18 Untuk mengetahui sejauh mana suatu usaha hutan rakyat dapat memberikan
keuntungan maka dapat dilakukan analisis yang berbasis finansial. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang
dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Kelayakan
finansial meliputi struktur penerimaan, biaya dan pendapatan. Untuk menilai kelayakan finansial suatu kegiatanproyek, ada tiga kriteria
yang umum digunakan Kadariah, Karlina dan Gray 1999; Nurmalina, Sarianti dan Karyadi 2010 yaitu net benefit cost ratio Net BC, net present value NPV
dan internal rate of return IRR, dengan kriteria suatu usaha tani dikatakan layak jika NPV 0, BCR 1 dan IRR i. BCR diperoleh dengan cara membagi jumlah
pendapatan dengan jumlah biaya dari suatu proyek, dengan kriteria kelayakan proyek bila BCR lebih besar dari satu. Dalam menghitung nilai sekarang
digunakan faktor diskonto, sedangkan nilai absolut dari rasio pendapatan bervariasi tergantung dari suku bunga yang digunakan. Semakin tinggi suku
bunga, maka nilai BCR mungkin akan lebih dari satu. NPV adalah nilai diskonto dari selisih manfaat dan biaya untuk setiap tahun atau aliran keluar masuknya
uang yang juga berarti pendapatan bersih. Sedangkan IRR adalah suatu tingkat bunga discounte rate yang menunjukkan NPV sama dengan jumlah seluruh
biaya investasi proyek. IRR bermanfaat untuk mengukur keuntungan proyek. Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat suku bunga yang ideal adalah
melakukan percobaan-percobaan dengan interpolasi diantara suku bunga yang lebih rendah menghasilkan NPV positif ataupun dengan tingkat suku bunga
yang lebih tinggi menghasilkan NPV negatif. IRR adalah suku bunga yang menyebabkan NPV adalah nol. Usaha dipandang baik dari sudut peminjaman
modal bila IRR-nya paling tinggi dan diatas suku bunga yang berlaku.
2.2.3 Aspek Ekologi
Penggunaan lahan pada permukaan tanah akan sangat berpengaruh pada kualitas lahan tersebut. Salah satu bentuk kegiatan hutan rakyat adalah model
agroforestry . Mahendra 2009, pengaruh penerapan sistem agroforestry terhadap
aspek ekologi adalah signifikan. Tanaman pohon-pohon akan memiliki peranan
19 terhadap peningkatan kesuburan tanah, mengurangi laju erosi karena serasah yang
ada dipermukaan tanah, terciptanya iklim mikro, membaiknya karakteristik hidrologi, melimpahnya keragaman flora dan fauna tanah dan lain-lain. Secara
umum disebutkan bahwa secara ekologi agroforestry terbukti dapat menjaga kelestarian lingkungan.
Balai Pemantapan Kawasan Hutan BPKH Wilayah XI Jawa Madura 2009 menyebutkan bahwa ada beberapa fakta tentang peran hutan rakyat
terhadap lingkungan terutama dengan ketersediaan sumber air secara lokal. Beberapa fakta menunjukkan bahwa keberadaan hutan rakyat telah memunculkan
sumber-sumber air yang menjadi sumber air bersih dan untuk keperluan irigasi, seperti di Dusun Pagersengon Wonogiri, Hutan Bambu di Malang Selatan, Dusun
Kedungkeris dan Dusun Sendowo Kidul Gunung Kidul. Awang et al. 2007 menyebutkan bahwa umumnya masyarakat menanam
jenis kayu-kayuan dan buah-buahan pada lahan kering pekarangan dan tegalan, dimana pengembangan lahan kering ini adalah lahan-lahan kurang produktif,
kurang subur, dan umumnya kondisi kritis. Dengan hutan rakyat, kegiatan ini dapat memulihkan kesuburan tanah dan produktivitas lahan-lahan kritis dapat
pulih sehingga dapat memberikan manfaat pada keseimbangan lingkungan. Haryadi 2006 menyebutkan bahwa hutan rakyat sangat berperan dalam
pelestarian lingkungan. Pola hutan rakyat campuran memberikan banyak keuntungan seperti keanekaragaman hayati, habitat satwa liar, mempertahankan
kesuburan tanah, menjaga stabilitas suhu tanah dan organisme yang terkandung didalamnya, mengurangi CO
2
dan pemanasan global dan penahan erosi.
2.3 Pengelolaan Hutan Lestari
Untuk mengembangkan suatu usaha, maka keberlanjutan usaha merupakan hal utama yang harus diperhatikan sehingga dapat memberikan manfaat saat ini
maupun untuk masa mendatang. Fauzi 2006 menyatakan bahwa konsep keberlanjutan merupakan konsep yang sederhana tetapi kompleks, sehingga
konsep ini bersifat multi-dimensi dan multi-interpretasi. Dalam tulisannya, Fauzi menyatakan bahwa konsep keberlanjutan yang dipakai adalah konsep yang
disepakati oleh Komisi Bruntland yang menyebutkan bahwa “pembangunan
20 berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Pembangunan berkelanjutan untuk sumberdaya alam yang terbarukan
adalah apabila laju pemanenan harus sama dengan laju regenerasi produksi lestari. Haris 2000 dalam Fauzi 2006 menyebutkan bahwa konsep
keberlanjutan dapat dirinci dalam tiga aspek yaitu 1 keberlanjutan ekonomi yaitu pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu
untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri.
