Analisis keberlanjutan Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kemiri Rakyat

110 tanaman tersebut. Juga lahan-lahan yang datar tetapi dimiliki oleh masyarakat yang kurang produktif dan atau memiliki pekerjaan utama bukan sebagai petani. Di Desa Kutabuluh, tanaman kemiri masih terjaga diantara tanaman lain, sementara di Pamah dan Pasir Tengah, tanaman kemiri rakyat yang masih tinggal terdapat pada lahan-lahan miring, jaraknya cukup jauh dari perumahan penduduk dan di sekitar kawasan hutan. Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri berdasarkan indikator yang diperoleh adalah “berkelanjutan dengan catatan”. Jika pengelolaan yang dilakukan masih sama dan tidak ada upaya memperbaiki kondisi tanaman maka pengelolaan tanaman kemiri dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial bisa menjadi tidak berkelanjutan. Untuk mencapai pengelolaan yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dengan dasar pertimbangan sbb: 1 Kondisi topografi Luas wilayah Kecamatan Tanah Pinem yang termasuk pada kategori curam dan terjal adalah 39.546 ha atau hampir 90 dari total luas lahan. Maka jenis tanaman yang cocok dan sesuai untuk dikembangkan adalah jenis tanaman yang memiliki sistem perakaran kuat, tanaman tahunan dan jenis endemik setempat. Penanaman tanaman pertanian seperti jagung, kurang sesuai ditanam pada lahan miring karena pengelolaan lahan dengan sistem land clearing tebang habis dapat menyebabkan terjadinya erosi sangat tinggi. Apalagi dengan proses tanam dan panen yang cukup cepat 2 kali setahun sehingga dapat menimbulkan penurunan unsur hara tanah. Dengan kondisi ini, sebaiknya lahan-lahan milik masyarakat yang ada pada daerah miring ditanami kembali jenis tanaman kayu-kayuan seperti kemiri, karena kemiri merupakan ciri khas tanaman setempat atau jenis tanaman lain yang cepat tumbuh fast growing maupun jenis MPTS lainnya sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat dari aspek ekonomi dan aspek ekologi. 2 Lahan kritis Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem menurut BPDAS Wampu Sei Ular tahun 2010 adalah 30.718,44 ha atau sekitar 70 dari total luas lahan. Adapun rincian luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem berdasarkan arahan fungsi lahan adalah seperti Tabel 34. Hal ini 111 menunjukkan bahwa perlu dilakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan dalam rangka meningkatkan peran lahan sebagai media produksi dan sebagai media pengatur tata air. Kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam bidang kehutanan adalah reboisasi pada kawasan hutan dan penghijauan di luar kawasan hutan. Tabel 34 Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem No Kriteria lahan kritis Arah fungsi penggunaan lahan Jumlah APL HL HSA HK HPHPT 1 Sangat kritis 2661,73 - - 82,93 2.744,66 2 Kritis 5.164,68 8.106,89 - 4.369,76 17.641,33 3 Agak kritis 2.937,10 3.110,75 - 4.284,60 10.332,45 Jumlah 10.763,51 11.217,64 - 8.737,29 30.718,44 Sumber : BPDAS Wampu Sei Ular 2010 3 Regenerasi tanaman Tanaman masyarakat umumnya belum menunjukkan regenerasi yang berkelanjutan dalam menghasilkan buah. Untuk memulihkan kembali fungsi tanaman kemiri sebagai produksi hasil tanaman rakyat, maka perlu dilakukan regenerasi tanaman. Regenerasi tanaman pada satuan luas, dapat dilakukan secara bertahap dengan tujuan agar tetap dapat menghasilkan bagi masyarakat. Metode regenerasi dapat dilakukan dengan mendekati kriteria lestari pada hutan tanaman. Sebagai contoh: luas lahan 1 ha, jarak tanam 10m x 10m, maka jumlah pohon adalah 100 batang. Daur tanaman ditentukan selama 7 tahun. Maka, luas lahan dibagi menjadi 5 petak dengan luas masing- masing petak adalah 2.000 m 2 . Kondisi tanaman pada saat sudah berumur 35 tahun, sudah layak dilakukan regenerasi penanaman. Jika dilakukan penebangan pohon secara keseluruhan, maka pendapatan dari buah akan terhenti pada saat itu juga. Tetapi jika penebangan hanya dilakukan pada satu petak saja, maka luas areal yang menghasilkan buah akan berkurang dan tinggal 8.000 m 2 . Setelah penebangan pada petak pertama, maka kembali dilakukan penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Pada tahun ke-5, tanaman sudah kembali dapat menghasilkan buah. Tujuh tahun kemudian daur ke-2, dilakukan penebangan pada petak ke-2 dan kemudian dilakukan penanaman kembali pada lahan tersebut. Hal ini dilakukan sampai daur ke-5. 