Strategi CSR PT. MCCI

59

Bab IV Implikasi Corporate Social Responsibility CSR

PT. Mitsubishi Chemical Indonesia MCCI

A. Gambaran Umum Masyarakat Gerem

1. Kondisi Umum Sosiologis Masayarakat Gerem

Secara geografis luas desa ini 10.33 hektar. Desa ini juga terletak diantara desa dan beberapa area yang mengapitnya. Seperti di sebelah utara berbatasan dengan desa Pekuncen, sebelah selatan berbatasn dengan kelurahan Rawa Arum, sebelah barat berbatasan dengan selat sunda, sebelah timur berbatasan kelurahan mekarsari. Jumlah perangkat desa kepala urusan terdapat satu orang, kepala dusun atau lingkungan tiga orang dan staff 8 orang, dalam pembinaan RT dan RW yang tertatar berjumlah 47 orang, jumlah RT 37 orang sedangkan RW 10 orang. Berdasarkan data monografi Kelurahan gerem 2010, Jumlah penduduk menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 11. 656 jiwa. Laki-laki berjumlah 5.879 dan perempuan 5.777. Sebagian besar penduduk Gerem menurut tingkat pendidikan, berpendidikan rendah 60 persen adalah lulusan SD, dan 40 persen adalah lulusan SMP. Keduanya tidak atau belum tamat. Jumlah penduduk menurut keyakinan agama bahwa Islam berjumlah 11.630 jiwa, Kristen 13 orang dan Katholik 15 orang. Dalam kacamata jumlah penduduk menurut mata pencaharian adalah pegawai sipil berjumlah 80 jiwa, ABRI berjumlah 30 jiwa, swasta berjumlah 550 jiwa, wiraswasta atau pedagang berjumlah 750 jiwa, tani 920 jiwa, pertukangan berjumlah 90 jiwa, buruh tani 1.660 jiwa, pensiunan berjumlah 30 jiwa dan nelayan berjumlah 80 jiwa. Dengan berjumlah 4190 jiwa. Perlu diketahui bahwa keadaan pemukiman yang ada Kelurahan Gerem dapat dibedakan menjadi dua kategori, kategori pertama adalah pemukiman pedalaman atau kampung, kategori kedua adalah pemukiman pinggir jalan raya atau dekat dengan industri. Pemukiman pedalaman atau kampung biasa mayoritas di huni oleh petani, nelayan, buruh, pertukangan, pedagang, minoritas pegawai swasta, PNS. Sedangkan pemukiman pinggir jalan raya di huni oleh karyawan, PNS, pengusaha serta para pendatang. Kategori pemukiman itu dibagi berdasarkan letak rumah atau tempat tinggal yang dihuni oleh masing-masing masyarakat Kelurahan Gerem. Kenyataannya pembagian kategori pemukiman tersebut mempengaruhi pola interaksi para penduduknya karena pada interaksi penduduk yang bermukim diwilayah pedalaman atau kampung berbeda dengan penduduk yang bermukim di dekat jalan raya. Untuk karakter penduduk yang tinggal di pemukiman pedalaman pertama cenderung individualis dan kedua memiliki kecenderungan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Karakter pemukiman di pedalaman yang mencerminkan corak individualistis ditandainya dengan mereka yang memiliki mobilitas sosial yang tinggi dalam mencapai tujuan-tujuan hidupnya, selain itu mereka juga ditunjang dengan kemampuan ekonomi yang sederhana. Namun tidak semua masyarakat bermukim di pedalaman memiliki karakter sosial yang cukup tinggi, ini ditandai dari sikap mereka yang dermawan karena mereka tidak sungkan-sungkan membantu biaya kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungannya. Dan yang kedua karakter masyarakat yang memiliki kecenderungan kepedulian terhadap lingkungannnya, mereka memiliki keakraban yang kuat, dapat dilihat dari seringnya komunikasi diantara mereka. Mereka saling mengenal satu sama lain mulai dari kepribadian hingga keadaan ekonomi keluarga. Karena mereka sering saling bertukar informasi mengenai apa saja yang mereka ketahui, maka tidak jarang hingga menimbulkan gossip. Meskipun demikian mereka memiliki semangat kerja sama yang kuat karena jika ada salah satu dari mereka yang membutuhkan bantuan tenaga maka dengan segera mereka saling memberikan bantuan. Hal tersebut menjadikan karakter sosial yang positif dari masyarakat pedalaman. Hal ini ditandainya dengan kultur gotong royong yang masih terasa, seperti juga kegiatan-kegiatan masjid atau hari besar islam, hajatan, pengajian, kasidahan serta membantu tetangga yang terkena musibah. Sedangkan karakter pemukiman masyarakat pinggir jalan raya memiliki dua tipe, tipe pertama ialah masyarakat pribumi dan yang kedua ialah tipe masyarakat pendatang. Karakter masyarakat pribumi ini sering berbaur dengan masyarakat pendatang. Masyarakat pribumi tersebut adalah sebelumnya masyarakat pedalaman yang berpindah ke dataran pinggir jalan raya tepatnya dekat dengan wilayah industrialisasi. Sebagaian karakter masyarakat tersebut cenderung digambarkan memiliki hubungan yang kental antar sesama, meski hal ini digambarakan bahwa aspek kepedulian terhadap lingkungan sudah mulai luntur, namun pada perayaan hari besar islam, hari kemerdekaan, pengajian hajatan dan lain-lain. mereka terllihat memiliki jalinan sangat kuat. Sedangkan sebagian masyarakat pendatang tergolong masyarakat yang individualis, hal ini ditandainya dengan karakter mereka yang sulit bergabung dengan masyarakat pribumi melalui kegiatan yang dilaksanakan seperti perayaan hari besar islam, pengajian dan sebagainya. Dengan demikian dinyatakan bahwa masyarakat pribumi akan dapat berbaur antar sesama jika kegiatan-kegiatan itu ada dan dapat dilaksanakan, oleh karena itu hal ini hanya mencerminkan sifat seremonial saja. Begitu pula dengan masyarakat pedalaman yang tergolong invidualis, sementara masayarakat pendatang yang sulit bergabung dan sangat menerminkan corak invidualitas. Berbeda halnya dengan masayarakat pedalaman yang masih terjalin kuat melalui sering komunikasi dan sampai bertukar informasi mengenai apapun sehingga dalam aspek kerja bakti atau gotong royong dan kegiatan yang lainnya pun tetap terjalin secara kuat.

