Latar Belakang Analysis of Candlenut Tree Management in Tanah Pinem District, Dairi Regency, North Sumatera Province
4 dan arang Paimin 1994; Wibowo 2007. Ampas pengelolaan minyak dapat
digunakan untuk pakan ternak dan pupuk tanaman karena mengandung unsur NPK yang cukup tinggi, sementara kayu kemiri berguna sebagai kayu bakar,
bahan baku korek api, sumpit, perabot rumah tangga, papan pengepak, pulp, vinirkayu lapis Paimin 1994; Winarbowo dan Manoko 2006. Pohon kemiri juga
bermanfaat sebagai tanaman rehabilitasi. Perum Perhutani di Jawa dan Nusa Tenggara Timur menggunakan kemiri sebagai tanaman untuk menghutankan
kembali tanah kosong Djajapertjunda 2003; Koji 2002 dan berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah dan air terutama di Daerah Aliran Sungai DAS serta
daerah bertopografi miring dan curam Wibowo 2007.
Tabel 4 Luas dan produksi kebun kemiri di Indonesia sejak tahun 1984-2009
Tahun Luas ha
Produksi ton Tahun
Luas ha Produksi ton
1984 74.736
29.246 1997
179.621 69.776
1985 68.444
56.819 1998
174.798 66.302
1986 84.668
28.852 1999
193.805 65.394
1987 69.632
27.778 2000
205.532 74.319
1988 70.621
24.274 2001
205.322 77.375
1989 85.177
28.497 2002
212.487 88.481
1990 109.806
35.576 2003
212.677 95.870
1991 130.122
36.819 2004
206.321 94.005
1992 135.486
37.926 2005
196.407 92.667
1993 148.024
56.929 2006
205.454 102.308
1994 170.098
64.182 2007
209.375 102.609
1995 178.378
71.240 2008
209.734 107.116
1996 182.587
78.613 2009
210.198 111.058
Keterangan : Angka sementara, angka estimasi Sumber : Deptan 2009
Luas dan produksi tanaman kemiri di Indonesia setiap tahunnya cenderung meningkat. Menurut Deptan 2009, tanaman kemiri yang tumbuh di Indonesia
100 adalah tanaman kemiri yang diusahakan oleh masyarakat dalam bentuk kebun penduduk perkebunan rakyat. Potensi luas dan produksi tanaman kemiri
yang ada di Indonesia sejak tahun 1984 sampai 2009 dapat dilihat pada Tabel 4. Perkembangan tanaman kemiri juga melibatkan sejumlah petani sebagai tenaga
kerja yang yang melakukan pengelolaan. Jumlah petani yang terlibat dalam pengelolaan tanaman kemiri di Indonesia untuk tahun 2004 sampai 2009 dapat
dilihat pada Tabel 5.
5 Tabel 5 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri di Indonesia tahun 2004-2009
Tahun Luas ha
Produksi ton Rerata Produksi kgha
Jumlah Petani KK
2004 206.321
94.005 769 348.728
2005 209.264
92.667 766 354.293
2006 205.455
102.308 844 342.435
2007 209.375
102.609 797 362.644
2008 209.734
107.116 802 363.248
2009 210.198
111.058 805 363.977
Keterangan : Angka sementara, angka estimasi Sumber : Deptan 2009
Tanaman kemiri di Propinsi Sumatera Utara hampir tersebar di semua kabupaten, seperti terlihat pada Tabel 6. Deptan 2009 menyebutkan bahwa luas
tanaman kemiri di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 11.636 ha dengan produksi buah mencapai 13.761 ton, yang melibatkan 15.691 petani.
Rerata produktivitas hasil kemiri rakyat adalah 1.498 kgha dan rerata kepemilikan luas lahan kemiri sekitar 0,74 ha.
