Pengelolaan Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem
48
a jarak tanam teratur b jarak tanam tidak teratur
Gambar 5 Kondisi jarak tanaman kemiri rakyat.
Kondisi umur tanaman yang ada saat ini adalah beragam. Secara umum, tanaman-tanaman yang ada sudah memasuki umur tidak produktif. Umur rata-rata
tanaman kemiri adalah 37,37 tahun. Tanaman yang paling muda berumur 13 tahun sedangkan tanaman paling tua berumur 80 tahun. Dari semua responden,
hanya 5 responden 7,94 yang pernah melakukan peremajaan. Alasan peremajaan dilakukan karena memiliki lahan pada lahan-lahan miring yang
curam, pemeliharaannya tidak sulit dan merasakan bahwa kemiri masih mendatangkan hasil yang lumayan bagi hidupnya.
a tanaman produktif
b tanaman tua tidak produktif
Gambar 6 Kondisi tanaman kemiri rakyat.
49 Paimin 1994; Koji 2002; Deptan 2006a menyebutkan bahwa batas
produksi kemiri sampai umur 35 tahun. Tanaman kemiri di atas umur 35 tahun tetap berproduksi, tetapi cenderung menurun sampai umur 50 tahun. Bila tanaman
kemiri produktif sampai umur 35 tahun, maka terdapat 32 responden 50,79 memiliki tanaman kemiri yang masih produktif dan 31 responden 49,21
memiliki tanaman kemiri yang tidak produktif. Ichwandi 2001 menyebutkan bahwa kriteria kelas umur muda untuk kemiri adalah dibawah 10 tahun, produktif
pada umur 11-35 tahun dan umur tua di atas 35 tahun. Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa hampir 50,6 tanaman kemiri rakyat sudah melewati umur produktif,
yang menunjukkan bahwa proses regenerasi kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem tidak berlangsung secara berkelanjutan Yusran 1999. Walaupun tanaman
kemiri sudah melewati umur produktif, tanaman kemiri akan tetap menghasilkan buah, tetapi hasilnya akan menurun seiring dengan pertambahan umur karena
tanaman sudah lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih mudah tumbang.
Tabel 21 Produksi tanaman kemiri rakyat tahun 2010
No Umur
tahun Luas
ha Produksi
kg Jumlah pohon
batang Produksi per ha
kgha Produksi per pohon
kgpohon 1
13 – 35
83 55.686
10.209 670,92
5,45 2
35 84,95
42.284 9.071
497,75 4,66
Total 167,95
97.970 19.280
- -
Rata-rata 583,33
5,08
Pada tabel di atas dapat dilihat produksi buah kemiri rakyat yang sudah dikupas pada tahun 2010. Jika dilihat dari luas tanaman, maka tanaman kemiri
yang masuk kategori menghasilkan adalah 83 ha dengan rata-rata produksi biji kupasan 670,92 kgha, sedangkan 84,95 ha lainnya termasuk pada kategori
tanaman tua menghasilkan dengan rata-rata produksi biji kupasan 497,75 kgha. Produksi buah per ha secara keseluruhan adalah rata-rata 583,33 kgha. PPL
2010 menyebutkan produktivitas tanaman kemiri di Kecamatan Tanah Pinem pada tahun 2010 adalah 520 kgha. Hasil ini lebih kecil dengan produksi kemiri di
Indonesia tahun 2007 yaitu 797 kgha Deptan 2009. Produksi kemiri yang dihasilkan di Kecamatan Tanah Pinem hampir sama dengan rata-rata produksi
kemiri di Indonesia sekitar 0,5 tonhatahun biji kupasan Paimin 1994.
50 Produksi buah per pohon adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi umur
pohon dan kondisi kesehatan tanaman. Pada Tabel 21, produksi kemiri pada kategori umur menghasilkan umur 5 sampai 35 tahun adalah 5,45 kg biji
kupasanpohon sedangkan produksi kemiri pada kategori tanaman tua menghasilkan di atas 35 tahun menurun menjadi 4,66 kg biji kupasanpohon.
Rata-rata produksi buah kemiri untuk keseluruhan sampel adalah 5,08 kg biji kupasanpohon. Produksi kemiri per pohon di atas masih sangat kecil jika
dibandingkan dengan Dephut 2006a dan Paimin 1994 yang menyebutkan produksi pohon kemiri pada saat panen pertamanya adalah 10 kg biji
kupasanpohon umur 5 tahun, 25 kg biji kupasan umur 6 sampai 10 tahun dan akan menghasilkan produksi yang stabil berkisar 35 sampai 50 kgpohontahun
umur 11 sampai 20 tahun. Perbedaan produktivitas kemiri ini sangat dipengaruhi oleh jumlah tanaman
per satuan luas, kondisi kesehatan tanaman, kondisi tempat tumbuh dan intensitas pemeliharaan. Jumlah pohon pada suatu lahan dipengaruhi oleh jarak tanam yang
ada. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada saat awal penanaman terdapat jarak tanam seperti 8m x 8m, 8m x 10m dan lain-lain. Tetapi seiring berjalannya
waktu, tanaman kemiri adalah tanaman yang mudah busuk sehingga dapat tumbang pada saat angin kencang maupun pada musim penghujan. Ada juga
penambahan tanaman yang tumbuh secara alami yang dibiarkan berkembang menjadi tanaman besar. Akibatnya adalah jarak tanam menjadi tidak beraturan.
