27
2.5 Beberapa Studi Terdahulu
Penelitian tentang kemiri sudah cukup berkembang. Adapun beberapa hasil- hasil penelitian yang sudah dilakukan sehubungan dengan pengelolaan kemiri
rakyat sebagai berikut: 1
Pada tahun 1999, Yusran melakukan penelitian tentang analisis model pengelolaan hutan kemiri rakyat di Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi
Selatan. Hasilnya adalah 1 Keadaan sosial ekonomi masyarakat mendukung pengembangan hutan kemiri rakyat; 2 Potensi tanaman kemiri rakyat cukup
tinggi tetapi umur tegakan tidak produktif sehingga tidak menjamin kelestarian hasil; 3 Kontribusi kemiri hanya 7,6 tetapi mempunyai nilai strategis dalam
ekonomi petani; 4 Usaha kemiri rakyat secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan; 5 Sistem pasar kemiri di Kabupaten Maros
mendekati sistem pasar persaingan sempurna; dan 6 Sistem kelembagaan pengelolaan hutan kemiri rakyat lebih bersifat non formal dan lembaga formal
yang ada belum berperan dalam pengembangan kemiri rakyat. 2
Pada tahun 2005, Yusran melakukan penelitian tentang analisis performansi dan pengembangan hutan kemiri rakyat di kawasan pegunungan Bulusaruang.
Hasilnya adalah 1 Perbedaan status penggunaan lahan mempengaruhi performansi hutan kemiri rakyat; 2 Semakin kuat status lahan yang dikelola,
semakin intensif pengelolaan, semakin besar nilai ekonominya dan terjamin kelestarian sistem kelembagaan lokal yang memiliki nilai-nilai sosial. Tetapi,
cenderung semakin menurunkan nilai keanekaragaman jenis tanaman; 3 Penguatan status lahan penting dilakukan untuk menjamin kelestarian hutan
kemiri yang mempertimbangkan aspek ekologi, nilai-nilai sosial dan ancaman fragmentasi lahan; dan 4 Ketidakpastian status pengusahaan hutan
merupakan kelemahan yang menjadi sumber ancaman dalam pengelolaan hutan kemiri yang juga mempengaruhi kelestarian tanaman.
3 Wibowo 2007 melakukan penelitian tentang pengusahaan tanaman kemiri di
Desa Kuala, Tanah Karo. Hasilnya adalah bahwa pengusahaan kemiri cukup memberikan kontribusi ekonomi bagi petani, pedagang pengumpul dan
pengecer dan kegiatan penanaman kemiri menumbuhkan usaha jasa pengupasan kemiri. Usaha pengupasan kemiri dengan cara sederhana hanya
28 menghasilkan 48 kernel utuh dan sisanya adalah pecah. Hal ini
mempengaruhi nilai jual kemiri di pasar. Pengusahaan kemiri belum dilaksanakan secara intensif dan masih bersifat usaha sampingan.
4 Darmawan dan Kurniadi 2007 melakukan penelitian tentang studi
pengusahaan kemiri di Flores dan Lombok. Hasilnya adalah pengusahaan kemiri yang dilakukan masyarakat hanya terbatas pada pengusahaan kemiri isi
kemiri kupaskernel. Pengusahaan kemiri mempunyai pengaruh secara ekonomi dan bagi kelestarian lingkungan karena pohon kemiri dapat ditanam
pada tanah-tanah marjinal. Kegiatan usaha jual beli kemiri bersifat multiflier effect
yang memberikan manfaat bagi para pelakunya.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penyusunan proposal sampai penyelesaian pembuatan laporan akhir dilakukan dari bulan September 2010 sampai September 2011. Penelitian
lapangan dilakukan bulan Maret sampai bulan Mei 2011 di Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu penentuan lokasi secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa yang dipilih adalah desa
yang memiliki tanaman kemiri yang paling luas, yaitu Desa Pasir Tengah, Desa Pamah dan Desa Kuta Buluh.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan metode evaluasi. Metode survey adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara aktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok
ataupun suatu daerah Nazir 2005. Metode evaluasi digunakan untuk mengetahui kualitas hal-hal, program, dan sebagainya yang sudah terjadi, biasanya dengan
membandingkan suatu standar Irawan 2007. Metode survey difokuskan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri. Metode evaluasi difokuskan untuk menganalisis sejauh mana keberlanjutan sustainability pengelolaan tanaman
kemiri rakyat yang sudah dilakukan sesuai dengan indikator LEI 2001, indikator pengelolaan hutan lestari menurut Davis et al. 2001 dan indikator pengelolaan
yang keberlanjutan dalam melakukan suatu proyek menurut Dephut et al. 1997. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui observasi secara langsung di lapangan dan melakukan wawancara terhadap responden melalui pertanyaan-pertanyaan yang
telah disusun sebelumnya sehubungan dengan hal-hal yang hendak diketahui. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara bertanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya pewawancara
30 dengan si penjawab responden dengan menggunakan alat panduan wawancara
Nazir 2005. Untuk data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi literatur dan
studi data-data laporan hasil kegiatan pada instansi terkait. Data sekunder sifatnya sebagai data pendukung dan penunjang untuk melengkapi data primer. Data
sekunder berasal dari hasil-hasil penelitian, stakeholder dan instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik BPS, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta instansi-instansi pemerintahan lainnya.
3.3 Penentuan Responden Responden yang diwawancarai adalah petani yang memiliki lahan milik
yang menanam kemiri dan yang tidak menanam kemiri. Petani yang tidak menanam kemiri bisa saja adalah petani yang pernah menanam kemiri tetapi
dalam perkembangannya kemudian beralih ke tanaman lain ataupun petani yang tidak pernah menanam kemiri. Sedangkan petani yang menanam kemiri adalah
petani yang memiliki tanaman kemiri pada lahan miliknya pada saat dilakukan penelitian. Jumlah responden yang diwawancarai ditentukan dengan rumus Slovin
Umar 2000 yaitu : n =
� 1 +
��
2
dimana : N : Populasi petani menanam kemiri dan petani tidak menanam kemiri
n : Jumlah sampel responden e : Tingkat kesalahan yang masih ditolerir
Jumlah populasi petani di ketiga desa yang dipilih adalah 1467 KK. Tingkat kesalahan yang masih ditolerir ditentukan 8,5, maka jumlah sampel adalah 126
KK. Petani yang menanam kemiri dan petani yang tidak menanam kemiri diambil secara proporsional dari ketiga desa yang ditentukan. Sampel Desa Kuta Buluh
adalah 58 responden, terdiri dari 29 petani kemiri dan 29 petani yang tidak menanam kemiri, Desa Pamah dan Pasir Tengah masing-masing 34 responden
dengan rincian masing-masing 17 petani kemiri dan 17 petani yang tidak menanam kemiri.