hakekat Pembelajaran Matematika, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2002), hal.

1.13

10 Zurinal & Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 117


(30)

pengetahuan dan mamfaat bagi sesorang menjadi mengerti. Dalam proses pembelajaran, unsur belajar memegang peranan penting sedangkan mengajar adalah proses pembimbing kegiatan belajar.

Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang akan bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan.

Matematika adalah ilmu yang tidak jauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Apabila kita amati, dalam kegiatan hidupnya setiap orang akan terlibat dengan matematika, mungkin dalam bentuk sederhana dan bersifat rutin atau mungkin dalam bentuk yang sangat komplek. Disadari atau tidak, pengetahuan tentang matematika telah sering dipergunakan oleh masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Pada zaman purba, misalnya seorang gembala akan menghitung apakah kambing yang masuk ke kandang pada sore hari sudah lengkap atau belum, gembala tersebut menggunakan tumpukan batu yang jumlahnya sama dengan jumlah kambing. Setiap kambing masuk satu maka tumpukan batu dipindahkan satu. Apabila ada tumpukan batu yang tersisa berarti ada kambing yang belum masuk kandang dan dengan demikian jumlah kambing yang masuk kandang kurang dari jumlah semula, yaitu membuat relasi antara batu-batu dengan ternak mereka.

Matematika bukanlah ilmu hapalan karena matematika harus dipelajari sehingga adanya pengenalan dasar bilangan, mengenal simbol-simbol matematika dan sifat penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Disekolah menengah (SMP) murid mendapat manfaat dari pelajaran matematika, matematika disekolah mempersiapkan pelajar untuk menangani solusi kuantitatif dalam kehidupan sehari-hari. menunjukan pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar bukan pada guru mengajar.

Pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menambah informasi dan kemampuan baru


(31)

sehingga menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika yang baik bukan hanya memperoleh nilai yang tinggi tapi bagaimana siswa memahami makna yang terkandung dalam materi pelajaran dan dapat mengaplikasikan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. menurut Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBBP) matematika, tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.11

Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang berhubungan dengan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari, siswa harus dibiasakan untuk diberi kesempatan bertanya dan berpendapat baik dengan teman-temannya atau guru agar proses pembelajaran tidak menjadi tanggung jawab guru saja.

Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik tentang materi yang telah disajikan. Pemahaman siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran matematika secara subsiantif saja tetapi diharapkan siswa lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik matematika yang lainnya dan lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari.12

11

Erman Suherman, DKK. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:common textbook UPI, 2003), hal. 58

12


(32)

Ada lima tujuan yang mendasar dalam belajar matematika seperti dirumuskan oleh NCTM;2000 adalah13

1) That they learn to value mathematics, artinya matematika sebagai ilmu hitung, karena pada hakekatnya matematika berkaitan dengan masalah hitung-menghitung. Pengerjaan operasi hitung untuk mencari hasil dilakukan dalam pembelajaran matematika mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Dalam pengerjaan operasi hitung siswa dituntut untuk bersikap teliti, cermat, hemat, cepat, dan tepat. Saat mengerjakan masalah matematika, siswa harus mengerjakan dengan teliti dan cermat. Langkah-langkah pengerjaan diteliti dan dicermati. Setelah diperoleh hasilnya, hasilnya dicek lagi apakah sudah menjawab permasalahan atau tidak. Sikap hemat dalam matematika dapat dilihat dengan mengerjakan matematika dengan kalimat ringkas dan mudah dipahami.

2) That they become confident in their ability to do mathematics, artinya bahwa matematika sebenarnyajuga mengajarkan untuk bersikap pantang menyerah dan percaya diri. Saat mengerjakan atau menyelesaikan masalah matematika, tidak dibolehkan pantang menyerah. Saat gagal atau tidak dapat menjawab, siswa dituntut untuk mencari cara lain untuk menjawab. Siswa dituntut untuk mencoba terus, sampai pada akhirnya akan dapat menjawabnya. Ketika siswa gagal mencari jawaban yang harus ditanamkan dalam diri siswa adalah kegagalan awal dari keberhasilan. Saat keberhasilan tercapai, rasa puas dan bangga akan tumbuh. Matematika mengajarkan pentingnya sikap percaya diri. Inilah mutiara yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

3) That they become mathematical problem-solvers, artinya bahwa siswa menjadi mampu untuk memecahkan masalah. Pembelajaran matematika di kelas dimaksudkan tidak hanya mentranfer pengetahuan guru kepada siswa, tetapi siswa dapat mengerti materi yang mereka pelajari. Siswa dapat mengerjakan soal yang berbeda dengan yang dicontohkan guru, maka siswa


(33)

dilatih untuk mengaplikasikan materi yang dipelajari dengan soal yang mereka kerjakan untuk memecahkan masalah.