Rata-rata jumlah pohon per ha untuk keseluruhan responden adalah 115 pohon. Rendahnya hasil produksi yang diperoleh petani berhubungan dengan
tingkat intensitas kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap tanaman dan adanya pengaruh penyakit yang selama ini sudah sering terjadi tetapi belum
ditemukan cara mengatasinya yaitu terjadinya gugur buah pada saat buah sudah hampir mencapai kondisi panen. Buah yang gugur tidak bisa dipanen karena
belum menghasilkan biji kupasan kernel. Untuk kegiatan pemeliharaan tanaman, sebagian besar responden menyebutkan bahwa tidak ada kegiatan
pemupukan yang dilakukan karena jika dipupuk, buah akan banyak dan pada saat buah mulai besar, cabang atau ranting pohon banyak yang patah sehingga
menyebabkan kerugian bagi petani.
51
Gambar 7 Perbedaan antara buah yang jatuh alami dan buah yang jatuh karena penyakit gugur buah.
Jika dibandingkan dengan produksi kemiri dari tempat lain, maka produksi kemiri di beberapa tempat di Indonesia adalah berbeda-beda. Yusran 1999
menyebutkan bahwa produktivitas kemiri rakyat di Kabupaten Maros adalah 72,1 kgha. Darmawan dan Kurniadi 2007 menyebutkan bahwa produktivitas kemiri
Propinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kabupaten Ngada 2001 berkisar 3,67
–5 kgpohontahun, di Kecamatan Soa dan Bajawa rata-rata 13,02 kgpohontahun, di Kabupaten Ende rata-rata 7,25 kgpohontahun dan di
Kecamatan Ende Selatan dan Kecamatan Ndona rata-rata 15,09 kgpohontahun. Wibowo 2007 menyebutkan produksi kemiri di Desa Kuala adalah 62,5 kg per
pohon. Besar kecilnya produktivitas kemiri di berbagai tempat menunjukkan bahwa produksi kemiri berbeda-beda antara tempat yang satu dengan tempat yang
lain, yang dapat disebabkan oleh faktor tempat tumbuh, umur tegakan, kondisi tanaman sehat atau sakit dan faktor lingkungan perubahan musim.
Umumnya masyarakat menyatakan bahwa menanam kemiri tidak sulit karena hanya melakukan penanaman, pembersihan tumbuhan bawah dan tinggal
menunggu hasil, tidak perlu penggunaan pupuk dan dapat ditinggalkan dalam
Buah matang yang jatuh secara alami
Buah yang jatuh karena penyakit gugur buah belum matang dan tidak dapat dipanen
52 waktu yang lama, yang berhubungan dengan intensitas masyarakat melakukan
pemeliharaan terhadap tanaman kemiri. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman kemiri rakyat sangat sederhana dan tidak intensif Koji 2002; Wibowo
2007; Awang et al. 2007. Dari keseluruhan responden, hanya 3 responden yang rutin pergi ke ladang, 21 responden hanya pergi pada saat-saat tertentu, 37
responden melakukan pemeliharaan kemiri pada saat panen dan 2 responden hampir tidak pernah melakukan pemeliharaan.