2. Kondisi Umum Ekonomi Masyarakat Gerem

Setiap orang bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan-kebutuhan pribadi sekalipun keluarganya. Memiliki mata pencaharian atau pekerjaan merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat ekonomi seseorang karena pekerjaan atau profesi adalah salah satu pembentuk pelapisan sosial social stratification yang terjadi di dalam masyarakat. Misalnya perbandingan antara pekerjaan pengusaha dan buruh tani tentu akan sangat jauh perbandingannya, jika di ukur dari penghasilan masing-masing. Karena kerap kali pengusaha dianggap sebagai profesi yang terhormat dibandingkan dengan buruh tani. Terkait masalah kondisi ekonomi ketika industri belum bernaung di wilayah Gerem, secara ekonomis masyarakat Gerem masih tergolong masyarakat bawah atau mayoritas ialah petani. Pada saat industri ini belum datang masyarakat Gerem berada pada kondisi ekonomi sederhana atau berada pada garis standar. Tampak dari industri belum datang mencerminkan masyarakat Gerem bekerja sebagai petani dan lahan yang digarapnya pun memang memiliki aspek kesuburan tanah dan sangat potensial ketika hendak panen. Kondisi tanah sebelum industri datang masih tergolong murah dengan taksiran harga Rp. 1000 per meter. Namun ketika beragam informasi, teknologi dan modernisasi hadir dan termasuk salah satunya adalah industrialisasi, tanah meningkat tajam menjadi harga Rp. 500.000 sampai 1.000.000. Akibat keberadaan industri inilah tanah atau lahan yang dimiliki oleh masyarakat Gerem di jual kepada pihak manajemen industri. Dari tanah yang dijual tersebut menjadikannya pembangunan industrialisasi atau pabrik. Kemudian disinilah industrialisasi mempunyai dampak positif dan negatif bagi masyarakat Gerem. Dampak positifnya ialah masyarakat Gerem merasa mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang layak serta adanya perbaikan taraf hidup dan kebutuhan terpenuhi. Sedangkan dampak negatifnya ialah kebisingan serta terkontaminasinya lingkungan akibat polusi. Dari adanya industri inilah masayarakat Gerem ada yang bekerja sebagai karyawan, meski memang tidak semua. Sementara masyarakat Gerem di bawah