2 Keberlanjutan lingkungan yaitu sistem yang harus mampu memelihara sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep lingkungan
menyangkut keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara dan fungsi ekosistem, di dalamnya tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi. 3 Keberlanjutan
sosial yaitu sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender dan akuntabilitas politik.
Davis et al. 2001 menyatakan, kelestarian secara umum terdiri dari elemen yang saling ketergantungan antara elemen ekologi, ekonomi dan sosial.
Dalam konteks visi, kelestarian berarti memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya. Perspektif ekologi, ekonomi dan sosial dalam pengelolaan hutan meliputi prinsip dan indikator.
Prinsip ekologi. Ekologi kehutanan menganalisis sumberdaya hutan dari sudut pandang konservasi keragaman hayati dan produktivitas ekologi. Hal-hal
yang menjadi perhatian adalah pola dan proses gangguan alami dan bagaimana mengatasi gangguan tersebut dan dampaknya dan keragaman jenis sebagai
panduan dalam pengelolaan. Prinsip ekonomi. Ekonomi kehutanan menganalisis sumberdaya hutan dari
sudut pandang memaksimumkan manfaat hutan untuk manusia yang dapat dilihat dari sudut pandang mikro perusahaan dan makro daerah dan nasional.
Perspektif makro ekonomi menganalisis manfaat dari segi ekonomi dan fokus pada kesehatan ekonomi seperti tenaga kerja, pendapatan dan produk nasional
21 bruto. Mikro ekonomi menganalisis manfaat dari sudut pandang individu
perusahaan dan fokus pada akumulasi kesejahteraan. Prinsip sosial. Prinsip ini menganalisis sumberdaya hutan dari sudut
pandang kelestarian kesejahteraan manusia, komunitas dan masyarakat. Konsep dasarnya dalam prinsip ini adalah bahwa sumberdaya hutan harus memberikan
manfaat langsung pada kesejahteraan manusia dan komunitas. Elemen-elemen dari manfaat sosial ini adalah distribusi manfaat hutan, kapasitas masyarakat
untuk mengakomodasi perubahan, aksesibilitas sosial dan demokrasi partisipatif. Indikator yang banyak digunakan untuk mengukur kelestarian kondisi dan
outcame hutan dalam rencana pengelolaan hutan adalah 1 pertumbuhan pohon;
2 hasil kayu; 3 daya dukung masyarakat; 4 komposisi hutan, struktur hutan dan proses yang terjadi dalam hutan; dan 5 habitat untuk spesies tertentu.
Indikator 1 sampai 3 digunakan untuk mengukur kelestarian ekonomi dan sosial sedangkan indikator 4 dan 5 digunakan untuk membantu mengukur kelestarian
ekologi. Adapun beberapa penilaian yang dilakukan untuk menganalisis kelestarian pengelolaan hutan menurut dimensi ekologi, ekonomi dan sosial
berdasarkan Davis et al. 2001 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Dimensi ekologi, produksi dan sosial dalam analisis kelestarian
Dimensi Jenis data
Penjelasn Ekologi
1. Adanya gangguan kebakaran, hama penyakit, banjir, tanah longsor dll
Selang waktu terjadinya suatu gangguan, intensitas terjadinya gangguan, pola penyebaran
2. Pemilihan sistem silvikultur 3. Pemilihan rotasi umur dan distribusi kelas umur
4. Pemilihan pola spasial pemanenan Ekonomi
Maksimasi manfaat bagi manusia dari sudut pandang 1. Mikroekonomi
2. Makro ekonomi Usaha individu, kesejahteraan
Ukuran agregat ekonomi tenaga kerja, income, GNP, dll
Sosial 1. Distribusi manfaat hutan
Tingkat kemiskinan, pengangguran dan migrasi populasi
2. Kapasitas masyarakat untuk mengakomodasi perubahan
Tingkat pendidikan, kohesif dan kepemimpinan masyarakat, jumlah dan tipe infrastruktur jalan,
sistem sekolah, dll 3. Akseptabilitas sosial
Keputusan pengelolaan hutan yang diambil harus diterima secara ekonomi, ekologi dan
nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat 4. Demokrasi partisipatif
Keterlibatan publik dalam pengambilan keputusan pengelolaan hutan misalnya
perlindungan, monitoring dan implementasi rencana
Sumber : Davis et al. 2001
Lembaga Ekolabel Indonesia LEI tahun 2001 sudah mengembangkan sistem dan standar sertifikasi untuk pengelolaan hutan baik hutan alam, hutan tanaman dan