Aspek Ekologi Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kemiri Rakyat
72 ditanami tanaman kemiri, tampak bahwa lapisan permukaan tanah dalam kondisi
ditumbuhi tumbuhan bawah yang berperan dalam mencegah terjadinya erosi. Pada lahan-lahan yang ditanami tanaman kemiri tidak ada dijumpai penipisan
lapisan tanah karena tajuk yang lebat dan lebar serta tumbuhan bawah yang tumbuh rapat berperan melindungi tanah dari pengaruh tumbukan air hujan
sehingga tidak menimbulkan erosi. Lain halnya pada lahan-lahan yang ditumbuhi oleh tanaman pertanian berdaur pendek seperti tanaman jagung, tampak adanya
erosi alur yang membentuk parit-parit kecil tempat berlalunya air yang mengangkut partikel tanah. Hal ini terjadi karena tidak adanya perlindungan
terhadap permukaan tanah pada saat hujan turun.
Gambar 11 Tumbuhan bawah pada tegakan kemiri berperan dalam mencegah terjadinya erosi.
2 Produktivitas lahan
Produktivitas lahan untuk jenis tanaman kemiri yang ada di Kecamatan Tanah Pinem selama 10 sepuluh tahun terakhir disajikan pada Gambar 12.
Tampak pada gambar bahwa produktivitas kemiri naik turun seiring dengan naik turunnya luas tanaman kemiri. Produksi kemiri dipengaruhi oleh umur tanaman,
yang rata-rata tanaman sudah termasuk pada kategori tidak produktif dan kondisi kesehatan tanaman.
73
Sumber : Kecamatan Tanah Pinem 2001-2010
Gambar 12 Luas dan produktivitas kemiri selama 10 tahun terakhir.
Untuk perbandingan, pada Tabel 26 dapat dilihat produktivitas empat jenis komoditi utama di Kecamatan Tanah Pinem seperti jagung, padi ladang, cokelat
dan kemiri sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Produktivitas untuk ke-4 komoditas setiap tahunnya adalah meningkat, walaupun pada tahun tertentu ada
yang menurun. Informasi dari kecamatan, rata-rata produktivitas jagung masih sangat rendah yaitu berkisar 6-7 tonha. Bila dilakukan pengelolaan lahan yang
intensif, maka dapat mencapai hasil yang cukup tinggi yaitu 8 –10 tonha.
Produktivitas kemiri masih cukup besar yaitu antara 0,50 sampai 0,77 tonha jika dibandingkan dengan produktivitas kemiri untuk tingkat Indonesia pada tahun
2007 adalah 0,797 tonha. Produktivitas tanaman kemiri dari sampel yang diambil rata-ratanya adalah 583,33 kghatahun, mendekati rata-rata produksi kemiri di
Indonesia sebesar 0,5 tonhatahun Paimin 1994.
Tabel 26 Produktivitas 4 jenis komoditi utama tahun 2005 sampai tahun 2009 No
Tahun Produktivitas tonha
Jagung Padi Ladang
Cokelat Kemiri
1 2005
5,63 2,63
38,85 0,50
2 2006
6,33 1,87
0,70 0,65
3 2007
6,16 2,30
0,75 0,50
4 2008
6,23 2,30
0,93 0,75
5 2009
6,63 2,32
1,01 0,77
Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka 2006-2010
Luas Ha Produksi Ton
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500
74 Salah satu alasan masyarakat memilih untuk menanam jenis tanaman
tertentu pada lahannya adalah sesuai dengan kondisi tanahnya, yang mengarah pada produktivitas lahan dengan harapan hasilnya banyak Suharjito 2002.
Kondisi ini juga dialami oleh masyarakat pada lokasi penelitian, menanam kemiri merupakan tanaman yang menghasilkan bagi masyarakat khususnya pemilik
lahan pada lahan miring dan produksinya masih ada walaupun produktivitas lahan cenderung menurun.
