Aspek Ekologi Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kemiri Rakyat

72 ditanami tanaman kemiri, tampak bahwa lapisan permukaan tanah dalam kondisi ditumbuhi tumbuhan bawah yang berperan dalam mencegah terjadinya erosi. Pada lahan-lahan yang ditanami tanaman kemiri tidak ada dijumpai penipisan lapisan tanah karena tajuk yang lebat dan lebar serta tumbuhan bawah yang tumbuh rapat berperan melindungi tanah dari pengaruh tumbukan air hujan sehingga tidak menimbulkan erosi. Lain halnya pada lahan-lahan yang ditumbuhi oleh tanaman pertanian berdaur pendek seperti tanaman jagung, tampak adanya erosi alur yang membentuk parit-parit kecil tempat berlalunya air yang mengangkut partikel tanah. Hal ini terjadi karena tidak adanya perlindungan terhadap permukaan tanah pada saat hujan turun. Gambar 11 Tumbuhan bawah pada tegakan kemiri berperan dalam mencegah terjadinya erosi. 2 Produktivitas lahan Produktivitas lahan untuk jenis tanaman kemiri yang ada di Kecamatan Tanah Pinem selama 10 sepuluh tahun terakhir disajikan pada Gambar 12. Tampak pada gambar bahwa produktivitas kemiri naik turun seiring dengan naik turunnya luas tanaman kemiri. Produksi kemiri dipengaruhi oleh umur tanaman, yang rata-rata tanaman sudah termasuk pada kategori tidak produktif dan kondisi kesehatan tanaman. 73 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem 2001-2010 Gambar 12 Luas dan produktivitas kemiri selama 10 tahun terakhir. Untuk perbandingan, pada Tabel 26 dapat dilihat produktivitas empat jenis komoditi utama di Kecamatan Tanah Pinem seperti jagung, padi ladang, cokelat dan kemiri sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Produktivitas untuk ke-4 komoditas setiap tahunnya adalah meningkat, walaupun pada tahun tertentu ada yang menurun. Informasi dari kecamatan, rata-rata produktivitas jagung masih sangat rendah yaitu berkisar 6-7 tonha. Bila dilakukan pengelolaan lahan yang intensif, maka dapat mencapai hasil yang cukup tinggi yaitu 8 –10 tonha. Produktivitas kemiri masih cukup besar yaitu antara 0,50 sampai 0,77 tonha jika dibandingkan dengan produktivitas kemiri untuk tingkat Indonesia pada tahun 2007 adalah 0,797 tonha. Produktivitas tanaman kemiri dari sampel yang diambil rata-ratanya adalah 583,33 kghatahun, mendekati rata-rata produksi kemiri di Indonesia sebesar 0,5 tonhatahun Paimin 1994. Tabel 26 Produktivitas 4 jenis komoditi utama tahun 2005 sampai tahun 2009 No Tahun Produktivitas tonha Jagung Padi Ladang Cokelat Kemiri 1 2005 5,63 2,63 38,85 0,50 2 2006 6,33 1,87 0,70 0,65 3 2007 6,16 2,30 0,75 0,50 4 2008 6,23 2,30 0,93 0,75 5 2009 6,63 2,32 1,01 0,77 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka 2006-2010 Luas Ha Produksi Ton 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 74 Salah satu alasan masyarakat memilih untuk menanam jenis tanaman tertentu pada lahannya adalah sesuai dengan kondisi tanahnya, yang mengarah pada produktivitas lahan dengan harapan hasilnya banyak Suharjito 2002. Kondisi ini juga dialami oleh masyarakat pada lokasi penelitian, menanam kemiri merupakan tanaman yang menghasilkan bagi masyarakat khususnya pemilik lahan pada lahan miring dan produksinya masih ada walaupun produktivitas lahan cenderung menurun. 