4) That they learn to communicate mathematically, artinya bahwa siswa belajar untuk berkomunikasi secara matematika. Penggunaan simbol sebagai

alat komunikasi dalam matematika, untuk menyatakan “unsur x merupakan

anggota himpunan A” digunakan dengan simbol “� ∈ �”. Menyatakan

bahwa simbol bermanfaat untuk penghematan intelektual, karena simbol dapat mengkomunikasikan ide secara efektif dan efisien.

5) That they learn to reason mathematically, artinya bahwa siswa belajar untuk memperoleh alasan-alasan atau berpikir secara matematis, maka matematika pada umumnya berkaitan dengan usaha mencari penyelesaian suatu permasalahan matematika. Tetapi, bukan penyelesaian yang menjadi fokus. Justru bagaimana metode mencari penyelesaian yang diutamakan. Sebagai

contoh, ada soal berikut: “Tentukanlah hasil dari 134 x 85”.

Beberapa siswa mungkin akan menjawabnya dengan perkalian bersusun berikut:

125 75 625 875 9375+

Tetapi, siswa lain mungkin akan menjawabnya sebagai berikut. 125 x 75 = 10000 – 625 = 9375.

Cara kedua ini adalah cara tercepat dan tepat. Inilah menghitung dengan cara yang hemat. Cara kedua menggunakan rumus:

�+� � − � =�2− �2

Cara kedua ini dilakukan karena mengetahui bahwa: 25 = 100 + 25

75 = 100 – 25

Jadi, 125 x 75 = (100 + 25) x (100 - 25) = 102 – 252 = 10000 – 625 = 9375.


(34)

Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Pembelajaran matematika tidak bisa disampaikan secara acak harus berurutan secara tahap demi tahap, penjelasan dimulai dari pemahaman ide dan konsep dasar selanjutnya sampai jenjang yang lebih kompleks.

B.Kemampuan Komunikasi Matematik

1. Pengertian kemampuan Komunikasi Matematik

Komunikasi menurut bahasa dalam ensiklopedi umum diartikan sebagai perhubungan, sedangkan yang terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan latin yaitu communicare yang berarti berpartisipasi ataupun memberi tahukan.14 Roger bersama D. Lawrence Kincain mengatakan bahwa

“komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain, yang pada gilirannya

akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.15

Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterprestasikan makna dalam lingkungan mereka.16

Pengertian komunikasi diatas memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai arti pesan yang sama pada pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi selalu melibatkan suatu hubungan dua orang atau lebih yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi dan kemampuan agar menghasilkan pertukaran informasi yang membentuk perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan untuk menciptakan saling pengertian. Definisi komunikasi adalah simbol, simbol yang digunakan dalam komunikasi biasanya telah disepakati bersama dalam sebuah kelompok. Contohnya dalam pembelajaran matematika

14

Roudhonah, M.Ag. Ilmu Komunikasi, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2007). hal. 19

15Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2007), hal. 19-20.

16

Richard west dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), hal. 35


(35)

pada materi ajar lingkaran, dimana r = jari-jari, d = diameter dan � (dibaca phi) yang bernilai angka 3, 14 atau 22

7.

Komunikasi matematik adalah kemampuan menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, tabel atau grafik.17 Komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik merupakan suatu aktivitas baik fisik maupun mental dalam mendengar, membaca, menulis, berbicara merefleksikan dan mendemontrasikan, serta menggunakan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika. 18

Sullivan & Mousley mempertegas bahwa komunikasi matematika bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama, menulis dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari.19 Menurut NCTM, 2000 Komunikasi matematik dapat mereflesikan objek, menggambarkan dan diskusi. 20 Ketika pelajar ditantang untuk berpikir dan memberi alasan tentang matematika dan mengkomunikasikan hasil berpikir mereka ke yang lain secara lisan dan tulisan, mereka menjelaskan dan meyakinkan.

Komunikasi dalam matematika terdiri dari komunikasi lisan seperti membaca, mendengar diskusi, menjelaskan, sharing, dan komunikasi tulisan seperti mengungkapkan ide matematik dalam fenomena dunia nyata melalui grafik atau gambar, tabel, persamaan aljabar, ataupun dengan bahasa sehari-hari. Secara garis besar komunikasi matematik secara tulisan adalah kemampuan atau ketrampilan siswa dalam menggunakan kosakatanya, notasi dan struktur matematik baik dalam bentuk penalaran, koneksi, maupun dalam problem solving.