112 Setelah daur ke-5, petak ke-1 sudah berumur 35 tahun, maka bisa dilakukan kembali peremajaan dengan kembali melakukan kegiatan seperti langkah di atas. Jika tujuan penanaman adalah komersil untuk mendapatkan penghasilan dari buah kemiri, maka proses pengelolaan dengan sistem peremajaan secara bertahap bisa dilakukan agar keberlanjutan mendapatkan buah terjamin. Pada saat yang sama, setiap hasil penebangan tanaman kemiri dapat dijual pada pasar yang tersedia dan didukung oleh aksesibilitas pengangkutan. Penjualan kayu kemiri cukup berpotensi dilakukan karena di Sumatera Utara terdapat industri yang menggunakan kayu kemiri sebagai bahan baku kayu lapis. 4 Rehabilitasi dengan teknik konservasi Kondisi lahan di Kecamatan Tanah Pinem adalah 90 masuk pada kategori curam dan terjal. Hal ini menunjukkan bahwa lahan-lahan di kecamatan Tanah Pinem sangat rawan terhadap bahaya erosi dan tanah longsor. Untuk lahan-lahan yang saat ini sudah tidak produktif, berada pada lahan miring curam dan terjal, maka perlu dilakukan rehabilitasi lahan dengan penanaman tanaman keras dan dengan teknik konservasi tanah. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan secara mekanis antara lain pengolahan tanah menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain Suripin 2004. Penanaman kemiri pada lahan miring harus dilakukan menurut garis kontur melintang terhadap lereng dengan sistem teras, tujuannya agar akar tanaman berperan dalam menghambat aliran permukaan, memungkinkan adanya penyerapan air dan menghindarkan hilangnya humus tanah akibat erosi. 5 Menerapkan pola tanam yang efektif Untuk mengefektifkan fungsi lahan sebagai media tumbuh pohon dan meningkatkan produksi lahan, maka pola tanaman yang digunakan sebaiknya menggunakan metode segitiga karena jumlah pohon yang ditanam akan lebih banyak jika ditanam dengan metode bujursangkar. Jika jarak tanam 8m x 8m, maka jumlah pohon yang ditanam adalah 156 pohonha apabila mengikuti kaidah bujursangkar, sedangkan bila mengikuti kaidah segitiga, jumlah pohon yang ditanam adalah 175 pohonha Paimin 1994. Pola tanam ini juga sesuai dilakukan pada lahan yang bertopografi curam dan terjal. 113 6 Penyuluhan Kehutanan Lapangan Keberadaan kelompok tani sudah mengindikasikan bahwa akses penyuluhan pada lingkungan masyarakat sudah berjalan dan berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakarat melalui pengenalan sarana dan prasarana pertanian yang sudah berkembang. Pemberdayaan kelompok tani dapat diperluas dalam bidang kehutanan. Hal ini disebabkan karena penyuluh lapangan bidang kehutanan hampir tidak ada. Tujuan dari kegiatan ini adalah dalam melakukan pemulihan fungsi dan peran lahan masyarakat dalam mendatangkan manfaat dengan tujuan memulihkan fungsi lahan sebagai media produksi dan media pengatur tata air. Penyuluh ini nantinya akan berperan dalam melatih masyarakat dalam melakukan penanaman kemiri dan jenis tanaman kehutanan lainnya sesuai dengan teknik budidayanya untuk tujuan mendapatkan produksi yang bermanfaat sebagai sumber penghasilan masyarakat yang memiliki lahan pada lahan-lahan miring. 