3 Karakteristik air Kondisi sungai-sungai di lokasi penelitian umumnya mengalir sepanjang tahun. Sungai-sungai di Kecamatan Tanah Pinem umumnya sulit dimanfaatkan oleh masyarakat karena keberadaannya yang berada pada daerah jurang yang dalam dan diantara bebatuan yang curam dan terjal. Untuk kehidupan sehari-hari, masyarakat memanfaatkan sungai-sungai yang mengalir di dekat perkampungan yang bersumber dari kawasan hutan. Mata-mata air mengalir dari bebatuan yang dibagian hulunya terdapat pepohonan, termasuk tanaman kemiri. Hal ini sesuai dengan BPKH 2009 yang menyebutkan bahwa dengan keberadaan hutan rakyat berperan dalam menjamin ketersediaan air lokal. Wijayanto 2002 juga menyebutkan bahwa ada keterpaduan repong damar dengan agro-ekosistem dalam sistem tata air yang akan menjamin ketersediaan air sepanjang tahun. Masyarakat Desa Pecekelan menyatakan bahwa hutan rakyat berperan dalam menjaga keberadaan mata air dan menjamin tidak pernah kering pada musim kemarau Rahayu dan Awang 2003. Gambar 13 Tegakan pohon kemiri berperan menjamin ketersediaan air lokal. 75 4 Kualitas air Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh semua mahluk hidup. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama dalam penggunaan air adalah kualitas air. Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya untuk air minum, perikanan, pengairanirigasi, industri dan sebagainya. Mengetahui kualitas air berarti mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat dilihat dari parameter kemasaman pH air, Biological Oxygen demand BOD, Chemichal Oxygen Demand COD, residu terlarut dan temperatur air. Kecamatan Tanah Pinem secara keseluruhan berada di daerah DAS Singkil. Berdasarkan data dari BPDAS Wampu Sei Ular 2009, pH air berkisar antara nilai 6 sampai di bawah 7,5, BOD berkisar kurang dari 0,7 mgl, COD berkisar pada nilai 3,19 sampai 22,31 mgl dan residu terlarut sedimen bernilai antara 20,75 sampai 444,5 mgl. Dari hasil tersebut di atas dinyatakan bahwa sungai- sungai yang termasuk dalam DAS Singkil secara keseluruhan masih dalam kondisi yang baik sesuai kriteria PP No.82 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Syarat kelas mutu air menurut PP No.82 tahun 2001 adalah pH berkisar 6-9, BOD berkisar 2-12 mgl, COD berkisar 10-100 mgl dan residu terlarut berkisar 1000-2000 mgl. Bila dilihat dari tingkat kejernihan air, maka air yang mengalir pada sungai- sungai pada musim kemarau umumnya bersih dan keruh pada musim penghujan. Untuk kehidupan sehari-hari, masyarakat menggunakan sumber mata air dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 5 Cara-cara mengambil manfaat kayu dan buah Manfaat yang diambil masyarakat dari tanaman kemiri secara umum adalah buahnya. Cara-cara mengambil manfaat buah yang dilakukan oleh masyarakat masih sederhana, tidak merusak dan ramah lingkungan. Buah yang diambil adalah buah yang jatuh secara alami yang ada di bawah tegakan tanaman kemiri. Pada saat pengambilan manfaat dilakukan pembabatan tanaman bawah untuk pembersihan lahan. Pembabatan dilakukan sebanyak dua kali setahun yaitu sebanyak musim berbuah banyak. Selain dilakukan pembabatan, juga dilakukan 76 dengan cara kimia seperti penggunaan round-up. Bahan kimia ini merupakan sejenis racun tanaman yang dapat mematikan tanaman bawah seperti rumput dan alang-alang. Penggunaan round-up sudah sangat banyak digunakan oleh masyarakat karena lebih mudah, praktis dan tidak memerlukan biaya yang besar. Pengambilan manfaat kayu belum banyak dilakukan masyarakat. Pada umumnya masyarakat belum memikirkan untuk menjual kayu kemiri yang sudah tidak produktif. Dari 63 responden petani kemiri yang di wawancarai, hanya 7 responden 11,11 yang pernah menjual kayu kemiri yang dimilikinya. Tidak semua responden dapat menjual kayu kemiri yang dimilikinya karena tidak mengetahui informasi tentang penjualan kayu kemiri, kondisi tanaman kemiri yang tidak bagus percabangannya banyak, jumlah kayu yang berdiameter besar dan bulat sangat jarang dan pengaruh jarak lokasi tanaman kemiri dari jalan angkutan. Semakin jauh jarak dari jalan, harga kayu kemiri akan sangat murah dan bahkan tidak laku. Responden yang menjual kayu menyebutkan bahwa kayunya laku dijual karena dekat dengan jalan, sudah berdiameter besar dan kondisi batang lurus dan bulat cukup banyak. Penentuan harga kayu kemiri yang dimiliki oleh masyarakat adalah dengan sistem taksir. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah pohon yang dapat diangkut sesuai kriteria yang diperlukan pembeli, jarak lokasi ke jalan dan semua biaya tebang sampai angkut ditanggung oleh pembeli, sehingga posisi tawar pemilik kayu adalah lemah. Umumnya masyarakat menerima setiap harga yang ditentukan dengan alasan daripada tidak laku. Dalam hal pemasaran kayu kemiri, posisi tawar masyarakat sangat lemah dalam penentuan harga Sumodiningrat 1999; Hardjanto 2000; Awang et al 2007. Hardjanto 2000 menyebutkan bahwa petani hutan rakyat memiliki posisi tawar yang lebih rendah dibanding tengkulak, industri kecil dan industri besar. Hal ini terjadi karena tengkulak, industri kecil dan besar sudah memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Untuk kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu dari lahan masyarakat dilakukan oleh pembeli kayu, akibatnya berdampak pada kekuatan pembeli untuk menentukan harga. Hal ini berdampak pada pendapatan petani yang kecil dan tidak dapat merangsang petani untuk mengembangkan usaha yang sama. 77 Masyarakat yang memiliki pohon kemiri yang tidak laku dijual, akan menebangnya dan hanya membiarkan kayunya begitu saja sampai membusuk dan menjadi pupuk bagi tanaman lain yang ditanaminya. Masyarakat kurang tertarik menggunakan kayu kemiri menjadi kayu bakar, karena kurang bagus dalam proses pembakaran, terutama kalau kayunya pernah basah. 6 Pengendalian hama dan penyakit Permasalahan yang dihadapi masyarakat pada umumnya adalah adanya hama dan penyakit. Hama yang pernah terjadi adalah serangan ulat yang memakan daun sehingga meninggalkan kayu kemiri dengan kondisi tidak berdaun hanya meninggalkan kayu dan ranting. Hal ini terjadi sekitar tahun 1987 sampai tahun 1990-an. Hama ulat ini menyerang semua tanaman kemiri masyarakat hampir di semua desa yang ada di Kecamatan Tanah Pinem. Semua responden yang diwawancarai menyebutkan bahwa mereka tidak dapat melakukan upaya pencegahan, mengingat ulat yang ada sangat banyak dan cukup sulit untuk mengatasinya. Sementara untuk jenis penyakit yang dihadapi oleh masyarakat secara umum adalah gugur buah. Hampir semua responden menyatakan menghadapi permasalahan gugur buah. Buah kemiri akan gugur ketika buah hampir mencapai kondisi setengah tua hampir masak pohon. Buah yang gugur ini tidak bisa dipanen karena belum membentuk buah kemiri yang bagus belum menjadi kernel . Permasalahan ini belum bisa diatasi oleh masyarakat dan beberapa hasil penelitian belum mampu menjelaskan penyebab terjadinya gugur buah ini. Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya benalu yang tumbuh pada pohon kemiri yang lama kelamaan makin banyak yang akhirnya mengganggu pertumbuhan tanaman kemiri. Berbagai hama dan penyakit di atas adalah masalah-masalah yang umumnya banyak ditemui pada tanaman kemiri Sunanto 1994, Paimin 1994 dan Deptan 2006a. Untuk upaya pencegahan dan pengobatan, akan menemui kesulitan karena ukuran tanaman yang tinggi dan membutuhkan biaya untuk membeli obat-obatan. Informasi yang diperoleh dari masyarakat dan penyuluh menyebutkan bahwa beberapa upaya pencegahan terhadap hama dan penyakit yang umum terjadi pada tanaman kemiri adalah dengan melakukan