42 Tabel 15 Mata pencaharian responden
No Mata
pencaharian Petani non kemiri
Petani kemiri Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase 1
Petani 45
71,43 52
82,54 2
PNSPensiunan 12
19,05 7
11,11 3
Berdagang 3
4,76 3
4,76 4
Buruh, tukang 1
1,59 5
Perangkat Desa
3 4,76
Jumlah 63
100 63
100 4.2.5
Status Kepemilikan Lahan dan Asal Usul Lahan Kepemilikan lahan dari responden yang diwawancarai menunjukkan bahwa
96 responden 76,19 belum memiliki sertifikat tanah sedangkan 30 responden 23,81 sudah memiliki sertifikat tanah. Kepemilikan lahan responden
berhubungan dengan asal usul lahan tersebut dimiliki, dimana 71 responden 56,35 memiliki tanah yang berasal dari warisan orang tua, 41 responden
32,54 memiliki tanah yang dibeli dari pihak lain atau anggota keluarga dan 14 responden 11,11 memiliki tanah dari hasil garapan sendiri.
Tabel 16 Status kepemilikan lahan responden No
Status kepemilikan lahan
Petani non kemiri Petani kemiri
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
1 Belum bersertifikat
42 66,67
54 85,71
2 Sudah bersertifikat
21 33,33
9 14,29
Jumlah 63
100 63
100 Tabel 17 Asal usul lahan yang dimiliki oleh responden
No Asal usul tanah
Petani non kemiri Petani kemiri
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
1 Warisan
41 65,08
30 47,62
2 Beli
22 34,92
19 30,16
3 Garap sendiri
14 22,22
Jumlah 63
100 63
100 Tabel 18 Status lahan yang digunakan oleh responden
No Status lahan
yang digunakan Petani non kemiri
Petani kemiri Jumlah
Persentase Jumlah Persentase 1
Lahan milik 58
92,06 62
98,41 2
Lahan sewa 5
7,94 1
1,59 Jumlah
63 100
63 100
43 Status lahan yang digunakan oleh responden saat dilakukan penelitian
menunjukkan bahwa 120 responden 95,2 menggunakan lahan miliknya sendiri dengan menanam jenis tanaman seperti tanaman jagung, cokelat, durian,
cengkeh, kemiri, pinang, kelapa dan lain-lain. Penyewa lahan hanya 6 responden 4,76, yang disewa dari kalangan keluarga sendiri maupun bukan keluarga.
Penyewa lahan akan menanam tanaman pertanian pada lahan yang memang sebelumnya ditanami tanaman pertanian seperti jagung. Bagi penyewa lahan yang
sudah ada tanaman keras seperti kemiri dan cokelat, masyarakat biasanya hanya sebatas mengambil buah dan merawat tanaman tersebut.
4.2.6 Luas Kepemilikan Lahan
Rata-rata luas kepemilikan lahan untuk seluruh responden adalah 2,24 ha, artinya bahwa kepemilikan lahan masyarakat secara umum masih sangat luas.
Jumlah responden yang memiliki luas lahan di atas 1 ha sebanyak 111 responden 88,10. Dari data ini dapat dilihat bahwa rata-rata luas kepemilikan lahan di
daerah penelitian masih lebih tinggi jika di bandingkan dengan rata-rata luas kepemilikan lahan di Pulau Jawa. Luas kepemilikan lahan akan berpengaruh pada
besarnya pendapatan yang akan diterima oleh masyarakat yang dipengaruhi jenis usaha yang dikembangkan pada lahan tersebut.
Tabel 19 Luas kepemilikan lahan No
Luas lahan ha
Petani non kemiri Petani kemiri
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
1 1 ha
13 20,63
3 4,76
2 1
– 1,99 28
44,44 19
30,16 3
2 – 2,99
15 23,81
17 26,98
4 3 ke atas
7 11,11
24 38,10
Jumlah 63
100 63
100 Rata-rata
1,54 ha 2,67 ha
Rata-rata kepemilikan lahan keseluruhan 2,24 ha
44
45
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengelolaan Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem
Kemiri merupakan tanaman yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Tanah Pinem sejak dahulu sampai sekarang. Keberadaan tanaman ini sudah
berlangsung turun temurun. Tanaman kemiri berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjadi sumber penghasilan masyarakat. Berikut ini
adalah gambaran mengenai keadaan tanaman kemiri rakyat yang yang ada di Kecamatan Tanah Pinem meliputi pola tanam, kondisi tanaman, teknik budidaya,
pengelolaan hasil dan pemasarannya. Pola penanaman kemiri yang dimiliki oleh masyarakat adalah sejenis
monokultur dan agroforestry yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain Tabel 20. Responden
yang menanam kemiri saja sebanyak 35 responden 55,56 sedangkan yang menanam dengan kombinasi tanaman lain sebanyak 28 responden 44,44.