17 Depag, Standar Kompetensi, (Jakarata:Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal. 222

18

Abdul Muin, Pendekatan Metakognitif Untuk meningkatkan Kemampuan Matematika Siswa SMA, (Jakarta: Center for Mathematics education Development/ecMED, 2006), Vol. 1. No. 1 ISSN: 1907-7882, h.36

19Bansu Irianto Ansari, Menumbuh Kembangkan Pemahaman dan Komunikasi Matematik

Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write, tersedia di Disertasi UPI Bandung 2003, hal 17 20 NCTM, Principles and Standards for School Mathematics, (NCTM: 2000), hal. 36


(36)

Hal ini menggambarkan bahwa komunikasi matematik akan terjadi ketika siswa belajar dalam kelompok senantiasa dapat mengekspresikan pokok bahasan berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, bentuk gambar kedalam bahasa matematik dengan berdiskusi bersama teman kelompok.

Mengungkapkan kemampuan komunikasi matematik siswa menurut Cai, Lane & Jakabesin dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diskusi dan mengerjakan berbagai bentuk soal, baik pilihan ganda maupun uraian.21 Ada sejumlah bentuk soal uraian yang dapat digunakan untuk menjaring kemampuan komunikasi matematik siswa antara lain soal bentuk transfer, eksploratif, elaborative, aplikatif dan estimasi.

a) Soal bentuk transfer adalah soal dari bidang studi lain yang penyelesaiannya menggunakan perhitungan dan kalimat matematik. Contoh: sebuah bola dilempar vertical ke atas, sehingga kecepatanya semakin lama semakin berkurang akibat perlambatan oleh gravitasi bumi (g). ketinggian bola yang dilempar dipengaruhi oleh kecepatan awal lemparan, gravitasi bumi, dan waktu. Hal ini dapat dilihat dari rumus fungsi yang berbentuk, yaitu:

:� → −1 2��

2 +; dimana = gravitasi bumi, t = waktu, dan v = kecepatan awal. Jika �= 10 � 2 dan � =� , tentukan ketinggian yang dicapai bola setelah dilempar 1 detik.

b) Bentuk soal ekploratif, contoh: diketahui 2 bilang dengan cirri-ciri seperti berikut. Bilangan yang kecil ditambah tiga kali bilangan yang besar sama dengan 110. Bilangna yang besar ditambah empat kali bilangan yang kecil sama dengan 99. Tunjukan bagaimana kamu memperoleh bilangan yang dimaksud. Ilustrasi jawaban: misalkan bilanagan yang besar adalah x dan bilangan yang kecil adalah y, maka persamannya adalah 3x + y = 110 dan x + 4y = 99. Kita gunakan metode eliminasi untuk menemukan nilai x dan y


(37)

3�〷+ = 110 → �1↔ 3�+ = 110 �+ 4 = 99 → �3↔ 3�+ 12 = 297

−11 = −187 = 17 Untuk y = 17, maka

3�+ = 110 3�+ 17 = 110 3�= 93 x = 31

jadi, bilangan yang dimaksud adalah 17 dan 31.

c) Bentuk soal estimasi, contoh: seorang tukang catakan mengecat tembok rumah yang tinginya 4,5 m. panjang tangga yang digunakan adalah 3,5 m. jarak ujung tangga bagian bawah dengan dasar tembok 210 cm. jika tinggi tukang itu 1,75 m, dapatkah tukang cat mencapai bagian paling atas dari tembok itu?

d) Bentuk soal elaboratif, contoh selembar kertas dipotong menjadi 4 bagian, setiap bagian dipotong lagi menjadi 4, dan seterusnya. Berapakah jumlah potongan kertas kelima, jelaskan jawaban kamu.

Cara menumbuhkan kemampuan komunikasi matematik siswa, Menurut Utari, kemampuan dan keterampilan siswa antara lain mengembangkan wawasan, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan komunikasi secara professional dengan membawa peserta didik melaksanakan proses matematika agar siswa dapat mengemukakan pendapat dan pikiran dengan jelas dan dalam tingkat keresmian yang tinggi secara lisan dan tulisan untuk memperoleh peningkatan kemampuan peserta didik dalam mengemukakan temuan dan ide matematika dengan bahasanya sendiri (mathematical communication) serta meningkatkan daya abstraksi peserta didik.22

Komunikasi memainkan peran yang penting dalam membantu pelajar untuk memahami pelajaran matematik yang berkaitan dengan kehidupan

22 Nitta Puspitasai, S.Pd, "Efektifitas Belajar Mengajar Matematika dengan Teknik Probing ". Laporan Penelitian, Bandung: t.d., 2009. Tersedia di http://www.sundayana.web. Id/efektifitas-belajar-mengajar-matematika-dengan-teknik-probing.html.


