60 Gambar 16 menunjukkan bahwa kenaikan berat badan hewan uji mengalami
hambatan akibat pemberian ekstrak metanol S. echinocarpum. Perlakuan dosis 625 mgkg BB menunjukkan kecenderungan kenaikan yang hampir sama dengan
perlakuan kontrol negatif, walau pada akhir masa uji keduanya mengalami perbedaan sangat nyata p 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak
metanol S. echinocarpum dosis 625 mgkg BB tidak mengakibatkan gangguan metabolisme dalam hewan uji. Nagayama et al. 2002 melaporkan bahwa mencit
yang diberi florotanin E. kurome menunjukkan tidak mengalami gangguan pertumbuhan. Targett dan Arnold 1998 melaporkan ada beberapa herbivora laut
yang makanannya adalah rumput laut coklat dan menunjukkan bahwa herbivora tersebut tetap tumbuh. Herbivora ini tetap tumbuh karena rumput laut yang
dimakan 10 g per hari. Perlakuan ekstrak metanol S. echinocarpum dosis 1250 mgkg BB, 2500
mgkg BB dan 5000 mgkg BB pada awal perlakuan mengakibatkan hambatan dan penurunan berat badan hewan uji, namun selanjutnya hewan uji mengalami
kenaikan berat badan. Stern et al. 1996 menyatakan florotanin dapat menghambat pertumbuhan organisme bila kadar yang dikonsumsikan 10 g tiap
kg berat badan. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan florotanin untuk membentuk ikatan hidrogen dengan protein termasuk enzim dalam saluran
pencernaan.
4.3.2 Dosis kematian 50 LD
50
Hasil uji menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol S. echinocarpum sekali secara oral hingga dosis 5000 mgkg BB tidak mengakibatkan kematian
pada mencit uji. Hal serupa dilaporkan oleh Nagayama et al. 2002 bahwa ekstrak rumput laut dari Ecklonia kurome yang diperlakukan pada mencit pada
suatu uji toksisitas akut dengan dosis mencapai 5000 mgkg tidak mengakibatkan kematian pada mencit uji tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa komponen atau
senyawa yang terkandung dalam ekstrak metanol S. echinocarpum tergolong senyawa yang relatif tidak toksik. Derelanko dan Holinger 1995 menyatakan
bahwa suatu bahan atau senyawa bila dikonsumsikan secara oral pada hewan percobaan dengan dosis 5000 mgkg BB dan tidak mengakibatkan kematian, maka
bahan atau senyawa tersebut digolongkan relatif tidak toksik.
61
0.58 1.00
1.50 2.06
2.11
0.5 1
1.5 2
2.5 3
625 1250
2500 5000
Dosis mgkg BB
Sk or
h is
to lo
gi s
4.3.3 Histopatologis hati dan ginjal
Data pengamatan histopatologis hati mencit uji akibat pemberian ekstrak metanol S. echinocarpum dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa skor histologis hati mencit antar perlakuan berbeda sangat nyata p 0,01. Fotomikrograf dan skor histologis hati mencit yang diberi
ekstrak metanol S. echinocarpum dapat dilihat pada Gambar 17 dan 18.