pengasapan 78 dari bawah tegakan dengan membakar kayu ataupun belerang dan menebas batang bagian bawah pohon tetapi tidak sampai merusak kayu hanya sebatas kulit luar saja. Sementara itu, ada juga masyarakat yang mengambil keputusan membiarkan saja atau menebang tanamannya dan beralih ke tanaman lain. 7 Adanya gangguan kebakaran, hama dan penyakit, banjir, tanah longsor, dan lain-lain Gangguan terhadap tanaman kemiri dan dampaknya bagi lingkungan sekitar pernah terjadi tetapi tidak sampai menimbulkan kerusakan dan korban jiwa dan korban materi. Gangguan seperti kebakaran hutan dan lahan tidak pernah terjadi. Tetapi gangguan hama dan penyakit pernah terjadi seperti pada poin 6 di atas. Gangguan seperti banjir bandang pernah terjadi di Pamah sekitar tahun 2006. Banjir bandang terjadi di daerah alur perlaluan air yang diangkut dari daerah yang tinggi dataran tinggi yang melewati Pamah daerah yang ada di dataran rendah. Sementara tanah longsor terjadi pada lahan-lahan yang bertopografi curam, khususnya di daerah pinggir jalan, pinggir sungai dan pinggir lahan-lahan terjal yang sudah gundul. Tanah longsor yang terjadi masih cukup ringan dan tidak menimbulkan bahaya. Tetapi, menurut pengamatan di lapangan, dengan kondisi topografi yang bergelombang, curah hujan yang tinggi, pola peralihan penggunaan lahan dari tanaman keras menjadi tanaman semusim, bila tidak diantisipasi dengan baik, bisa menimbulkan banjir bandang dan tanah longsor yang lebih besar di tahun-tahun yang akan datang. Deptan 2006b menyebutkan bahwa pengembangan kemiri dapat memperbaiki kondisi hidro-orologis setempat seperti mengurangi erosi dan banjir, kebakaran, ketersediaan oksigen dan penyerapan CO 2 . Gangguan banjir bandang yang terjadi di Pamah dan longsor di beberapa tempat dapat disebabkan karena struktur tegakan kemiri yang sudah mulai rusak oleh peralihatan dari tanaman kemiri menjadi tanaman berumur pendek pada lahan-lahan yang bertopografi curam dan terjal. 8 Struktur tegakan hutan Struktur tegakan kemiri pada lokasi tanaman kemiri yang diamati menunjukkan kondisi yang sangat rapat, masih baik dan utuh serta bermanfaat dalam melindungi lapisan tanah dari erosi dan tanah longsor. Tetapi, dari 79 pengamatan dan pemantauan di lapangan secara keseluruhan dapat dilihat bahwa struktur tegakan hutan umumnya sudah mulai terganggu dengan adanya peralihan lahan-lahan yang ditanami tanaman keras menjadi tanaman semusim, baik di lahan datar maupun lahan miring yang menyebabkan keterbukaan sebagian permukaan lahan. Tetapi, beberapa kawasan hutan keberadaannya tetap terjaga. Seperti di daerah Pasir Tengah, ada kawasan hutan yang tidak boleh diganggu tidak boleh dirusak dan ditebang karena dipercayai sebagai kawasan hutan keramat. Kawasan ini dikeramatkan karena masyarakat percaya ada roh-roh yang menjaga hutan tersebut, jika ada yang merusak hutan maka akan diganggu oleh roh penjaga. Kawasan hutan yang dikeramatkan akan berperan dalam menjaga kawasan hutan sehingga tidak ada kegiatan perusakan oleh masyarakat. Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat Kasepuhan di Banten. Suharjito dan Saputro 2008 menyebutkan bahwa Leuweung titipan pada lingkungan masyarakat Kasepuhan adalah hutan yang tidak boleh dipungut hasilnya atau kawasannya tidak dapat dimanfaatkan karena dianggap keramat. Leuweung titipan bagi warga Kasepuhan merupakan titipan dari Karuhun yang harus dijaga kelestarian dan keasliannya. 