(38)

sehari-hari. Menurut NCTM, 2000 pengajaran matematika harus memberi murid kesempatan untuk:

 Memahami angka dan operasi perhituangan.

 Mempelajari prinsip aljabar dan geometri.

 Memahami cara mengukur atribut dari objek dan unit pengukuran.

 Mengumpulkan, mengorganisir, dan menampilkan data, serta memahami konsep dasar dari probalitas.

 Memecahkan problem.

 Menggunakan penalaran sistematik dibanyak area matematik yang berbeda.

 Mengorganisasikan dan mensosialisasikan pemikiran matematika melalui komunikasi, termasuk mengerjakan soal bersama teman sekelas.

 Menggenali hubungan diantara ide-ide matematika dan mengaplikasikan matematika dalam konteks diluar matematika. 23

NCTM juga mengatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik memberikan manfaat pada siswa berupa 1) Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar. 2)Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi. 3) Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika. 4) Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika. 5) Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan. 6) Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematika. 24

Baroody mengemukakan bahwa pelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematik melalui lima aspek komunikasi yaitu: 1. Resperentasi (Representasion), yang diartikan sebagai kemampuan siswa

dalam mengungkapkan ide kedalam bentuk-bentuk visual. Misalnya representasi suatu diagram kedalam bentuk simbol atau kata-kata.

23 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal. 441


(39)

2. Mendengar(listening), adalah aktivitas mendengar saat guru ataupun siswa lain sedang berbicara. Mendengar adalah aspek penting dalam suatu diskusi. Siswa tidak akan berkomentar dengan baik apabila tidak mampu mengambil intisari dari suatu diskusi. Mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman dalam suatu kelompok juga dapat membantu siswa mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif.

3. Membaca (Reading), adalah aktivitas membaca teks secara aktif dan mengelaborasi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disusun, kemudian membuat catatan-catatan kecil.

4. Diskusi (Discussing), adalah aktivitas siswa mengkomunikasikan, membaca, melalui diskusi dan saling interaksi dalam grup sehingga terbina suasana ketergantungan antara grup untuk mencapai pemahaman bersama. 5. Menulis (Writting), adalah kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk

mengungkapkan dan mereflesikan pikiran. 25

Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematik mengandung arti kemampuan siswa dalam matematika yang meliputi penggunaan keahlian membaca, menyimak, menelaah, mengevaluasikan ide, simbol, istilah, serta informasi matematika.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematik

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematik antara lain: 26

1. Pengetahuan prasyarat (Prior Knowledge)

Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai akibat proses belajar sebelumnya. Hasil belajar siswa tentu saja bervariasi sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Jenis kemampuan yang dimiliki siswa sangat menentukan hasil pembelajaran selanjutnya. Namun kemampuan awal tidak dapat dijadikan standar untuk

25 Gusni Satriawati, Algoritma: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta: Center for Mathematics education Development/ecMED, 2006), Vol. 1. No. 1 ISSN: 1907-7882, h. 109


(40)

meramalkan kemampuan komunikasi matematik siswa lisan maupun tulisan. Ada siswa yang kurang mampu dalam komunikasi tulisan, tetapi lancar dalam komunikasi lisan, dan sebaliknya ada siswa yang kurang mampu dalam komunikasi tulisan, akan tetapi tidak mampu memberi penjelasan maksud dari tulisannya.

2. Kemampuan membaca, diskusi dan menulis

Pemahaman siswa dan pengkaitan pemikiran pembelajaran sebelum dengan yang akan dipelajari dapat dilihat dari kemampuan membaca, diskusi dan menulis.

3. Pemahaman matematik

Pemahaman matematik merupakan kemampuan siswa untuk menjelaskan sesuatu situasi dan suatu tindakan matematik.

Menurut Nana Sudjana untuk memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih bersifat multi arah dapat ditetapkan model pembelajaran melalui diskusi dan simulasi kelompok kecil. 27 Komunikasi dapat membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika baru ketika mereka menggambar, memberikan laporan dan penjelasan verbal. Juga ketika menggunakan diagram, menulis dan menggunakan simbol matematika. Kesalahpahaman bisa diidentifikasi dan ditunjukkan. Keuntungan lainnya adalah bisa mengingatkan siswa bahwa mereka berbagi tanggung jawab dengan guru atas pembelajaran yang muncul dalam pelajaran tertentu.28

Komunikasi matematika siswa berkembang melalui latihan berdiskusi didepan kelas, menulis soal cerita dalam bentuk simbol, dan mengekspresikan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang diubah lebih sederhana ke bentuk angka atau simbol.

