settingan target dan jangka waktu yang ditujukan untuk mengeksekusi isu-isu stratejik yang berasal dari para stakeholders mereka sendiri dan
ekspektasi apa yang kira-kira diinginkan oleh stakeholders. Dengan demikian diperlukan suatu laporan yang transparan bertanggung jawab
dan konsisten terhadap semua tindakan praktikal CSR yang telah dilakukan perusahaan. Oleh karena laporan yang akuntabel merupakan
suatu bentuk komitmen yang utuh terhadap para stakeholder-nya. d. Pelibatan yang sistemik, Bersifat konsultasi dan kolaboratif
Wujud konkret dalam kepemimpinan CSR adalah melibatkan perusahaanya secara penuh dan berdedikasi dengan para stakeholders.
Kepemimpinan tipe ini proaktif membentuk forum-forum yang kredibel bersama stakeholders-nya dalam konteks komunikasi, konsultasi dan
kolaborasi yang berhubungan dengan isu-isu dan spesifik tentang CSR kekinian. Seperti, bagaimana memobilisasi sumber daya untuk
memecahkan persoalan yang menyangkut pembangunan dan sosial, atau hanya sekedar berbagai cerita, mengungkapkan opini, berbagai pelajaran
dan pengalaman yang bertujuan untuk menciptakan koalisi pelibatan yang lebih dinamis dan lebih baik antara korporat dengan para
stakeholder s-nya.
4. Komitmen dan Kemitraan di antara Stakeholder
Stakeholder merupakan bagian strategis dalam pelaksanaan CSR.
Perusahaaan yang mampu bekerjasama dan memuaskan matriks stakeholder dengan skala-sakala yang telah ditentukan akan menciptakan sistem kerja CSR
yang efektif serta menguntungkan bagi setiap pihak. Pengidentifikasian stakeholder
sangat penting sekali, oleh karena apabila stakeholder telah divalidasi sesuai dengan startegi perusahaan tentang CSR maka dari sana muncul program
kerja. Dari program kerja muncul lagi kemitraan atau partnership yang berdaya
guna dalam mengeksekusi program CSR agar berjalan dengan efektif dan jitu. Program CSR itu membutuhkan pemerintah dan masyarakat civil society supaya
program tidak berjalan sendiri-sendiri atau tidak pincang. Untuk itulah ada istilah “tri sector partnership”. Peran dari masing-masing unsur kemitraan tersebut dam
konteks kemitraan CSR adalah: 1. Peran pemerintah disini adalah:
a. Mewakili kepentingan pemilih. b. Negoisasi dan membuat komitmen atau kerjasama internasional.
c. Menyediakan kerangka kerja legal atau regulasi yang mengatur semua sektor serta menyiapkan kebijakan-kebijakan nasional.
d. Mengawasi kinerja Negara dan mengambil tindakan untuk mencapai keteraturan.
2. Bisnis yang diindentikan dengan perusahaan berperan sebagai: a. Meawakili kepentingan pemilik saham.
b. Mencari keuntungan ekonomi di pasar.
c. Bertindak mandiri dalam mengoperasikan perusahaan dengan menrapkan kode etik yang berlaku.
3. Civil Society yakni masyarakat sipil atau berbagai macam kelompok yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat Non Govermental
OrganizationNot Profit Organization dan termasuk lembaga pendidikan
Education Institution yang mempunyai peran:
a. Mewakili pemangku kepentingan dimana diantara sesama masyarakat bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tujuan
kelompok atau organisasi. b. Mengutamakan nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip yang
berhubungan dengan lingkungan, sosial, HAM dan pembangunan. c. Mengawasi Pemerintah dan Perusahaan dan bertindak supaya
akuntabilitas didalam pemerintah dan perusahaan bias dijalankan sesuai dengan legal aspek yang berlaku di negara.
27
G. Implikasi Corporate Social Responsibility CSR
Salah satu bentuk perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan CSR itu adalah menjalin hubungan terhadap masyarakat, yang terikat dalam suatu interaksi
manusia dan terikat dalam satu wilayah geografis tertentu. Kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi
perusahaan di dalam masyarakat sekitar melalui upaya kemaslahatan bersama bagi
27
Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia
Bandung: Refika Aditama, 2009, h. 47-54.