3 Karakteristik air
Kondisi sungai-sungai di lokasi penelitian umumnya mengalir sepanjang tahun. Sungai-sungai di Kecamatan Tanah Pinem umumnya sulit dimanfaatkan
oleh masyarakat karena keberadaannya yang berada pada daerah jurang yang dalam dan diantara bebatuan yang curam dan terjal. Untuk kehidupan sehari-hari,
masyarakat memanfaatkan sungai-sungai yang mengalir di dekat perkampungan yang bersumber dari kawasan hutan. Mata-mata air mengalir dari bebatuan yang
dibagian hulunya terdapat pepohonan, termasuk tanaman kemiri. Hal ini sesuai dengan BPKH 2009 yang menyebutkan bahwa dengan keberadaan hutan rakyat
berperan dalam menjamin ketersediaan air lokal. Wijayanto 2002 juga menyebutkan bahwa ada keterpaduan repong damar dengan agro-ekosistem
dalam sistem tata air yang akan menjamin ketersediaan air sepanjang tahun. Masyarakat Desa Pecekelan menyatakan bahwa hutan rakyat berperan dalam
menjaga keberadaan mata air dan menjamin tidak pernah kering pada musim kemarau Rahayu dan Awang 2003.
Gambar 13 Tegakan pohon kemiri berperan menjamin ketersediaan air lokal.
75
4 Kualitas air
Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh semua mahluk hidup. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama dalam penggunaan air adalah
kualitas air. Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya untuk air minum, perikanan,
pengairanirigasi, industri dan sebagainya. Mengetahui kualitas air berarti mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam
penggunaannya. Kualitas air dapat dilihat dari parameter kemasaman pH air,
Biological Oxygen demand BOD, Chemichal Oxygen Demand COD, residu
terlarut dan temperatur air. Kecamatan Tanah Pinem secara keseluruhan berada di daerah DAS Singkil.
Berdasarkan data dari BPDAS Wampu Sei Ular 2009, pH air berkisar antara nilai 6 sampai di bawah 7,5, BOD berkisar kurang dari 0,7 mgl, COD berkisar
pada nilai 3,19 sampai 22,31 mgl dan residu terlarut sedimen bernilai antara 20,75 sampai 444,5 mgl. Dari hasil tersebut di atas dinyatakan bahwa sungai-
sungai yang termasuk dalam DAS Singkil secara keseluruhan masih dalam kondisi yang baik sesuai kriteria PP No.82 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Syarat kelas mutu air menurut PP No.82 tahun 2001 adalah pH berkisar 6-9, BOD berkisar 2-12 mgl, COD berkisar
10-100 mgl dan residu terlarut berkisar 1000-2000 mgl. Bila dilihat dari tingkat kejernihan air, maka air yang mengalir pada sungai-
sungai pada musim kemarau umumnya bersih dan keruh pada musim penghujan. Untuk kehidupan sehari-hari, masyarakat menggunakan sumber mata air dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
5 Cara-cara mengambil manfaat kayu dan buah
Manfaat yang diambil masyarakat dari tanaman kemiri secara umum adalah buahnya. Cara-cara mengambil manfaat buah yang dilakukan oleh masyarakat
masih sederhana, tidak merusak dan ramah lingkungan. Buah yang diambil adalah buah yang jatuh secara alami yang ada di bawah tegakan tanaman kemiri.