Merujuk dari uraian diatas, yang dimaksud kemampuan komunikasi matematik siswa dalam penelitian ini hanya diteliti dari aspek:

27 Pupuh Fathurrohmah, dkk, Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Pemahaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hal. 39

28

Diane Ronis. Pengajaran Matematika Sesuai dengan Keeja Otak,(Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2009), hal. 118


(41)

1. Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan lisan, tulisan, kongkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengar, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, menyusun argument dan generalisasi.

2. Drawing, yaitu mereflesikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide-ide matematika.

3. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika.

C. Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing

1. Pengertian Pembelajaran Aktif

Secara umum menurut Syaiful BD & Aswan Z, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. 29 Menurut Slameto Strategi adalah suatu rencana tentang pendaya gunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektvitas dan efisiensi pengajaran. 30 Strategi terkait dengan pembelajaran matematika adalah siasat atau kiat yang sengaja dirancang oleh guru.31 Dick dan Carey mengatakan, strategi pembelajaran adalah semua komponen materi/ paket pengajaran dan prosedur yang digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa Strategi adalah sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu tujuan belajar dan mengetahui sejauh

29 Syaiful Bahri Djamarah & Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, … , hal. 5 30 Yatim Riyanto, M. Pd, Paradigma Baru Pembelajaran,…, hal. 131

31

Erman Suherman, DKK. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2003), hal. 5


(42)

mana siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemamfaatan sebagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Untuk keberhasilan tujuan pembelajaran digunakan metode, dalam desain pembelajaran metode sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya didalam kelas.

Adapun strategi pembelajaran aktif, pembelajaran aktif mengacu kepada bagaimana memberikan sesuatu yang berbeda kepada orang yang berbeda. Jadi pembelajaran aktif sebenarnya mengakomodasi perbedaan yang ada diantara individu peserta didik. Menurut Meyers & Jones, Belajar aktif meliputi pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis, membaca dan mereflesikan materi, gagasan, isu dan materi akademik. Paulson & Faust, mengungkapkan bahwa belajar aktif secara sederhana merupakan segala sesuatu yang dilakukan peserta didik selain hanya menjadi pendengar pasif ceramah dari guru. Sementara itu Fink berpendapat bahwa pembelajaran aktif merupakan cara yang paling baik untuk memberdayakan peserta didik dengan mengembangkan seluruh potensi peserta didik dengan mengembangkan seluruh potensi peserta didik sehingga mampu belajar. 32

Disisi lain menurut Hisyam Zaini ,dkk Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/ strategi secara aktif. 33

Ketika belajar secara pasif peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik dan ketika belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu, dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk

32Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran,…, hal.12-9

33Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pusaka Insan Madani, 2008), hal. xvi


(43)

melakukan pekerjaan. 34 Jika peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktikan, maka mereka akan lebih banyak mengingat dan terjadi kegiatan pembelajaran aktif sehingga peserta didik memberi perhatian dan menikmati sesi pembelajaran. Cara belajar dengan mendengar saja akan cepat lupa dan melihat akan ingat sedikit, jika pembelajaran dilakukan dengan mendengar, melihat, diskusi dengan siswa lain akan terjadi pertukaran informasi secara aktif dengan menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan materi yang mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada di kehidupan sehari-hari.

Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat infomasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Faktor kelemahan otak manusia untuk menyimpan informasi baru cepat dilupakan, sebagai mana terdapat dalam konsep belajar aktif menurut Confusius filosof kenamaan dari cina, mengatakan:

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya paham.

Pernyataan Confusius mengarah kepada pentingnya pembelajaran aktif dan sekaligus menjawab problematika yang terjadi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan materi pelajaran siswa.

Mel Siberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confisius tersebut menjadi apa yang ia sebut paham belajar aktif,

What I hear, I forget

What I hear and see, I remember a little

What I hear and see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand.

What I hear and see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill What I teach to another, I master.

34


(44)

Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikan ingatan dari 14% ke 38%. Dengan penambahan visual pada pembelajaran akan menghasilkan kesan yang kuat dalam diri siswa sehingga akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran auditori saja.