9 Jaminan penutupan lahan Penanaman tanaman kemiri yang dilakukan oleh masyarakat secara umum menjamin penutupan lahan. Penutupan lahan ini terlihat dari besarnya tajuk tanaman kemiri yang menutupi lahan sehingga berperan dalam melindungi permukaan tanah. Penanaman kemiri dengan jarak tanam tertentu akan menjamin luas lahan yang akan ditutupi oleh tajuk pohon. Penanaman yang dilakukan oleh masyarakat bertujuan untuk mendapatkan buah, maka jarak tanam kemiri yang digunakan masyarakat adalah berkisar antara 8m x 8m, 8m x 10m, 10m x 10m, 10m x 12m. Tetapi ada juga beberapa penduduk yang menanam dengan jarak tanaman yang lebih sempit yaitu dengan jarak tanam 5m x 5m sampai 6m x 6m. Tujuan penanaman dengan jarak tanaman yang lebar adalah agar tajuk tanaman kemiri lebar dan besar sehingga buah yang akan dihasilkan lebih banyak. Penanaman kemiri untuk tujuan menghasilkan buah dapat menjamin penutupan lahan sehingga berperan menjaga tanah tidak rusak, menjaga kesuburan tanah dan mencegah erosi. Berapapun jarak tanam yang dibuat, secara umum struktur 80 tegakan kemiri pada suatu bentang lahan akan menjamin penutupan lahan, yang kemudian akan berperan dalam mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor Haryadi 2006; Mahendra 2009. Gambar 14 Tajuk tanaman kemiri yang lebar berperan menutupi permukaan tanah 10 Adanya upaya konservasi tanah Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di beberapa lokasi yang diamati, tidak ada upaya konservasi tanah yang sengaja dilakukan. Tetapi, untuk beberapa tempat, seperti daerah terjal, pinggir-pinggir sungai, lembah curam dan alur-alur sungai, masyarakat masih mempertahankan keberadaan tanaman kemiri. Apalagi untuk beberapa responden menyebutkan bahwa mereka masih mau menanami tanaman kemiri pada lahan milik mereka khususnya pada lahan miring karena tidak bisa dikelola menjadi tanaman pertanian. Jika masyarakat beralih menanam tanaman lain pada lahan miliknya yang miring, maka akan membutuhkan biaya yang besar. Suripin 2004 menyebutkan untuk kondisi lapangan yang curam dan terjal dan untuk menjamin produktivitas lahan sebaiknya menerapkan kaidah konservasi tanah dengan cara pengolahan tanah menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain sesuai dengan kondisi lapangan. Dengan menerapkan kaidah konservasi pada lahan miring, maka masyarakat dapat memperoleh penghasilan dan bermanfaat bagi lingkungan. Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem dari aspek ekologi masuk pada kategori berkelanjutan dengan catatan yaitu harus ada pembenahan dan perbaikan dalam pengelolaan agar pengelolaannya sampai pada tahap berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari 81 hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan yang belum sepenuhnya dilakukan kearah pengelolaan yang keberlajutan seperti belum adanya upaya penanganan hama dan penyakit yang berdampak pada menurunnya produktivitas, luas tanaman kemiri yang terus menurun yang berdampak pada jaminan penutupan lahan khususnya pada lahan miring, belum adanya kegiatan yang aktif dalam konservasi tanah seperti penanaman pada lahan miring dan lain-lain. Adanya gangguan hama dan penyakit menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman kemiri belum intensif dan adanya bencana banjir bandang akibat dari perubahan penggunaan lahan pada lahan miring menunjukkan terjadinya pola penggunaan lahan yang tidak tepat pada lahan-lahan miring. Jika pengelolaan tanaman kemiri rakyat berkelanjutan, maka peran tanaman kemiri dari aspek ekologi lingkungan akan tercapai seperti menyimpan keanekaragaman hayati, habitat satwa, mempertahankan kesuburan tanah, menjaga kestabilan suhu tanah dan organisme penghuninya, mengurangi karbon dioksida, mengurangi pemanasan global dan penahan erosi Haryadi 2006.