7 Pasar dan hubungannya dengan pengembangan Produksi berhubungan dengan pemasaran. Pemasaran buah kemiri sebenarnya tidak sulit, karena permintaan akan kemiri setiap tahun cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Paimin 1994 menyebutkan permintaan kebutuhan kemiri setiap tahunnya akan naik sebesar 10-20. Pada tahun 1975 sampai tahun 1995, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengekspor kemiri. Tahun 1996 sampai 2003 tidak ada ekspor dan kembali mengeskpor tahun 2004 dan 2005. Ekspor terakhir kemiri Indonesia adalah tahun 2005. Sampai tahun 2010 tidak ada lagi ekspor kemiri. Sementara itu, pada tahun 2004 dan 2005, Indonesia melakukan impor kemiri sebanyak masing-masing 13 ton 62.000 US dan 15 ton 27.000 US. Seharusnya, Indonesia tidak perlu mengimpor kemiri karena kemiri adalah tanaman yang hampir tumbuh di semua tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dalam pengembangan tanaman kemiri dalam memenuhi kebutuhan domestik. Jika pengelolaan kemiri dilakukan oleh pemerintah dengan mengembangkan pola penanaman kemiri yang ada pada lahan-lahan milik rakyat, maka peran kemiri sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan daerah, sumber 114 pendapatan masyarakat dan sebagai tanaman yang bermanfaat bagi lingkungan akan sangat dapat dirasakan. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan program khusus pemberdayaan masyarakat dalam memulihkan peran tanaman kemiri dalam bentuk hutan rakyat, hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat lahan yang ada dalam kawasan hutan serta hutan tanaman industri untuk mendukung penyediaan bahan baku kayu lapis. Tanaman kemiri dapat dijadikan sebagai tanaman industri untuk menghasilkan kayu dengan jarak tanaman yang lebih sempit 4m x 4m sehingga batang yang dihasilkan bulat dan lurus. 8 Sinergi antar sektor Perlu adanya sinergi antara instansi seperti dinas kehutanan dan perkebunan, dinas pertanian, dinas perdagangan dan dinas pemberdayaan masyarakat serta dinas terkait lainnya dalam mendukung potensi tanaman kemiri sebagai tanaman yang multi manfaat, yaitu sebagai sumber penghasilan masyarakat, sumber pendapatan daerah, manfaat lingkungan dan lain-lain. Peran antar sektor diharapkan saling mendukung sehingga tujuan setiap sektor tidak overlapping yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dan daerah. Hal-hal tersebut di atas dapat menjadi bahan pertimbangan dan dapat dilakukan dengan tujuan agar pengelolaan tanaman kemiri pada masa yang akan datang menjadi berkelanjutan, dapat berperan dalam mendatangkan penghasilan petani, meningkatkan pendapatan daerah dan berperan dalam menjaga fungsi hutan dan lahan. Sebaliknya, jika tanaman kemiri tidak dijadikan sebagai tanaman yang layak untuk diusahakan, terjadi penebangan serta peralihan menjadi tanaman lain, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri pada masa yang akan datang akan turun menjadi “tidak berkelanjutan”. Untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan kemiri, maka perlu dibuat prioritas kegiatan yang dapat diperbaiki dari beberapa indikator, khususnya indikator yang bernilai Cukup dan Jelek. Pada Tabel 35 dapat dilihat prioritas indikator yang dapat diperbaiki dan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri. Selanjutnya, dari prioritas kegiatan yang yang sudah dibuat, dikembangkan menjadi program-program yang 115 perlu dilakukan yang kemudian menentukan kegiatan-kegiatan yang lebih spesifik dari setiap program yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam mencapai keberlanjutan yang diharapkan. Adapun rekomendasi program dan kegiatan yang perlu dilakukan agar pengelolaan tanaman kemiri rakyat dapat mencapai keberlanjutan adalah seperti Tabel 36, 37 dan 38. Pada rekomendasi ini juga ditentukan pihak-pihak yang perlu berperan dalam kegiatan tertentu sehingga setiap pihak mengetahui perannya masing- masing. 