Pembelajaran aktif berorientasi pada siswa, pada proses pembelajaran berlangsung siswa melakukan aktifitas belajarnya dengan leluasa bergerak didalam kelas, melakukan diskusi dengan siswa lain dan menpresentasikan materi yang mereka pahami. Strategi pembelajaran aktif dirancang untuk memajukan pengajaran satu kelas penuh, pembelajaran dengan metode ceramah pun bisa dijadikan aktif dengan memanfaatkan berbagai teknik. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Karakteristik pembelajaran yang aktif menurut Junaedi, dkk, diantaranya:

1. Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada pelajar untuk mempresentasikan dan mendiskusikan dengan temannya tentang pokok bahasan.

2. Atmosfer pembelajaran mendukung/kondusif mengembangkan keterbukaan terhadap semua gagasan peserta didik. Guru menerima semua gagasan yang datang dari pelajar dan menjelaskan materi sehingga pelajar paham dan mengelompokan kembali gagasan yang sesuai dengan materi pelajaran. 3. Peserta didik tidak hanya mendengar ceramah secara pasif melainkan

mengerjakan berbagai hal (membaca, melihat, mendengar, melakukan eksperimen dan berdiskusi) yang berkaitan dengan materi pembelajaran. 4. Peserta didik dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kooferatif yang

membutuhkan tanggung jawab individual sekaligus ketergantungan positif antar anggota kelompok. Pelajar dibagi dalam beberapa kelompok,


(45)

ditetapkan aturan-aturan yang harus ikuti dan tugas diselesaikan oleh kelompok agar adanya keterlibatan setiap anggota kelompok.

5. Peserta didik dirangsang untuk menggunakan menggunakan kemampuan berpikir kritis, analitis dan evaluatif.

6. Peserta didik terlibat dengan pemamfaatan berbagai sumber belajar baik didalam maupun diluar kelas. Pelajar memanfaatkan internet dan sumber penerbit buku lain.

7. Guru mendapatkan umpan balik yang lebih cepat tentang proses dan hasil pembelajaran. 35

Sedangkan menurut Curiculum Guiding Comitte of the Winsconsin Cooperative Educational Planning Program ada beberapa klasifikasi kegiatan belajar yang dapat atau seharusnya dilakukan oleh siswa adalah

1. Kegiatan Penyelidikan: membaca, berwawancara, mendengarkan radio, menonton film.

2. Kegiatan Penyajian: laporan, panel and round table discussion, membuat grafik dan chart.

3. Kegiatan latihan mekanis: digunakan bila kelompok menemui kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan-ulangan dan latihan-latihan.

4. Kegiatan apresiasi: mendengar musik, membaca dan menyaksikan gambar. 5. Kegiatan observasi dan mendengarkan: membentuk alat-alat dari murid

sebagai alat bantu belajar.

6. Kegiatan ekspresi kreatif: pekerjaan tangan, menggambar, menulis, bercerita, bermain.

7. Bekerja dalam kelompok: latihan dalam tata kerja demokratis, pembagian kerja antara kelompok dalam melakukan rencana.

8. Percobaan: belajar melakukan cara-cara mengerjakan sesuatu dengan menghubungkan pengetahuan awal siswa miliki.

9. Kegiatan mengorganisasi dan menilai: menyeleksi, mengatur, dan menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh siswa lain.36


(46)

Beberapa alasan perlunya menerapkan pembelajaran yang aktif, peserta didik mempunyai banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktekan dan mendiskusikan materi pelajaran maka siswa akan banyak mengingatnya. Dapat mencegah terjadinya sesi yang monoton sehingga peserta akan lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati sesi pembelajaran yang akan mengintegrasikan bahan-bahan ataupun pengetahuan baik yang lama ataupun yang baru. Pembelajaran aktif menstimulus peserta didik dengan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dari semua kegiatan-kegiatan mandiri yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melibatkan gaya belajarnya sendiri dalam berbagai kegiatan. Peserta didik akan lebih mampu untuk mengulang langkah-langkah penting jika kegiatan tersebut dilakukan sendiri. Dalam menyelesaikan berbagai kegiatan diperlukan tanggung jawab individual dan sekaligus tingkat kerjasama yang tinggi yang mendorong interaksi peserta didik dengan peserta didik lain dan guru yang menciptakan keterlibatan peserta didik yang tinggi dalam pembelajaran menyebabkan minat dan motivasi belajar peserta didik meningkat.