5.3.2 Aspek Ekonomi

Hasil penilaian setiap indikator yang diperoleh dari aspek ekonomi adalah yang bernilai Baik sebanyak 3 37,5; yang bernilai Cukup sebanyak 3 37,5; dan yang bernilai Jelek sebanyak 2 25. Penjelasan setiap indikator adalah sebagai berikut: Tabel 27 Hasil penilaian aspek ekonomi pada pengelolaan tanaman kemiri No Indikator Penilaian Keterangan 1 Sumber modal J 2 Peningkatan pendapatan C 3 Kelayakan usaha B 4 Penyerapan tenaga kerja B 5 Kesejahteraan penduduk J 6 Kepastian potensi produksi di panen buah C 7 Keuntungan usaha C 8 Akses pasar B Keterangan : B= Baik, C= Cukup, J= Jelek 1 Sumber modal Sumber modal untuk berbudidaya tanaman kemiri berasal dari pemilik lahan. Sumber modal dalam tanaman keras belum dapat diajukan ke bank dalam 82 bentuk kredit karena tingkat pengembalian modal yang cukup lama. Bank hanya mengeluarkan dana pinjaman seperti untuk kegiatan usaha pertanian dan peternakan. Diniyati et al. 2008 menyebutkan bahwa bank dan koperasi dapat berpengaruh dalam perkembangan hutan rakyat. Sementara Mosher dalam Soekartawi 2002 menyebutkan bahwa salah satu unsur kelembagaan yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauhmana pembangunan pedesaan sudah berkembang adalah adanya perkreditan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan rakyat dalam mengadakan faktor produksi. Jika hal di atas dihubungkan dengan pinjaman yang mudah pada jenis usaha pertanian, tentu mendukung kegiatan pengembangan usaha tanaman pertanian, tetapi tidak untuk tanaman keras kayu-kayuan yang menghasilkan agak lambat. Nugroho 2010 lembaga keuangan seperti bank masih enggan untuk mendanai pengusahaan hutan rakyat berdasarkan sifat manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan yang dapat dihasilkan dari pengusahaan hutan rakyat. Tidak adanya akses untuk mendapatkan kredit dari bank dalam pengusahaan kemiri, menyebabkan penanaman kemiri hanya dilakukan berdasarkan pengalaman dengan modal lahan yang tersedia, tenaga kerja dari keluarga dan pengadaan bibit diperoleh dari bibit tanaman kemiri yang tumbuh di lahan-lahan sekitar, sehingga usaha pengembangan tanaman kemiri sebagai tanaman yang dapat bermanfaat dari aspek ekologi dan ekonomi kurang berkembang. 2 Peningkatan pendapatan Untuk mendapatkan peningkatan pendapatan, maka suatu jenis kegiatan haruslah mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Tanaman kemiri merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga bagi pemiliknya. Petani kemiri tidak hanya menanam kemiri saja, tetapi juga menanam tanaman lain seperti jagung dan cokelat. Sumber penghasilan masyarakat selain dari tanaman pertanian adalah dari gaji, berdagang, supir, tukang dan lain-lain. Jika pendapatan dari kemiri dibandingkan dengan pendapatan total per tahun, maka pendapatan yang diperoleh petani dari tanaman kemiri adalah sekitar 35,79 terhadap pendapatan total Lampiran 5. Sementara penelitian lainnya menyebutkan bahwa kontribusi pendapatan petani dari kemiri terhadap pendapatan total per bulan di Kecamatan 83 Kuta Buluh, Tiga Binanga, Lau Balang dan Mardinding Kabupaten Karo adalah antara 10,34 sampai 39,43 Hutasoit 2008. Jika hasil pendapatan dari HHBK kemiri di atas dibandingkan dengan hasil pendapatan dari kayu hutan rakyat, maka pendapatan ini masih lebih besar dari hasil kayu karena kontribusi hasil hutan rakyat kayu masih lebih kecil dari HHBK seperti getah damar dan kemenyan Hardjanto 2000; Hardjanto 2001; Wijayanto 2001; Nurrochmat 2001; Darusman dan Hardjanto 2006; Sitompul 2011. Hal ini terjadi karena pendapatan dari HHBK