Faktor umur petani Analysis of Candlenut Tree Management in Tanah Pinem District, Dairi Regency, North Sumatera Province

60 kemiri karena hanya kemiri yang bisa ditanam dan dapat mendatangkan penghasilan bagi mereka. Apabila menanam tanaman pertanian, biaya usaha besar, bahaya erosi dan longsor serta resiko tanaman dimakan oleh hama monyet dan babi hutan. Jika kondisi lapangan datar, ada kemungkinan masyarakat bisa beralih menanam tanaman lain yang dapat mendatangkan penghasilan besar.

c. Faktor pendapatan per bulan

Besar kecilnya pendapatan petani mempengaruhi keputusan apa yang akan dikerjakan dan jenis usaha yang akan dilakukannya pada sebidang lahan yang dimilikinya. Bila pendapatan petani cukup besar, kemungkinan petani tersebut akan memilih menanam tanaman yang mendatangkan hasil yang banyak walaupun dengan resiko harus mengeluarkan modal yang cukup besar. Andayani 2002 menyebutkan, pemilik lahan yang berlatar belakang sosial ekonominya cukup mampu akan memilih jenis usaha yang memiliki nilai komersial tinggi pada lahan miliknya dan pada pemilik lahan yang kurang mampu, pemilihan jenis terkendala oleh faktor ekonomi tersebut. Pada faktor ini, pendapatan petani per bulan dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan sedang, pendapatan tinggi dan pendapatan sangat tinggi. Pengelompokkan data dilakukan untuk memudahkan analisis data yang akan diolah. Bila angka pendapatan digunakan secara langsung, akan menimbulkan kesenjangan gap pada hasil yang diperoleh karena angka yang digunakan sangat besar. Dari hasil pengolahan data diperoleh, petani dengan pendapatan per bulan sangat tinggi berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan untuk menanam kemiri dengan nilai odd ratio 0,099, tetapi memiliki nilai koefisien yang negatif. Peluang seseorang yang memiliki pendapatan sangat tinggi untuk mengelola kemiri adalah 0,099 kalinya dibanding dari seseorang yang pendapatannya rendah, atau peluang seseorang yang berpendapatan rendah untuk mengelola kemiri adalah 10,10 10,099 kalinya dibanding dari seseorang yang berpendapatan sangat tinggi, ceteris paribus. Hasil akhir ini menunjukkan bahwa petani dengan penghasilan yang rendah akan cenderung lebih memilih menanam kemiri, ini terjadi karena berhubungan dengan 61 modal usaha yang tidak besar dalam mengelolanya, khususnya dalam kegiatan penanaman dan pemeliharannya. Hal ini didukung oleh Andayani 2002 yang menyebutkan bahwa pemilihan jenis usaha pada sebidang lahan akan terkendala oleh faktor ekonomi. Hardjanto 2003 menyebutkan bahwa pemilik kayu rakyat yang mengusahakan hutan rakyat umumnya adalah petani miskin dengan modal yang sangat terbatas, karena biaya pengelolaan kayu rakyat hampir tidak ada dan tenaga kerja yang digunakan untuk pemeliharaan kayu rakyat dapat dikerjakan oleh anggota keluarga. Suharjito 2002 menyebutkan salah satu alasan mengapa masyarakat memilih menanam jenis tertentu pada kebun talun adalah mudah memelihara. Hal ini merujuk pada orientasi hemat input produksi tenaga kerja, pupuk dan obat- obatan dan pengelolaannya kurang intensif. Hasil dari analisis yang diperoleh berbeda dengan hasil penelitian Hardono dan Saliem 2006 dan penelitian Fatmawati 2011. Hardono dan Saliem 2006 dalam penelitiannya tentang diversifikasi pendapatan rumah tangga menyebutkan bahwa peluang diversifikasi usaha lebih tinggi pada rumah tangga yang sumber pendapatannya terbatas, akibatnya diversifikasi usaha menjadi suatu kebutuhan atau suatu strategi mempertahankan kesejahteraan livelihood strategy hidupnya. Fatmawati 2011 juga menyebutkan bahwa faktor pendapatan yang semakin tinggi akan memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat untuk memiliki menanam cendana. Hal ini disebabkan karena pendapatan dari cendana sangat besar dan berhubungan dengan biaya pemeliharaan yang intensif dan modal usaha untuk menanam cendana. Kedua hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil yang diperoleh dari pengolahan data, karena peluang menanam kemiri lebih besar pada seseorang yang berpenghasilan lebih rendah. Seseorang yang berpenghasilan rendah akan berjuang mendapatkan penghasilan yang lebih besar dengan menanam tanaman yang lebih mudah dikelola, lebih cepat mendatangkan penghasilan dan tidak memerlukan modal yang tinggi. Tetapi, dalam hal ini masyarakat dengan penghasilan lebih rendah lebih memilih menanam kemiri karena petani berpenghasilan rendah sudah merasakan manfaat dari tanaman kemiri 62 sehingga cenderung lebih memilih untuk tetap mempertahankannya daripada mengganti tanaman lain yang belum tentu mendapatkan keuntungan yang besar dan lebih berpeluang untuk mencari penghasilan sampingan dari sumber lain karena tanaman kemiri tidak memerlukan pengelolaan yang intensif. Sehingga alasan mengapa masyarakat yang berpendapatan rendah menanam kemiri adalah karena biaya usaha yang tidak besar.

d. Faktor asal usul tanah

Ichwandi 2001 menyebutkan hak kepemilikan lahan di Kabupaten Maros diperoleh melalui jalur warisan, pembelian dan membuka lahan sendiri. Hal ini juga berlangsung di Kecamatan Tanah Pinem. Asal usul kepemilikan lahan biasanya berhubungan dengan jenis tanaman apa yang sebelumnya dikelola pada lahan tersebut. Seseorang yang membeli lahan, akan mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan tanaman yang ada diatasnya atau mengganti dengan jenis tanaman baru. Bila warisan, maka biasanya akan mempertahankan jenis tanaman yang ada. Suharjito 2002 menyebutkan bahwa salah satu alasan masyarakat Desa Buniwangi- Sukabumi memilih jenis tanaman yang diusahakan pada kebun talun adalah warisan dari orang tua. Hal yang sama juga terjadi pada pewarisan repong damar di Pesisir Krui-Lampung Wijayanto 2002. Sedangkan bila tanah tersebut berasal dari hasil garapan, apalagi lahan tersebut adalah kawasan hutan, maka jenis tanaman yang akan ditanam adalah jenis tanaman yang mendatangkan manfaat bagi petani yang bersangkutan dan jenis yang dipilih berdasarkan jenis tanaman yang ada disekitarnya. Jenis tanaman yang dipilih biasanya adalah jenis tanaman keras yang menghasilkan, memiliki daya tahan yang cukup tinggi, tidak dimakan hama seperti monyet ataupun babi hutan. Beberapa responden yang membuka hutan menyatakan bahwa mereka lebih memilih jenis tanaman kayu-kayuan karena bisa ditinggal dalam waktu lama. Hasil analisis menunjukkan bahwa asal usul lahan mempunyai nilai koefisien positif dengan nilai odd rasio 24,843. Peluang seseorang yang memiliki lahan hasil garapan sendiri dari lahan hutan untuk mengelola kemiri adalah 24,843 kalinya dari seseorang yang memiliki lahan dari hasil