116 Tabel 35 Prioritas perbaikan dan kegiatan yang perlu dilakukan No Aspek Indikator Nilai Kegiatan Rencana Program Prioritas 1 Ekologi Erosi B - - - Produktivitas lahan C Pengelolaan lahan yang intensif, regenerasi tanaman Regenerasi penanaman 2 Karakteristik air B - - - Kualitas air C Pengelolaan air dinas terkait - - Cara-cara mengambil manfaat B - - - Pengendalian hama dan penyakit C Penelitian tentang hama dan penyakit tanaman kemiri Penelitian 5 Adanya gangguan kebakaran, hama penyakit, banjir,tanah longsor, dll C Pencegahan dan pengendalian Penyuluhan dan sosialisasi dalam upaya mengatasi gangguan 4 Struktur tegakan hutan C Penanaman lahan-lahan yang sudah rusak, lahan- lahan kosong, lahan kritis, dan lain-lain Rehabilitasi hutan dan lahan melalui HR, HTR, HKm, Reboisasi dan Agroforestry 1 Aktivitas penanaman menjamin penutupan lahan C Adanya upaya konservasi tanah C Pembuatan bangunan KTA konservasi secara mekanis Pembuatan bangunan KTA 3 2 Ekonomi Sumber modal untuk kegiatan penanaman J Bantuan kredit dari pemerintah, swasta, LSM dan mitra Penyaluran bantuan kredit, kemitraan 1 Peningkatan pendapatan C Pengelolaan intensif, agroforestry RHL Agroforestry 2 Kelayakan usaha B - - - Penyerapan tenaga kerja B - - - Kesejahteraan masyarakat J Kegiatan dari BKKBN - - Kepastian potensi produksi buah dan kayu C Regenerasi tanaman dan pencegahan hama dan penyakit Regenerasi penanaman 3 Keuntungan usaha C - - - Akses pasar B - - - 3 Sosial Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam C Sosialisasi penanaman kayu-kayuan khususnya jenis-jenis yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan aspek ekologi. Misalnya: Jenis tanaman yang cepat tumbuh fast growing dan MPTS. Penyuluhan 1 Peraturan di masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam C - - - Akses terhadap pelayan pendukung kredit, penyuluhan dan masukan tekhnologi C Mempermudah masyarakat dalam menjangkau akses pelayanan yang mendukung Penyuluhan 2 Pengangguran B - - - Kemiskinan B - - - Migrasi penduduk J - - - Kapasitas masyarakat untuk mengakomodasi perubahan C Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan meningkatkan infrastruktur pembangunan daerah Penyuluhan dan pembangunan daerah 3 Status lahan B - - - Kejelasan batas lahan B - - - Terbangunnya hubungan sosial antara masyarakat C - - - 117 Tabel 36 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana 1 Rehabilitasi hutan dan lahan Hutan rakyat, agroforestry Hutan kemasyarakatan HKm dan hutan tanaman rakyat HTR Reboisasi lahan kritis pada kawasan hutan Penghijauan lahan-lahan milik masyarakat khususnya lahan-lahan yang ada di daerah bertopografi curam dan terjal 25 dengan tujuan meningkatkan fungsi ekologi bagi lingkungan dan fungsi ekonomi bagi masyarakat Pemberdayaan masyarakat lokal yang diberi kesempatan memanfaatkan sumberdaya hutan pada kawasan hutan lindung danatau kawasan hutan produksi Penanaman kembali lahan- lahan hutan yang sudah rusak untuk memulihkan fungsi hutan sebagai media tata air dan media produksi 1. Masyarakat 2. Pemda 3. Dishutbun kabupaten 4. Dishutprop 5. Kemenhut 1. Dishutbun kabupaten 2. Pemda 3. Dishutprop 4. Masyarakat 5. Kemenhut 1. Dishutbun kabupaten 2. Dishutprop 3. Kemenhut 4. Pemda 2 Regenerasi penanaman Penerapan metode penanaman dengan teknik silvikultur yang berkelanjutan Manfaat yang akan diperoleh masyarakat akan berkelanjutan dan hasil yang diperoleh berkesinambungan dengan metode daur tanam 1. Penyuluh 2. Dishutbun 3. Peneliti 4. Universitas 3 Konservasi Tanah dan Air Pembuatan bangunan konservasi tanah dan air Mencegah terjadinya banjir, tanah longsor, erosi dan kekeringan dengan kegiatan pembuatan teras, guludan, gully plug , dam pengendali, sumur resapan, embung dan lain-lain 1. Pekerjaan umum 2. Pemda 3. Dishutbun kabupaten 4. Masyarakat 4 Penyuluhan Penyuluhan dan sosialisasi dalam upaya mengatasi gangguan yang terjadi hama dan penyakit, banjir dan longsor Meningkatkan kemampuan masyarakat mengatasi permasalahan hama dan penyakit serta upaya penanggulangannya Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pohon dalam mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor 1. Penyuluh Kehutanan dan pertanian 2. Pemda Kabupaten, kecamatan dan desa 3. LSM 5 Penelitian Penelitian untuk mengatasi