Tabel 6 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri tahun 2007 di Sumatera Utara
No Kabupaten
Luas ha
Produksi ton
Rerata Produksi kgha
Jumlah Petani KK
1 Deli Serdang
857 465
658 1.742
2 Langkat
543 432
814 837
3 Simalungun
459 786
1.774 1.154
4 Karo
2.560 2.358
1.384 1.232
5 Dairi
3.518 7.057
2.074 4.637
6 Tapanuli Utara
451 184
767 597
7 Tapanuli Tengah
150 116
935 876
8 Nias
194 8
571 190
9 Nias Selatan
18 4
500 120
10 Tapanuli Selatan
689 738
1.570 766
11 Asahan
13 7
500 41
12 Mandailing Natal
688 276
600 276
13 Toba Samosir
269 106
520 654
14 Humbang Hasundutan
581 200
623 832
15 Pak-pak Barat
16 Samosir
538 926
2.086 973
17 Serdang Bedagai
108 98
1.010 764
Jumlah 11.636
13.761 1.498
15.691
Sumber : Deptan 2009
Salah satu kabupaten penghasil kemiri adalah Dairi. BPS 2009 menyebutkan bahwa luas tanaman kemiri pada tahun 2008 mencapai 4.463 ha
dengan produksi mencapai 8.273,6 ton. Tanaman kemiri hampir tumbuh di
6 beberapa kecamatan, paling banyak di Kecamatan Tanah Pinem dengan
luas 3.846 ha dan produksi buah sampai 6.446 ton. Pada Tabel 7 dapat dilihat sebaran tanaman kemiri rakyat dan produksinya di Kabupaten Dairi pada tahun
2008. Rerata produksi hasil kemiri di Kabupaten Dairi adalah 2.074 kgha dan jumlah petani yang mengelolanya mencapai 4.637 KK.
Tabel 7 Sebaran kemiri rakyat di Kabupaten Dairi pada tahun 2008
No Kecamatan
Luas ha Produksi Buah ton
1 Sidikalang
9,50 11,70
2 Sitinjo
3 Berampu
4 Parbuluan
23,00 38,00
5 Sumbul
30.00 31,20
6 Silahisabungan
25,50 39,50
7 Silima Pungga-pungga
47.00 828,00
8 Lae Parira
39,00 64,80
9 Siempat Nempu
25,00 19,80
10 Siempat Nempu Hulu
82,00 147,60
11 Siempat Nempu Hilir
71,00 141,00
12 Tigalingga
138,00 260,00
13 Gunung Sitember
97,00 191,00
14 Pegagan Hilir
30,00 55,00
15 Tanah Pinem
3.846,00 6.446,00
Jumlah 4.463,00
8.273,60
Sumber : BPS Kabupaten Dairi 2009
Pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem sudah berlangsung sangat lama, turun temurun dan merupakan salah satu usaha yang dikembangkan
menjadi mata pencaharian penduduk sebagai sumber penghasilan. Perkembangan pengelolaan tanaman kemiri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan
eksternal dalam pengambilan keputusan untuk mengelola atau tidak mengelola. Seorang petani kemiri akan menjual kemirinya dengan kondisi dikupas dan
tidak dikupas. Kemiri yang dikupas dijual lebih mahal dari kemiri yang belum dikupas. Untuk kemiri yang tidak dikupas, biasanya dibeli oleh pihak lain untuk
kemudian dikupas agar harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan tanaman kemiri di Kecamatan Tanah Pinem
dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pihak lain. Salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan tahun 2006-2025
adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan yang adil dan bertanggung jawab. Strategi yang ditempuh yaitu
7 meningkatkan luasan hutan rakyat yang mandiri dan mendukung fungsi hutan
sebagai penyangga kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Target luas hutan rakyat yang akan dibangun sampai tahun 2025 adalah 8 juta ha Dephut 2006.
Widiarti dan Mindawati 2007 menyebutkan bahwa pemilihan jenis pohon yang tepat dalam pengembangan hutan rakyat harus berorientasi pada kecukupan
pangan keluarga, kelangsungan hasil dan kelestarian sumberdaya. Sehingga, pemilihan jenis tanaman untuk program pemerintah untuk kepentingan
masyarakat pada suatu wilayah harus sesuai dengan kondisi lingkungan wilayah tersebut atau bersifat site spesifik dengan pertimbangan faktor teknis, ekonomis,
ekologis dan sosial budaya, agar kegiatan hutan rakyat dapat menjadi pilihan usaha yang produktif dan lestari. Dari penjelasan ini, maka salah satu sasaran
pengembangan kegiatan hutan rakyat sebaiknya adalah potensi-potensi tanaman yang sudah ada di daerah yang bisa menjadi pertimbangan untuk dikembangkan
dalam meningkatkan pendapatan petani, pendapatan daerah dan mendukung dalam pengelolaan lahan yang sesuai dengan kondisi ekologi.
Sehubungan dengan berbagai latar belakang kondisi perkembangan hutan rakyat yang ada dan dengan adanya rencana pemerintah mengembangkan hutan
rakyat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka dilakukan suatu penelitian tentang pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang sudah tumbuh
dan berkembang di Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.