Tabel 22 Intensitas kunjungan petani pada tanaman kemiri No
Intensitas pemeliharaan Jumlah
Responden Persentase
1 Rutin ke ladang
3 4,76
2 Jarang pergi pada saat tertentu saja
21 33,33
3 Pada saat panen
37 58,73
4 Tidak pernah melakukan pemeliharaan
2 3,17
Jumlah 63
100,00 Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat pada tanaman
kemiri adalah pembersihan tumbuhan bawah karena mengganggu pada saat dilakukan pengumpulan buah. Pembersihan tumbuhan bawah dilakukan dua kali
setahun yaitu pada saat musim berbuah besar yang dilakukan dengan cara membabat ataupun dengan menggunakan round-up untuk mematikan tumbuhan
bawah. Pembersihan tumbuhan bawah yang dilakukan dengan membabat akan membutuhkan waktu yang agak lama sedangkan bila menggunakan zat kimia,
akan lebih cepat dan praktis. Tanaman kemiri pada dasarnya bisa berbuah sepanjang tahun, tetapi
Deptan 2006a menyebutkan bahwa panen buah dapat dilakukan 2-3 kali setahun. Informasi dari masyarakat menyebutkan bahwa musim berbuah sekarang
dengan musim berbuah dulu tahun 1980-an sudah jauh berbeda. Pada waktu dulu, masyarakat dapat memperoleh hasil sepanjang tahun, tetapi sekarang
hampir tidak menentu. Deptan 2006a menyebutkan untuk merangsang pembentukan bunga tanaman kemiri, maka dibutuhkan musim kemarau yang
tegas, bila setelah penyerbukan hujan turun, maka bunga akan gugur dan persentase bunga menjadi buah akan semakin kecil. Perubahan musim berbuah
dan besar kecilnya jumlah buah yang dihasilkan di lokasi penelitian, diduga
53 terjadi karena perubahan musim penghujan dan musim kering yang tidak menentu
akhir-akhir ini. Hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa musim berbuah
paling besar terjadi 1 kali setahun dan ada juga yang menyebutkan 2 kali setahun. Perbedaannya hanya pada besaran produksi yang dihasilkan. Musim berbuah
besar adalah musim berbuah paling banyak dibandingkan dengan musim berbuah lainnya sedangkan musim kedua adalah musim berbuah besar tetapi hasilnya
tidak seperti pada musim berbuah besar yang pertama. Adapun kisaran bulan musim berbuah kemiri adalah antara bulan Mei sampai Juli dan bulan Nopember
sampai Januari. Tetapi ada juga yang menyebutkan bulan lainnya selain bulan di atas. Hal ini terjadi karena memang tidak semua tanaman kemiri memiliki musim
berbuah yang sama secara keseluruhan, ada yang berbuah di luar musim berbuah biasanya.
a berbunga
b berbuah
Gambar 8 Pohon kemiri sedang berbunga dan berbuah.
Pemanenan buah dilakukan dengan cara menunggu buah jatuh ke tanah. Tidak ada kegiatan pengambilan buah secara sengaja, karena hal ini berhubungan
dengan tingkat kematangan buah yang akan diperoleh. Buah yang dipanen adalah buah yang sudah jatuh ke tanah, kemudian dikumpulkan, dikupas dari daging
buah dan diangkut ke rumah. Pengangkutan kemiri sangat sulit dilakukan karena berat dan jarak tempuh dari ladang ke rumah. Masyarakat mengatakan bahwa jika
membawa kemiri dengan cara menjujung di atas kepala seperti membawa batu. Sehingga, saat ini dilakukan dengan menggunakan sepeda motor yang disebut
dengan sistem “langsir”. Pengangkutan bagi petani yang memiliki sepeda motor
54 tidak ada masalah, tetapi bagi petani yang tidak memiliki sepeda motor, hal ini
menjadi biaya pengeluaran. Sebelum kemiri dikupas, dilakukan penjemuran selama 3-4 hari bila cuaca
cerah atau 5-6 hari bila cuaca tidak cerah. Masyarakat umumnya menjual kemiri yang dimilikinya dengan mengupas terlebih dahulu biji kupasan karena
berhubungan dengan harga jual yang lebih tinggi. Ada juga yang menjual kemiri tanpa dikupas dengan alasan memenuhi kebutuhan mendesak seperti membeli
beras. Harga jual kemiri kupasan pada saat penelitian berkisar antara Rp22.000 sampai Rp25.200 per kg, sedangkan harga biji kemiri yang tidak dikupas adalah
Rp6.000 sampai Rp8.000 per tumba 1 tumba=2 liter.
a Kemiri di jemur
b kemiri kering
c Pengupasan kemiri d Kemiri setelah dikupas
Gambar 9 Proses pengupasan kemiri.
Untuk melakukan pemasaran hasil, masyarakat tidak mengalami kesulitan karena hampir di semua desa ada pembeli lokal toke dan ada juga pedagang
pengumpul yang datang dari luar desa. Harga di pasar dengan harga di rumah
55 adalah sama. Karena itu, masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran
dan tidak ada biaya yang keluar. Selain buah, kulit biji kemiri juga sudah laku dijual dengan harga Rp10.000 sampai Rp13.000 per karung ukuran karung urea.
Kulit biji kemiri mulai laku dijual sejak tahun 2009 yang digunakan untuk industri-industri yang menggunakan pengering dryer dalam bentuk tungku yang
membutuhkan bahan baku kayu bakar. Sejak kesulitan dalam menemukan bahan bakar kayu, banyak industri-industri yang beralih menggunakan kulit kemiri
karena bara api yang lebih tahan lama.
a Kulit kemiri cangkang b Pengangkutan kulit kemiri
Gambar 10 Pengangkutan kulit kemiri yang dijual ke industri di Medan.
Setelah melakukan rangkaian pengumpulan data primer, data sekunder dan juga melakukan kunjungan lapangan, wawancara dan diskusi dengan masyarakat,
tokoh masyarakat dan pihak terkait, adapun hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab tujuan penelitian dapat dilihat pada pembahasan berikutnya.