Pada saat pengambilan manfaat dilakukan pembabatan tanaman bawah untuk pembersihan lahan. Pembabatan dilakukan sebanyak dua kali setahun yaitu
sebanyak musim berbuah banyak. Selain dilakukan pembabatan, juga dilakukan
76 dengan cara kimia seperti penggunaan round-up. Bahan kimia ini merupakan
sejenis racun tanaman yang dapat mematikan tanaman bawah seperti rumput dan alang-alang. Penggunaan round-up sudah sangat banyak digunakan oleh
masyarakat karena lebih mudah, praktis dan tidak memerlukan biaya yang besar. Pengambilan manfaat kayu belum banyak dilakukan masyarakat. Pada
umumnya masyarakat belum memikirkan untuk menjual kayu kemiri yang sudah tidak produktif. Dari 63 responden petani kemiri yang di wawancarai,
hanya 7 responden 11,11 yang pernah menjual kayu kemiri yang dimilikinya. Tidak semua responden dapat menjual kayu kemiri yang dimilikinya karena tidak
mengetahui informasi tentang penjualan kayu kemiri, kondisi tanaman kemiri yang tidak bagus percabangannya banyak, jumlah kayu yang berdiameter besar
dan bulat sangat jarang dan pengaruh jarak lokasi tanaman kemiri dari jalan angkutan. Semakin jauh jarak dari jalan, harga kayu kemiri akan sangat murah
dan bahkan tidak laku. Responden yang menjual kayu menyebutkan bahwa kayunya laku dijual
karena dekat dengan jalan, sudah berdiameter besar dan kondisi batang lurus dan bulat cukup banyak. Penentuan harga kayu kemiri yang dimiliki oleh masyarakat
adalah dengan sistem taksir. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah pohon yang dapat diangkut sesuai kriteria yang diperlukan pembeli, jarak lokasi ke jalan dan semua
biaya tebang sampai angkut ditanggung oleh pembeli, sehingga posisi tawar pemilik kayu adalah lemah. Umumnya masyarakat menerima setiap harga yang
ditentukan dengan alasan daripada tidak laku. Dalam hal pemasaran kayu kemiri, posisi tawar masyarakat sangat lemah dalam penentuan harga Sumodiningrat
1999; Hardjanto 2000; Awang et al 2007. Hardjanto 2000 menyebutkan bahwa petani hutan rakyat memiliki posisi
tawar yang lebih rendah dibanding tengkulak, industri kecil dan industri besar. Hal ini terjadi karena tengkulak, industri kecil dan besar sudah memiliki posisi
tawar yang lebih kuat. Untuk kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu dari lahan masyarakat dilakukan oleh pembeli kayu,
akibatnya berdampak pada kekuatan pembeli untuk menentukan harga. Hal ini berdampak pada pendapatan petani yang kecil dan tidak dapat merangsang petani
untuk mengembangkan usaha yang sama.
77 Masyarakat yang memiliki pohon kemiri yang tidak laku dijual, akan
menebangnya dan hanya membiarkan kayunya begitu saja sampai membusuk dan menjadi pupuk bagi tanaman lain yang ditanaminya. Masyarakat kurang tertarik
menggunakan kayu kemiri menjadi kayu bakar, karena kurang bagus dalam proses pembakaran, terutama kalau kayunya pernah basah.
6 Pengendalian hama dan penyakit
Permasalahan yang dihadapi masyarakat pada umumnya adalah adanya hama dan penyakit. Hama yang pernah terjadi adalah serangan ulat yang
memakan daun sehingga meninggalkan kayu kemiri dengan kondisi tidak berdaun hanya meninggalkan kayu dan ranting. Hal ini terjadi sekitar tahun 1987 sampai
tahun 1990-an. Hama ulat ini menyerang semua tanaman kemiri masyarakat hampir di semua desa yang ada di Kecamatan Tanah Pinem. Semua responden
yang diwawancarai menyebutkan bahwa mereka tidak dapat melakukan upaya pencegahan, mengingat ulat yang ada sangat banyak dan cukup sulit untuk
mengatasinya. Sementara untuk jenis penyakit yang dihadapi oleh masyarakat secara
umum adalah gugur buah. Hampir semua responden menyatakan menghadapi permasalahan gugur buah. Buah kemiri akan gugur ketika buah hampir mencapai
kondisi setengah tua hampir masak pohon. Buah yang gugur ini tidak bisa dipanen karena belum membentuk buah kemiri yang bagus belum menjadi
kernel . Permasalahan ini belum bisa diatasi oleh masyarakat dan beberapa hasil
penelitian belum mampu menjelaskan penyebab terjadinya gugur buah ini. Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya benalu yang tumbuh pada pohon
kemiri yang lama kelamaan makin banyak yang akhirnya mengganggu pertumbuhan tanaman kemiri.
Berbagai hama dan penyakit di atas adalah masalah-masalah yang umumnya banyak ditemui pada tanaman kemiri Sunanto 1994, Paimin 1994 dan
Deptan 2006a. Untuk upaya pencegahan dan pengobatan, akan menemui kesulitan karena ukuran tanaman yang tinggi dan membutuhkan biaya untuk
membeli obat-obatan. Informasi yang diperoleh dari masyarakat dan penyuluh menyebutkan bahwa beberapa upaya pencegahan terhadap hama dan penyakit
yang umum terjadi pada tanaman kemiri adalah dengan melakukan pengasapan
78 dari bawah tegakan dengan membakar kayu ataupun belerang dan menebas
batang bagian bawah pohon tetapi tidak sampai merusak kayu hanya sebatas kulit luar saja. Sementara itu, ada juga masyarakat yang mengambil keputusan
membiarkan saja atau menebang tanamannya dan beralih ke tanaman lain.
