Tujuan Penelitian Analysis of Candlenut Tree Management in Tanah Pinem District, Dairi Regency, North Sumatera Province

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat Hutan rakyat merupakan kegiatan yang sudah berlangsung sejak dahulu sampai sekarang khususnya di daerah pedesaan. Hutan rakyat memiliki ciri yang berbeda di setiap tempat, seperti jenis tanaman yang dipilih untuk ditanam, luas lahan, pola atau sistem penanaman, pola pengelolaan dan tujuan pelaksanaan. Awang et al. 2007 menyebutkan bahwa pola pemanfaatan dan interaksi masyarakat desa dengan hutan rakyat cukup beragam dan berbeda-beda satu dengan yang lain, tergantung kondisi kesuburan tanah, kultur masyarakat secara umum dan kebijakan lokal yang terkait dengan pembangunan hutan rakyat. Secara umum teridentifikasi bahwa hutan rakyat memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat desa. Proses pengelolaan lahan pertanian menjadi lahan yang lebih intensif berlangsung dari pengalaman petani. Menurut Awang et al. 2007, pada suatu hamparan lahan masyarakat Jawa, ditemukan adanya simbiosis antara tanaman pangan, tanaman pakan ternak dan tanaman pohon-pohonan. Ini merupakan hasil kebudayaan masyarakat yang mampu membentuk ekologi tersendiri. Tanaman keras yang ditanam hanya terfokus pada tanaman tertentu, yaitu pada pohon- pohon yang sudah terdomestifikasi sudah dibudidayakan oleh masyarakat. Pepohonan yang ditanam oleh masyarakat dalam lahan miliknya beraneka ragam. Hutan rakyat yang hasil utamanya kayu, seperti sengon Paraserianthes falcataria , jati Tectona grandis, akasia Acacia sp., mahoni Swetenia mahagoni , suriansuren Toona sureni dan lain-lain. Hutan rakyat yang hasil utamanya getah, seperti kemenyan Styrax benzoin dan damar Shorea javanica. Sementara yang hasil utamanya berupa buah, antara lain kemiri Aleurites moluccana , durian Durio zibethinus, tengkawang Shorea spp. dan kelapa Cocos nucifera. Keberadaan pohon-pohon pada lahan pertanian masyarakat berperan 1 memelihara dan memperbaiki lingkungan fisik dalam rangka melestarikan tanaman pertanian dengan cara memperbaiki asupan nutrisi lahan dan energi, dan 2 melestarikan sumber-sumber ekonomi keluarga. Semua 12 pohon-pohon yang ditanam di lahan milik, memiliki fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial budaya Awang et al. 2007. Pola pengembangan hutan rakyat di Indonesia dibagi menjadi tiga Supriadi 2004, yaitu 1 Pola swadaya yaitu hutan rakyat yang dibangun oleh kelompok atau perorangan dengan kemampuan modal dan tenaga dari kelompok atau perorangan itu sendiri; 2 Pola subsidi yaitu hutan rakyat yang dibangun melalui subsidi atau bantuan sebagian atau keseluruhan biaya pembangunannya; dan 3 Pola kemitraan yaitu hutan rakyat dibangun atas kerjasama masyarakat dan perusahaan swasta dengan insentif permodalan berupa kredit kepada rakyat dengan bunga ringan. Pola hutan rakyat yang akan diteliti adalah pola swadaya yaitu hutan rakyat yang dibangun di atas lahan milik dengan modal dan tenaga kerja sendiri. Jenis tanaman yang dikembangkan adalah jenis tanaman penghasil buah dan termasuk pada tumbuhan berguna yaitu kemiri. Deptan 2009, menyebutkan bahwa hampir 100 tanaman kemiri yang ada di Indonesia adalah tanaman yang dihasilkan oleh rakyat dalam kebun-kebun rakyat. Hutan rakyat yang dikembangkan secara swakelola masih memiliki banyak kendala dalam pengelolaannya. Hal ini dijelaskan oleh Awang et al. 2007 yang menyebutkan bahwa konsep pengelolaan hutan rakyat sangat sederhana yaitu hanya menanami tanah milik dengan tanaman berkayu dan membiarkannya tumbuh tanpa pengelolaan intensif. Dalam perkembangannya masyarakat mulai melakukan teknik-teknik budidaya, dengan menanam beragam jenis dan beragam lapisan tanaman multi layer serta cara pemanenan yang tidak merusak pohon. Namun, perkembangan ini tidak bersamaan dengan peningkatan kapasitas manajerial yang memadai yang berpengaruh terhadap proses pengaturan hasil yang hampir dapat dikatakan tidak ada karena keberadaan hutan rakyat di masyarakat selalu dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan mendadak.Pemenuhan kebutuhan ini membuat petani hutan rakyat sebagai produsen hasil hutan rakyat selalu menjadi pihak lemah dalam posisi tawar-menawar harga produk. Beberapa karakteristik hutan rakyat ditinjau dari aspek manajemen hutan, yaitu: 1 Hutan rakyat berada di tanah milik dengan alasan tertentu, seperti lahan kurang subur, kondisi topografi yang sulit, tenaga kerja terbatas, kemudahan pemeliharaan dan faktor resiko kegagalan yang kecil; 2 Hutan rakyat tidak