dapat diperoleh petani hampir sepanjang tahun pada saat usia tanaman masih produktif sedangkan dari hasil dari kayu hanya dapat dirasakan pada saat masa penjarang ataupun pada masa panen akhir. Pendapatan dari HHBK akan berfluktuasi sepanjang tahun tergantung dari besar kecilnya produksi HHBK yang diperoleh sedangkan pendapatan dari hasil kayu yang sangat besar akan diperoleh pada saat akhir panen. Data di atas menunjukkan bahwa tanaman kemiri berperan sebagai sumber penghasilan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan primer dan sekunder Sumodiningrat 1999. Peran pendapatan dari tanaman kemiri terhadap petani yang cukup besar disebabkan karena responden yang diwawancarai umumnya adalah responden yang memang menggantungkan hidupnya dari hasil tanaman kemiri. Hal ini juga dipengaruhi karena kondisi harga kemiri yang meningkat secara tajam. Menurut informasi, harga kemiri tahun 2005-2008 berkisar antara Rp6.000-Rp7.000kg, pada tahun 2009 sampai awal 2010 berkisar antara Rp8.000-Rp9.000kg, pada tahun 2010 berkisar Rp20.000-23.000kg. Pada saat penelitian dilakukan, harga kemiri antara Rp22.000-25.200kg. Tentu peningkatan harga kemiri ini akan mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat secara umum. 3 Kelayakan usaha Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha tanaman kemiri. Analisis dilakukan dengan menggunakan aliran biaya dan pendapatan yang terdiskonto discounted cash flow analysis. Jangka waktu analisis dimulai sejak tahuk pertama sampai tahun ke-50 dengan asumsi bahwa produksi buah masih dapat diperoleh sampai umur 50 tahun. Asumsi lain yang digunakan adalah bahwa kondis lahan adalah subur, jarak tanam 8m x 8m dengan perkiraan 84 produksi buah pertahun berdasarkan Deptan 2006a dan Paimin 1994. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 24 yaitu besaran kisaran tingkat suku bunga yang berlaku di lokasi penelitian. Tabel 28 Analisis kelayakan usaha tanaman kemiri untuk luas 1 ha No Kondisi Kriteria investasi Kriteria layak Hasil perhitungan Kesimpulan 1 Lahan milik NPV Rp IRR BCR NPV0 IRRDR BCR1 130.123.463 79,66 7,61 Layak 2 Lahan sewa NPV Rp IRR BCR NPV0 IRRDR BCR1 124.981.450 78,99 6,04 Layak 3 Lahan dibeli NPV Rp IRR BCR NPV0 IRRDR BCR1 13.852.311 25,75 1,10 Layak Perhitungan biaya, pendapatan, NPV, BCR dan IRR dapat dilihat pada Lampiran 6. Analisis NPV, BCR dan IRR dilakukan pada tiga kondisi yaitu lahan milik, lahan sewa dan lahan yang dibeli. Suatu kegiatan atau usaha disebut layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan, yang disebut dengan manfaat bersih. Suatu kegiatan dinyatakan layak bila NPV lebih besar dari 0 NPV0 yang artinya usaha menguntungkan atau memberikan manfaat. Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan NPV pada lahan milik, lahan sewa dan lahan dibeli adalah lebih besar dari 0, sehingga usaha kemiri dapat memberikan keuntungan kepada yang mengusahakannya. Nilai BCR digunakan untuk mengetahui pengaruh adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Suatu kegiatan dinyatakan layak bila BCR lebih besar dari 1 BCR1 yang artinya bahwa usaha layak untuk dijalankan. Nilai BCR pada lahan milik adalah 7,61, artinya bahwa investasi satu rupiah akan memberikan tambahan pendapatan sebesar 7,61 rupiah, demikian halnya pada lahan sewa dan lahan yang dibeli. Dari hasil nilai BCR di atas, dapat diketahui bahwa usaha menanam kemiri layak dilakukan. Nilai IRR digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate DR yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Suatu usaha disebut layak apabila IRR-nya