7 Adanya gangguan kebakaran, hama dan penyakit, banjir, tanah
longsor, dan lain-lain
Gangguan terhadap tanaman kemiri dan dampaknya bagi lingkungan sekitar pernah terjadi tetapi tidak sampai menimbulkan kerusakan dan korban jiwa dan
korban materi. Gangguan seperti kebakaran hutan dan lahan tidak pernah terjadi. Tetapi gangguan hama dan penyakit pernah terjadi seperti pada poin 6 di atas.
Gangguan seperti banjir bandang pernah terjadi di Pamah sekitar tahun 2006. Banjir bandang terjadi di daerah alur perlaluan air yang diangkut dari daerah yang
tinggi dataran tinggi yang melewati Pamah daerah yang ada di dataran rendah. Sementara tanah longsor terjadi pada lahan-lahan yang bertopografi curam,
khususnya di daerah pinggir jalan, pinggir sungai dan pinggir lahan-lahan terjal yang sudah gundul. Tanah longsor yang terjadi masih cukup ringan dan tidak
menimbulkan bahaya. Tetapi, menurut pengamatan di lapangan, dengan kondisi topografi yang bergelombang, curah hujan yang tinggi, pola peralihan
penggunaan lahan dari tanaman keras menjadi tanaman semusim, bila tidak diantisipasi dengan baik, bisa menimbulkan banjir bandang dan tanah longsor
yang lebih besar di tahun-tahun yang akan datang. Deptan 2006b menyebutkan bahwa pengembangan kemiri dapat
memperbaiki kondisi hidro-orologis setempat seperti mengurangi erosi dan banjir, kebakaran, ketersediaan oksigen dan penyerapan CO
2
. Gangguan banjir bandang yang terjadi di Pamah dan longsor di beberapa tempat dapat disebabkan karena
struktur tegakan kemiri yang sudah mulai rusak oleh peralihatan dari tanaman kemiri menjadi tanaman berumur pendek pada lahan-lahan yang bertopografi
curam dan terjal.
8 Struktur tegakan hutan
Struktur tegakan kemiri pada lokasi tanaman kemiri yang diamati menunjukkan kondisi yang sangat rapat, masih baik dan utuh serta bermanfaat
dalam melindungi lapisan tanah dari erosi dan tanah longsor. Tetapi, dari
79 pengamatan dan pemantauan di lapangan secara keseluruhan dapat dilihat bahwa
struktur tegakan hutan umumnya sudah mulai terganggu dengan adanya peralihan lahan-lahan yang ditanami tanaman keras menjadi tanaman semusim, baik di
lahan datar maupun lahan miring yang menyebabkan keterbukaan sebagian permukaan lahan. Tetapi, beberapa kawasan hutan keberadaannya tetap terjaga.
Seperti di daerah Pasir Tengah, ada kawasan hutan yang tidak boleh diganggu tidak boleh dirusak dan ditebang karena dipercayai sebagai kawasan hutan
keramat. Kawasan ini dikeramatkan karena masyarakat percaya ada roh-roh yang menjaga hutan tersebut, jika ada yang merusak hutan maka akan diganggu oleh
roh penjaga. Kawasan hutan yang dikeramatkan akan berperan dalam menjaga kawasan hutan sehingga tidak ada kegiatan perusakan oleh masyarakat. Hal yang
sama juga terjadi pada masyarakat Kasepuhan di Banten. Suharjito dan Saputro 2008 menyebutkan bahwa Leuweung titipan pada lingkungan masyarakat
Kasepuhan adalah hutan yang tidak boleh dipungut hasilnya atau kawasannya tidak dapat dimanfaatkan karena dianggap keramat. Leuweung titipan bagi warga
Kasepuhan merupakan titipan dari Karuhun yang harus dijaga kelestarian dan keasliannya.