hama dan penyakit Untuk mendapatkan cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah penyakit yang menyerang tanaman kemiri seperti gugur buah 1. Peneliti 2. Universitas 3. LSM 4. Penyuluh 118 Tabel 37 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekonomi No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana 1 2 Penyaluran kredit Kemitraan Pemberian modal usaha bagi masyarakat lemah dengan kredit ringan Pembangunan kerjasama kemitraan dengan industri pengguna bahan baku kemiri Memberdayakan masyarakat pemilik lahan dengan bantuan modal kredit bunga ringan Mitra dapat menyalurkan bantuan dana bagi masyarakat dan mitra dapat menampung produksi kemiri rakyat dengan harga yang terjamin 1. Pemda 2. BPR 3. Bank 4. Mitra usaha 5. Penyuluh 6. Masyarakat 1. Disperindag 2. Masyarakat 3. Industri perusahaan 4. Pemda 3 RHL Agroforestr y Pola tanaman campuran antara tanaman kayu- kayuan dan tanaman pertanian Meningkatkan pendapatan petani dari tanaman pertanian dan tanaman kayu-kayuan secara berkelanjutan yang berperan dalam menjamin kesinambungan penghasilan masyarakat 1. Masyarakat 2. Penyuluh 3. LSM 4. Dishutbun kabupaten 5. Dinas pertanian kabupaten 4 Regenerasi penanaman Pengaturan daur tanaman Agar potensi produksi kemiri yang diperoleh petani dapat berkelanjutan 1. Masyarakat 2. Penyuluh 3. Dishutbun kabupaten Tabel 38 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek sosial No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana 1 Penyuluhan dan sosialisasi Sosialisasi penanaman kayu-kayuan khususnya jenis-jenis yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan aspek ekologi. Misalnya: Jenis tanaman yang cepat tumbuh fast growing dan MPTS. Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tanaman-tanaman kehutanan yang dapat berproduksi cepat, layak untuk ditanam dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga menimbulkan minat bagi masyarakat untuk mau menanam di lahan-lahan miliknya 1. Penyuluh 2. Masyarakat 3. Dishutbun kabupaten 4. LSM Mempermudah masyarakat dalam menjangkau akses pelayanan kredit, penyuluhan dan teknologi Mudahnya petani menjangkau layanan pendukung dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan usahanya melalui akses kredit, penyuluhan dan teknologi 1. Penyuluh 2. Masyarakat 3. Dishutbun kabupaten 4. Dinas pertanian 2 Percepatan pembangun an infrastruktur Pembangunan sarana dan prasarana umum untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengakomodasi perubahan sekolah, jalan, puskesmas, dan lain-lain Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam mengakomdasi perubahan seperti perbaikan mutu pendidikan, mempermudah akses masyarakat dalam menjangkau perkotaan dalam melakukan transaksi hasil-hasil pertanian, dan lain-lain 1. Pemda 2. Pihak kecamatan dan desa 119 Jika kegiatan-kegiatan tersebut di atas dapat dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, maka diharapkan dapat sampai pada tujuan pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan, jika sumberdaya alam tersebut saat ini dapat dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan pemanfaatan itu tidak mengganggu kesempatan generasi yang akan datang untuk memperolehnya Davis et al. 2001; Fauzi 2006. Untuk menjamin manfaat tanaman kemiri dapat diperoleh generasi yang akan datang, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri harus diperhatikan. Masyarakat Kecamatan Tanah Pinem masih sangat tergantung pada usaha pertanian. Dengan kondisi topografi curam dan terjal, sebaiknya jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman-tanaman yang mampu mendatangkan penghasilan bagi penduduk secara berkelanjutan. Tanaman kemiri adalah salah satu jenis tanaman yang multi manfaat karena dapat memberikan hasil buah untuk dipanen setiap tahun umur 5-35 tahun, berfungsi sebagai tanaman perlindungan tanah dan air dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tanaman