83 stres oksidatif tubuh, termasuk dalam sel endotelium, sehingga struktur dan fungsi
reseptor muskarinik pada sel endotelium aorta pun tetap terjaga. Azuma et al. 2006 melaporkan bahwa pengendalian glukosa darah dan stres oksidatif dapat
memperbaiki vasodilatasi dengan ED
50
sebesar -7,25 log M, sedangkan kontrol positif ED
50
nya sebesar -6,5 log M.
4.5.3 Rasio Sel Endotelium Aorta
Data pengamatan dan analisis data rasio sel endotelium aorta tikus normal dan tikus diabetes melitus yang diberi ekstrak S. echinocarpum dapat dilihat pada
Lampiran 19. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rasio sel endotelium aorta antar perlakuan berbeda sangat nyata p 0,01. Fotomikrograf dan rasio sel
endotelium aorta tikus normal dan tikus diabetes melitus yang diberi ekstrak S. echinocarpum
dapat dilihat pada Gambar 34 dan 35.
Gambar 34. Fotomikrograf sel endotelium aorta tikus normal A, tikus diabetes melitus yang diberi ekstrak metanol S. echinocarpum
dosis 0 mg kg
-1
B, 150 mg kg
-1
C, 300 mg kg
-1
D, dan 450 mg kg
-1
Perbesaran 1000 x Pewarnaan HE = 10 µm
Keterangan:
E.
◄ = endotelium utuh, = endotelium terlepas, = bukaan, dan = kawah
C D
E A
B
◄
◄ ◄
▼
84
98.32
65.36 69.04
81.48 89.85
25 50
75 100
Normal DM + S0
DM + S150 DM + S300
DM + S450
R as
io s
el e nd
ote liu
m
Gambar 35. Rasio sel endotelium aorta tikus normal dan tikus diabetes melitus
yang diberi ekstrak metanol S. echinocarpum Gambar 34 dan 35 memperlihatkan sel endotelium aorta tikus normal masih
melekat, utuh dan rasio sel endoteliumnya hampir 100, sedang sel endotelium aorta pada tikus diabetes melitus terlepas dan rusak hingga mencapai 35 dan
intima mengalami penebalan, bukaan, dan kawah. Dolgov et al. 1982, Soltani et al.
2005, Azuma et al. 2006, dan Akgun-Dar et al. 2007 menunjukkan aorta hewan diabetes melitus kehilangan sel endotelium, memiliki zona de-endotelisasi
yaitu berupa terbentuknya bukaan dan kawah, intima mengalami penebalan. Efek sitotoksik kadar glukosa tinggi kronis telah mengakibatkan sel
endotelium mati dan terlepas dari intima aorta. Hiperglikemik kronis dapat meningkatkan akumulasi sorbitol pada aorta hingga radikal bebas banyak terdapat
pada intima. Kadar radikal bebas yang banyak mengakibatkan intima mengalami pembengkakan, hingga difusi oksigen terganggu dan akhirnya sel endotelium mati
dan terlepas Stetz et al. 1979. Halliwell dan Gutteridge 1999 menyatakan terlepasnya sel endotelium dari
aorta saat hiperglikemik terutama akibat oksidasi radikal bebas terhadap protein pembentuk sel, pelekat, migrasi, dan proliferasi sel endotelium. Mekanisme
pelepasan sel endotelium dari aorta akibat radikal bebas, yaitu: 1 teroksidasinya gugus tiol -SH komponen protein sitoskeleton, molekul adesi, dan intercellular
junction endotelium oleh radikal bebas, sehingga fungsi komponen protein ini
sebagai penentu bentuk dan keutuhan sel rusak atau hilang, 2 teroksidasinya protein matriks ekstraselular sel. Matriks ini berupa serabut dan cairan viscous
yang berfungsi sebagai pelekat, migrasi, dan proliferasi sel endotelium, dan bila
a a
b bc
c
85 protein ini teroksidasi sel endotelium pun akan lepas, dan 3 teroksidasinya
protein membran basalis. Protein ini berupa serabut kolagen dengan fungsi sebagai tempat perlekatan sel endotelium pada intima. Teroksidasinya protein ini
mengakibatkan sel endotelium terlepas dari intima. Lebih lanjut Halliwell dan Gutteridge 1999 menyatakan bahwa oksidasi
radikal bebas terhadap gugus thiol juga dapat mengakibatkan blebbing pelepuhan yaitu perubahan bentuk sel endotelium menjadi lebih bulat. Jika
proses pelepuhan lebih parah, tonjolan sel akan mengalami rupture dan terbentuk lubang pada membran sehingga sel akan mati dan dapat membentuk bukaan atau
kawah. Gambar 34 dan 35 memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak metanol S.
echinocarpum dengan dosis yang makin besar dapat mencegah kerusakan sel
endotelium aorta tikus diabetes melitus. Hal ini dimungkinkan karena florotanin dalam ekstrak metanol S. echinocarpum dapat menurunkan kadar radikal bebas
yang terbentuk saat hiperglikemik. Xu et al. 2010 telah menunjukkan bahwa kerusakan sel endotelium saat hiperglikemik dapat dicegah oleh polifenol. Nakai
et al. 2004 telah menunjukkan bahwa florotanin dapat mencegah pembentukan
spesies oksigen radikal, sedang Hwang et al. 2009 dan Lee et al. 2010 memperlihatkan florotanin dapat menurunkan kadar glukosa darah diabetesi.
Penurunan glukosa darah oleh florotanin berakibat secara langsung pada penurunan pembentukan dan kadar radikal bebas.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil dan bahasan penelitian dapat dibuat simpulan dan saran sebagai berikut:
5.1 Simpulan