Jerome Bruner berpendapat bahwa “Di mana dibutuhkan tindakan bersama, dan di mana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, di situlah terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran, membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang

diperlukan dalam pembentukan kelompok”. 37

Dengan demikian pembelajaran aktif dapat diimplementasikan dengan memperhatikan beberapa prinsip:

 Memperluas ragam pengalaman belajar peserta didik.

 Memanfaatkan kelebihan interaksi antara peserta didik dengan orang lain maupun dengan sumber belajar yang lain.

 Memberi peluang berlangsungnya dialog dan pengalaman langsung.

36

Oemar Hamalik. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), hal. 20-21


(47)

Kelebihan pembelajaran aktif adalah meningkatkan keterampilan peserta didik diantaranya keterampilan berfikir, keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan komunikasi. Kelebihan lainnya adalah gaya cara belajar siswa yang berbeda-beda, ada siswa yang lebih senang dengan membaca, ada yang senang dengan percobaan-percobaan (praktek), dan ada yang senang diskusi. Perbedaan ini lah yang harus digaris bawahi oleh guru, sebisa mungkin mendapat perhatian. Kesenangan belajar siswa sedikitnya dapat diakomodir dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran aktif yang beragam.

2. Sepuluh Strategi untuk Membentuk Kelompok Kecil

Kerja kelompok kecil merupakan kegiatan penting dari kegiatan belajar aktif. Ini penting untuk membentuk kelompok secara cepat dan efisien dan, pada saat bersamaan, memvariasikan komposisi serta besaran kelompok di dalam kelas. Pilihan-pilihan berikut ini merupakan alternatif menarik untuk membebaskan siwa dalam memilih kelompok mereka sendiri atau menentukan jumlah anggota sesuai yang guru perintahkan.

1. Kartu pengelompokan: Tentukan berapa banyak siswa yang ada di kelas dan berapa banyak pengelompokan yang guru inginkan selama pelajaran berlangsung. Sebagai contoh, dalam kelas yang berisi dua puluh siswa, satu kegiatan dapat memerlukan empat kelompok yang beranggotakan lima siswa; kegiatan lain bisa memerlukan lima kelompok beranggotakan empat siswa; kegiatan lainnya lagi memerlukan enam kelompok beranggotakan tiga siswa dengan dua siswa sebagai pengamat. Tandai kelompok-kelompok ini menggukan titik-titik berwarna (merah, biru, hijau, dan kungin untuk empat kelompok), stiker hias (lima stiker berbeda dengan tema yang sama untuk lima kelompok, misalnya gambar singa, monyet, macan, jerapah, gajah), dan nomor (1 hingga 6 untuk enam kelompok). Tempatkan secara acak angka, titik berwarna, dan striker pada sebuah kartu untuk masing-masing siswa dan sertakan kartu untuk masing-masing-masing-masing siswa. Bila guru sudah siap untuk membentuk kelompok, kenalilah kode yang guru gunakan


(48)

dan arahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok mereka dalam tempat yang telah ditentukan. Siswa akan dapat bergerak cepat menuju kelompok mereka, menghemat waktu, dan tidak lagi bingung dengan apa yang harus dikerjakan. agar prosesnya lebih efisien lagi, guru mungkin perlu menempelkan tanda yang menunjukan area pertemuan kelompok.

2. Puzzle: Belilah Puzzle Jigsaw (teka-teki menyusun potongan gambar) atau buatlah sendiri dengan memotong-motong gambar dari majalah; tempelkan potongan-potongan itu pada kertas karton tebal; dan potonglah menjadi bentuk, ukuran dan jumlah yang dikehendaki. Pilih jumlah puzzle sesuai dengan jumlah kelompok yang hendak guru buat. Pisahkan puzzle kepada tiap satu orang siswa. Bila guru sudah siap membentuk kelompok, perintahkan siswa untuk menempatkan potongan-potongan gambar yang diperlukan agar terbentuk gambar utuh.

3. Menemuan sahabat dan keluarga fiktif terkenal: Susunlah sebuah daftar berisi anggota keluarga atau sahabat fiktif terkenal dalam kelompok yang beranggotakan tiga atau empat siswa (misalnya, Doraemon, Harry Pother, Aladin dan lainnya). Pilihlah jumlah yang sama dari karakter fiksional sesuai jumlah siswa. Tulislah nama-nama fiksional pada kartu indeks, satu nama satu kartu, untuk membuat kelompok keluarga kartu. Acaklah kartu-kartu itu dan tiap siswa diberi satu kartu-kartu dengan sebuah nama fiksional. Bila

guru sudah siap cari anggota keluarga yang lain dari “keluarga” mereka.