kemiri dapat menjadi sumber, menyediakan lapangan kerja dan berperan dalam fungsi ekologis, menunjukkan bahwa tanaman kemiri memiliki sifat multiflier effect. Pembahasan tentang pengelolaan kemiri dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial menunjukkan bahwa pengembangan tanaman kemiri dalam kegiatan hutan rakyat dapat berperan dalam mencapai tujuan pengembangan hutan rakyat. Dari aspek ekologi, pohon kemiri berperan dalam melindungi tanah dari erosi dan menjamin penutupan permukaan tanah karena tajuknya yang lebar. Dari aspek ekonomi, tanaman kemiri berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat karena buah, kulit cangkang dan kayunya dapat dijual. Sedangkan dari aspek sosial menunjukkan bahwa tanaman kemiri dapat mengurangi pengangguran karena menyerap tenaga kerja dari dalam keluarga dan luar keluarga. Jika usaha yang sama dikembangkan dalam bentuk hutan rakyat yang dikelola secara intensif, maka pengembangan hutan rakyat dengan jenis tanaman kemiri dapat sampai pada tujuannya yaitu meningkatkan pendapatan petani, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara berkesinambungan. 120 121 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengelola tanaman kemiri adalah umur petani, luas lahan, pendapatan, asal usul lahan dan aksesibilitas ke ladang. Kelima faktor tersebut berperan dalam memberikan peluang bagi pengembangan tanaman kemiri. Faktor yang dapat menjadi peluang bagi pemerintah untuk mengembangkan penanaman kemiri adalah lahan-lahan masyarakat di sekitar kawasan hutan, masyarakat berpenghasilan rendah, lahan- lahan yang sulit dijangkau, lahan-lahan milik masyarakat yang masih luas dan umur petani yang mulai kurang produktif. Salah satu faktor yang sangat berperan mendukung pengembangan penanaman kemiri pada lahan masyarakat adalah kondisi biofisik lapangan yang curam dan terjal. Pada satu sisi, masyarakat mengharapkan hasil yang maksimal dari lahan miliknya, pada sisi lain pengelolaan lahan harus menerapkan kaidah konservasi tanah pada lahan-lahan yang cukup rawan terjadi erosi dan longsor. Penanaman pohon merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk mencegah bahaya yang tidak dikehendaki. Salah satu jenis tanaman yang bermanfaat adalah kemiri karena kemiri bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi dan longsor serta berperan dalam mendatangkan penghasilan bagi masyarakat. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri adalah ”berkelanjutan dengan catatan”. Pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi cukup berperan dalam melindungi tanah dari erosi dan tanah longsor, tetapi praktek budidaya yang tidak berkelanjutan menyebabkan hasil yang menurun. Pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekonomi cukup memberikan manfaat bagi petani, menyerap tenaga kerja dan layak untuk diusahakan, tetapi pengembangannya terbatas oleh modal yang dimiliki petani. Pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek sosial menunjukkan bahwa distribusi manfaat dari tanaman kemiri cukup memberi dampak yang baik dalam kehidupan masyarakat secara umum, tetapi partisipasi masyarakat untuk mengembangkannya sudah mulai berkurang. 122

6.2 Saran

Untuk memulihkan kembali tanaman kemiri sebagai salah satu tanaman ciri khas dari Kecamatan Tanah Pinem, maka disarankan hal-hal berikut ini: 1 Upaya perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dengan melakukan program dan kegiatan-kegiatan yang mendorong tercapainya pengelolaan yang berkelanjutan. 2 Melakukan penanaman kembali lahan-lahan yang sudah tidak produktif, lahan marjinal dan lahan-lahan miring dengan kemiringan di atas 25 melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. 3 Mengembangkan pola sistem agroforestry bagi pengembangan kegiatan hutan rakyat dalam memulihkan fungsi lahan dari aspek ekologi dan ekonomi. 