9 Jaminan penutupan lahan
Penanaman tanaman kemiri yang dilakukan oleh masyarakat secara umum menjamin penutupan lahan. Penutupan lahan ini terlihat dari besarnya tajuk
tanaman kemiri yang menutupi lahan sehingga berperan dalam melindungi permukaan tanah. Penanaman kemiri dengan jarak tanam tertentu akan menjamin
luas lahan yang akan ditutupi oleh tajuk pohon. Penanaman yang dilakukan oleh masyarakat bertujuan untuk mendapatkan buah, maka jarak tanam kemiri yang
digunakan masyarakat adalah berkisar antara 8m x 8m, 8m x 10m, 10m x 10m, 10m x 12m. Tetapi ada juga beberapa penduduk yang menanam dengan jarak
tanaman yang lebih sempit yaitu dengan jarak tanam 5m x 5m sampai 6m x 6m. Tujuan penanaman dengan jarak tanaman yang lebar adalah agar tajuk tanaman
kemiri lebar dan besar sehingga buah yang akan dihasilkan lebih banyak. Penanaman kemiri untuk tujuan menghasilkan buah dapat menjamin penutupan
lahan sehingga berperan menjaga tanah tidak rusak, menjaga kesuburan tanah dan mencegah erosi. Berapapun jarak tanam yang dibuat, secara umum struktur
80 tegakan kemiri pada suatu bentang lahan akan menjamin penutupan lahan, yang
kemudian akan berperan dalam mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor Haryadi 2006; Mahendra 2009.
Gambar 14 Tajuk tanaman kemiri yang lebar berperan menutupi permukaan tanah
10 Adanya upaya konservasi tanah
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di beberapa lokasi yang diamati, tidak ada upaya konservasi tanah yang sengaja dilakukan. Tetapi, untuk
beberapa tempat, seperti daerah terjal, pinggir-pinggir sungai, lembah curam dan alur-alur sungai, masyarakat masih mempertahankan keberadaan tanaman kemiri.
Apalagi untuk beberapa responden menyebutkan bahwa mereka masih mau menanami tanaman kemiri pada lahan milik mereka khususnya pada lahan miring
karena tidak bisa dikelola menjadi tanaman pertanian. Jika masyarakat beralih menanam tanaman lain pada lahan miliknya yang miring, maka akan
membutuhkan biaya yang besar. Suripin 2004 menyebutkan untuk kondisi lapangan yang curam dan terjal dan untuk menjamin produktivitas lahan
sebaiknya menerapkan kaidah konservasi tanah dengan cara pengolahan tanah menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain sesuai dengan kondisi lapangan.
Dengan menerapkan kaidah konservasi pada lahan miring, maka masyarakat dapat memperoleh penghasilan dan bermanfaat bagi lingkungan.
Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem dari aspek ekologi masuk pada kategori berkelanjutan
dengan catatan yaitu harus ada pembenahan dan perbaikan dalam pengelolaan agar pengelolaannya sampai pada tahap berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari
81 hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan yang belum sepenuhnya dilakukan
kearah pengelolaan yang keberlajutan seperti belum adanya upaya penanganan hama dan penyakit yang berdampak pada menurunnya produktivitas, luas
tanaman kemiri yang terus menurun yang berdampak pada jaminan penutupan lahan khususnya pada lahan miring, belum adanya kegiatan yang aktif dalam
konservasi tanah seperti penanaman pada lahan miring dan lain-lain. Adanya gangguan hama dan penyakit menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman kemiri
belum intensif dan adanya bencana banjir bandang akibat dari perubahan penggunaan lahan pada lahan miring menunjukkan terjadinya pola penggunaan
lahan yang tidak tepat pada lahan-lahan miring. Jika pengelolaan tanaman kemiri rakyat berkelanjutan, maka peran tanaman kemiri dari aspek ekologi lingkungan
akan tercapai seperti menyimpan keanekaragaman hayati, habitat satwa, mempertahankan kesuburan tanah, menjaga kestabilan suhu tanah dan organisme
penghuninya, mengurangi karbon dioksida, mengurangi pemanasan global dan penahan erosi Haryadi 2006.