Florotanin Aktivitas antioksidan dan Identitas florotanin .1 Rendemen

49

4.2.2 Florotanin

Data pengamatan dan analisis data kadar florotanin ekstrak S. echinocarpum hasil pelarutan dalam berbagai pelarut dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 5 memperlihatkan kadar florotanin berbagai ekstrak S. echinocarpum berkisar antara 4-12 mgg berat ekstrak atau 0,4-1,2 berat ekstrak. Koivikko et al. 2005 melaporkan bahwa florotanin yang terkandung dalam rumput laut coklat Fucus vesiculocus berkisar 0,1-6,2 tiap berat sampel, Shibata et al. 2004 mendapatkan kandungan florotanin Eisenia bicyclis 3,1 , E. cava 3,3 , dan E. kurome 3,0 , dan Arnold and Targett 1998 menyatakan bahwa florotanin dalam L. variegata 3,5 , S. pteropleuron 5,5 , dan F. distichus 4,7 . Lebih lanjut dinyatakan bahwa florotanin rumput laut coklat di daerah beriklim dingin sedang berkisar 5-12 tiap berat bahan, sedang di daerah tropis 2 tiap berat bahan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan florotanin S. echinocarpum uji sangat kecil dibanding yang dilaporkan oleh para peneliti terdahulu. Arnold dan Targett 1998, Pavia dan Toth 2000, dan Arnold dan Targett 2002 menyatakan bahwa keberadaan florotanin dalam rumput laut coklat sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan habitat rumput laut tersebut hidup, seperti: kadar radiasi, ketersediaan nutrisi, kepadatan herbivora dan musim. Pengambilan S. echinocarpum di perairan pulau Talango pada musim hujan menjadi faktor penyebab rendahnya kadar florotanin rumput laut coklat uji. Pada musim ini kadar radiasi dan kadar nutrisi perairan rendah. Saat nutrisi perairan sedikit, herbivora yang berada di dalamnya juga sedikit. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kadar florotanin ekstrak S. echinocarpum dipengaruhi sangat nyata oleh jenis pelarut p 0,01 Lampiran 3. Tabel 5 memperlihatkan kadar florotanin ekstrak S echinocarpum yang dilarutkan aseton 70 paling banyak dibanding pelarut lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa florotanin ekstrak S. echinocarpum mempunyai indeks polaritas yang hampir menyerupai aseton 70. Menurut aturan like dissolve like bahwa suatu ekstraktan akan terlarut dalam pelarut karena perbedaan nilai polaritasnya tidak jauh berbeda. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya pelarutan: 1 adanya interaksi antara bahan terlarut dengan pelarut, 2 interaksi hidrogen antara pelarut dengan gugus fungsional senyawa yang dilarutkan, 3 50 banyaknya ikatan hidrogen pada senyawa tersebut, dan 4 energi interaksi antara bahan terlarut dengan pelarut dalam keadaan berkeseimbangan dan perbedaan indeks Hildebrand antar solut dan solvent kurang dari 7 Snyder 1974; Barwick 1997; Houghton dan Raman 1998; Tantishaiyakul et al. 2006; Xu dan Redman- Furey 2007. Tabel 5 memperlihatkan aseton 70 dapat melarutkan florotanin lebih optimal dibanding pelarut lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pelarut ini dapat mengurangi interaksi antara florotanin dengan protein dan bahkan dapat memutus ikatan hidrogen yang terbentuk antara florotanin dengan protein struktur sel. Koivikko et al. 2005 menyatakan florotanin mempunyai sifat yang sama dengan tanin yaitu berkemampuan membentuk banyak ikatan hidrogen dengan protein.

4.2.3 Aktivitas Antioksidan