Keberadaan tanaman lain di antara tanaman kemiri berperan dalam menambah penghasilan petani, seperti sirih yang tumbuh secara alami maupun ditanam, tidak
perlu ada perawatan dan pemeliharaan khusus tetapi dapat menghasilkan sebanyak 4 kali dalam setahun. Pola pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan
Tanah Pinem mirip dengan pola pengelolaan kemiri rakyat di Kabupaten Maros dengan pola monokultur dan agroforestry yaitu kombinasi antara kemiri dengan
palawija, pisang dan coklat Yusran 1999; Ichwandi 2001.
Tabel 20 Pola tanaman kemiri rakyat No
Pola tanaman Jumlah Responden
Persentase 1
Kemiri 35
55,56 2
Kemiri + sirih 8
12,70 3
Kemiri + cokelat 4
6,35 4
Kemiri + cokelat + pinang + sirih + dll 16
25,40 Jumlah
63 100,00
Pada Gambar 3 dapat dilihat pola tanaman kemiri rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem.
46
a monokultur
b agroforestry
Gambar 3 Pola tanaman kemiri rakyat.
Rata-rata luas lahan yang ditanami tanaman kemiri cukup lebar yaitu 2,67 ha, yang paling kecil adalah 0,45 ha dan yang paling besar adalah 6 ha. Besar
kecilnya luas lahan yang dimiliki oleh petani yang ditanami kemiri mempengaruhi jumlah pohon yang tumbuh dan besaran produksi yang diperoleh
yang tergantung pada jarak tanam yang ada.
47 Tanaman kemiri yang dimiliki oleh masyarakat saat ini adalah tanaman
yang diwariskan dari orang tua, ada juga yang ditanam sendiri dan ada yang dibeli dalam kondisi sudah ada tanaman kemirinya. Masyarakat yang menanam
sendiri adalah masyarakat yang membuka lahan di dalam dan luar kawasan hutan. Pada saat awal penanaman, masyarakat mendapatkan bibit dari tanaman yang
tumbuh secara alami di ladang dan hutan. Alasan masyarakat mempertahankan tanaman kemiri sampai saat ini, antara lain perawatan tidak susah atau tidak ada
perawatan khusus, tidak perlu ada pemupukan, bisa mendatangkan hasil setiap hari, bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, cocok untuk lahan
miring dan bersifat sebagai tabungan untuk masa depan.
Gambar 4 Buah kemiri yang disimpan yang akan dijual pada saat dibutuhkan.
Pada saat awal penanaman, masyarakat sebagian besar sudah menggunakan jarak tanam. Tetapi, kondisi tanaman yang ada saat ini umumnya sudah tidak
memiliki jarak tanam yang teratur karena sebagian besar sudah ada yang tumbang dan ada juga yang dibiarkan tumbuh secara alami permudaan alami. Jumlah
responden yang memiliki jarak tanam teratur sebanyak 29 responden 46,03 yaitu antara 5m x 5m sampai 10m x 12m, sedangkan 34 responden 53,97
menyebutkan bahwa jarak tanam yang ada di lahan miliknya tidak teratur lagi.
48
a jarak tanam teratur b jarak tanam tidak teratur
Gambar 5 Kondisi jarak tanaman kemiri rakyat.
Kondisi umur tanaman yang ada saat ini adalah beragam. Secara umum, tanaman-tanaman yang ada sudah memasuki umur tidak produktif. Umur rata-rata
tanaman kemiri adalah 37,37 tahun. Tanaman yang paling muda berumur 13 tahun sedangkan tanaman paling tua berumur 80 tahun. Dari semua responden,
hanya 5 responden 7,94 yang pernah melakukan peremajaan. Alasan peremajaan dilakukan karena memiliki lahan pada lahan-lahan miring yang
curam, pemeliharaannya tidak sulit dan merasakan bahwa kemiri masih mendatangkan hasil yang lumayan bagi hidupnya.
a tanaman produktif
b tanaman tua tidak produktif
Gambar 6 Kondisi tanaman kemiri rakyat.