Gambar 17. Fotomikrograf hati mencit yang diberi ekstrak metanol
S. echinocarpum dosis 0 mgkg BB A, 625 mgkg BB B, 1250 mgkg BB C, 2500 mgkg BB D, dan 5000 mgkg BB E.
Perbesaran 400 x Pewarnaan HE = 15 µm
Keterangan: ◄ = sel radang, = nekrosis, = vakuola, dan = steatosis
Gambar 18. Skor histologis hati mencit yang diberi ekstrak metanol S. echinocarpum
C B
D A
E
a ◄
ab bc
cd d
62 Gambar 17 dan 18 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol S.
echinocarpum dosis 1250 mgkg BB pada mencit uji telah dapat mengakibatkan
perubahan histologis pada hepatosit hingga mengalami nekrosis. Sudha et al. 2008 dan Hsu et al. 2011 menunjukkan bahwa pemberian tanin 1500 mgkg
BB dapat mengakibatkan kerusakan hati dan hepatotoksik. Ada dua hal yang memungkinkan tanin pada dosis tersebut bersifat hepatotoksik, yakni: 1 pada
dosis tersebut, tanin dapat merusak membran mitokondria. Perusakan ini akan memicu pembentukan spesies oksigen reaktif hingga dapat memberi efek
sitotoksik. 2 pemberian dosis yang sangat besar sekaligus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Damjanov 1996 menyatakan bila rangsangan luar yang
mengenai jaringan atau sel melebihi kapasitas sel beradaptasi, maka akan terjadi cedera sel tak imbal balik dan akhirnya sel mati nekrosis.
Data pengamatan histopatologis ginjal mencit uji akibat pemberian ekstrak metanol S. echinocarpum dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa skor histologis ginjal mencit antar perlakuan berbeda sangat nyata p 0,01. Fotomikrograf dan skor histologis ginjal mencit yang diberi
ekstrak metanol S. echinocarpum dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20. Gambar 19. Fotomikrograf tubulus ginjal mencit yang diberi ekstrak metanol
S. echinocarpum dosis 0 mgkg BB A, 625 mgkg BB B, 1250 mgkg BB C, 2500 mgkg BB D, dan 5000 mgkg BB E.
Perbesaran 400 x Pewarnaan HE = 15 µm
Keterangan: ◄ = dilatasi, = nekrosis, = epitel terkelupas
E D
C B
A
◄
63
0.30 0.53
1.60 2.03
2.43
0.5 1
1.5 2
2.5 3
625 1250
2500 5000
Dosis mgkg BB Sk
or h
is to
lo gi
s
Gambar 20. Skor histologis ginjal mencit yang diberi ekstrak metanol S. echinocarpum
Gambar 19 dan 20 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol S. echinocarpum
dosis 1250 mgkg BB pada mencit uji telah dapat mengakibatkan perubahan histologis pada tubulus ginjal hingga mengalami nekrosis. Sudha et al.
2008 dan Hsu et al. 2011 menunjukkan bahwa pemberian tanin 1500 mgkg BB dapat mengakibatkan kerusakan ginjal dan nefrotoksik. Hal ini dimungkinkan
karena adanya efek lipid peroksidasi dan pemekatan tanin pada tubulus. Rodrigo dan Rivera 2002 menyatakan kerusakan atau kematian sel ginjal dapat
diakibatkan oleh stres oksidatif. Hervas et al. 2003 menyatakan lipid peroksidasi dapat dipicu oleh pemberian tanin 1500 mgkg BB dengan mekanisme
perusakan membran mitokondria. Desphande 2002 menyatakan bahwa tubulus mudah mengalami kerusakan atau nekrosis oleh zat dari luar karena jaringan ini
merupakan tempat pemekatan zat sebelum diekskresikan dari tubuh.
Bioaktivitas ekstrak metanol S. echinocarpum
pada tikus diabetes melitus
Penggunaan hewan uji diperlukan untuk mendapatkan gambaran stres oksidatif tikus dan disfungsi sel endotelium aorta diabetes melitus yang
diperlakukan dengan ekstrak metanol S. echinocarpum. Pengamatan stres oksidatif meliputi: malondialdehid MDA, superoksida dismutase SOD,
katalase, glutation peroksidase GSH-Px serum dan profil Cu,Zn-SOD hati dan ginjal. Pengamatan disfungsi sel endotelium meliputi: vasorelaksasi, kepekaan
sensitivitas reseptor sel endotelium aorta, dan rasio sel endotelium aorta.
a a
b c
d
64
-50 -25
25 50
75
2 4
6 8
10 12
Waktu minggu K
en ai
kan b
er at
b ad
an g
Normal DM + S0
DM + S150 DM + S300
DM + S450
4.4 Stres oksidatif 4.4.1 Berat badan