Bila kelompok orang terkenal sudah terbentuk, mereka dapat mencari tempat untuk berkumpul.

4. Label nama: Gunakan label nama dengan bentuk atau warna yang berbeda untuk menandai pengelompokkan yang berbeda.

5. Hari kelahiran: Perintahkan siswa untuk berbaris sesuai urutan kelahiran, kemudian pecah menjadi sejumlah kelompok-kelompok yang guru perlukan untuk kegiatan tertentu. Dalam kelas yang besar, bentuklah kelompok berdasarkan bulan kelahiran. Sebagai contoh, 60 siswa bisa dibagi menjadi tiga kelompok dengan anggota yang kira-kira sama dengan menyusun kelompok yang dianggotai oleh siswa yang lahir pada (1) Januari, Februari,


(49)

Maret dan April, (2) Agustus, Juni, Juli, Agustus, dan (3) Agustus, Oktober, November, dan Desember.

6. Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remi untuk menandai kelompok. Sebagi contoh, gunakan yoker, ratu, raja, dan as untuk membuat kelompok beranggotakan empat siswa, dan tambahkan jumlah kartu sesuai dengan jumlah kartu sesuai dengan jumlah siswa. Kocoklah kartu itu dan bagikan satu kartu satu siswa, selanjutnya arahkan siswa untuk menemukan siswa yang memegang kartu yang sama guna membentuk kelompok.

7. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin guru buat, tempatkan angka pada masing-masing selipan kertas, dan tempatkan di dalam sebuah kotak. Siswa mengambil satu angka dari kotak untuk menandai kelompoknya. Sebagai contoh, jika guru menginginkan empat kelompok beranggotakan empat siswa. Guru mesti memiliki enam belas selipan kertas dengan empat kumpulan yang masing-masing terdiri dari angka 1 hingga 4.

8. Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula dengan berbagai rasa untuk menunjukan pengelompokan. Sebagi contoh, keempat kelompok guru bisa terdiri dari lemon, anggur, cerry, dan strawberry.

9. Pilih benda-benda yang mirip: Pilihlah mainan dengan tema yang sama dan gunakan untuk menunjukan atau melambangkan kelompok. Sebagi contoh, guru dapat memilih tema transportasi dan menggunakan mobil, pesawat terbang, perahu, dan kereta api. Tiap siswa akan mengambil mainan yang sama untuk membentuk kelompok.

10. Materi siswa: Guru dapat menandai materi belajar siswa dengan mengunaan klip kertas berwarna, handout berwarna, atau stiker pada map untuk menandai kelompok.


(50)

D. Metode Pengajaran Terbimbing

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengajaran berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). 38 Kata mengajar berarti memberi pelajaran. Contoh : guru itu mengajar murid matematika, sedangkan kata mengajarkan berarti memberikan pelajaran. Contoh : siapa yang mengajarkan matematika kepada murid kelas VIII? Berdasarkan arti-arti ini, kemudian kamus besar bahasa Indonesia itu mengarti-artikan pengajaran sebagai proses pembuatan, cara mengajar atau mengajarkan. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang terdapat dilingkungan siswa sehingga dapat menumbuhkan niat siswa melakukan kegiatan belajar. 39 Bagi Wolfolk & Nicolich, orientasi belajar harus berpusat pada siswa. jadi peranan guru adalah membimbing, memimpin dan fasilitator. Arif mendefinikan sebagai suatu serangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu dan Tyson dan Caroll, setelah mempelajari sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah memberikan informasi yang baru (pelajaran) kepada seseorang tanpa terbatas oleh ruang kelas. Pengajaran bertujuan untuk menerima, menanggapi, dan mengembangkan materi yang akan diajarkan agar siswa memahami pelajaran.

Kita tahu bahwa kemajuan kecerdasan otak dibentuk oleh pengalaman-pengalaman. Jika anak sudah memilki banyak kesempatan yang berbeda untuk menciptakan, membangun, menemukan, bermain dan berinteraksi, maka otak mereka akan terorganisi secara berbeda dengan anak yang tidak memiliki hal-hal tersebut. Misalkan ketika anak memiliki pengetahuan terdahulu mendapatkan materi matematika yang baru maka mereka bisa menghubungkannya, anak akan

38 Fauzan, Pengertian pendidikan , pengajaran, dan pelatihan,

http://fauzan-zifa.blogspot.com/2009/10/pengertian-pendidikan-pengajaran-dan.html 10/26/2009 10:42:00 PM


(1)

(2)

Lampiran 20


(3)

(4)

Lampiran 21

Nilai Kritis Distribusi F


(5)

(6)