4 Perlu adanya peran pemerintah dalam pengadaan tenaga penyuluh bidang kehutanan, penyaluran bantuan kredit, kerjasama kemitraan dan penelitian untuk mengatasi tentang hama dan penyakit serta penanganan hasil pasca panen. 123 DAFTAR PUSTAKA Andayani W. 2002. Optimalisasi pemanfaatan lahan usahatani pola agroforestry. Tinjauan Teoritis. Jurnal Hutan Rakyat Vol IV No.1:55-68 Awang SA, Wiyono EB, Sadiyo S. 2007. Unit Manajemen Hutan Rakyat: Proses Konstruksi Pengetahuan Lokal . Cetakan Pertama. Yogyakarta: Banyumili Art Network [BPDAS WU] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu Sei Ular. 2010. Up DatingRiview Lahan Kritis di SWP DAS Wampu Sei Ular . Buku: Laporan Akhir. Medan: BPDAS WU [BPDAS WU] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu Sei Ular. 2009. Karakteristik DAS Singkil . Buku I. Medan: BPDAS WU [BPKH] Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa Madura. 2009. Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arah Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa . Yogyakarta: Laporan BPKH Wilayah XI Jawa Madura Tahun 2009 [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi. 2009. Kabupaten Dairi Dalam Angka 2009 . Sidikalang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi. Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka dari tahun 1997 sampai 2010. Sidikalang: Koordinator Statistik Darmawan S, Kurniadi R. 2007. Studi pengusahaan kemiri di Flores, NTT dan Lombok, NTB. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Info Sosial Ekonomi Vol.7 No.2:117-129 Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan ekonomi hutan rakyat. Di dalam: Kontribusi Hutan Rakyat Dalam Kesinambungan Industri Kehutanan . Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 ; Bogor, 21 September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, hlm 7-13 Davis LS, Johnson KN, Bettinger PS, Howard TE. 2001. Forest Management: To Sustain Ecological, Economic and Social Value . Fourth Edition. New York: Published by McGraw-Hill [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia. Forestry Statistics of Indonesia 2008. Jakarta [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.35Menhut-II2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK 124 [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2006. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025 . Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan. Jakarta: Badan Planologi Kehutanan [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03Menhut-V2004 tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. [DEPHUT] Departemen Kehutanan, FORDA, APAN, GTZ. 1997. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia . Kumpulan Informasi. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Budidaya Kemiri Aleurites moluccana Willd. Informasi Teknis No.21994 [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2009. Kemiri Candlenut. Statistik Perkebunan Indonesia The Crops Estate Statistic of Indonesia 2007-2009. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2006a. Pedoman Budidaya Kemiri Aleurites moluccana Willd. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2006b. Rancangan Pengembangan Kemiri 2005-2010 . Jakarta: Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. Direktorat Jenderal Perkebunan Diniyati D, Sulistyati TW, Achmad B, Fauziyah E. 2008. Sikap petani Priangan Timur terhadap kelembagaan hutan rakyat. Puslitsosek. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Info Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 3:169-188 Dirgantara U. 2008. Analisis potensi fisik, sosial dan ekonomi untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Djajapertjunda S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Cetakan I. Sumedang: Alqaprint Jatinangor Fatmawati. 2001. Analisis kebijakan pengelolaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Gujarati D. 2006. Ekonometrika Dasar. Alih bahasa: Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga