34 Untuk selanjutnya, analisis keberlanjutan sustainability pengelolaan
tanaman kemiri rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem akan menggunakan pendekatan yang digunakan dalam Davis et al. 2001, LEI 2001 dan Dephut et
al . 1997, karena ketiga pendekatan tersebut sama-sama menggunakan
pendekatan aspek sosial, ekonomiproduksi dan ekologilingkungan. Kriteria dan indikator yang akan digunakan untuk melakukan penilaian,
dibangun dan dimodifikasi dari Davis et al. 2001, LEI 2001 dan Dephut et al. 1997 sesuai keperluan analisis yang diperlukan untuk jenis hasil hutan bukan
kayu. Dari hasil seleksi, diperoleh 28 kriteria dan indikator, masing-masing terdiri dari 10 kriteria dan indikator untuk aspek ekologi, 8 kriteria dan indikator untuk
aspek ekonomi dan 10 kriteria dan indikator untuk aspek sosial. Adapun hal-hal yang akan dianalisis untuk mengetahui keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri
rakyat dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Untuk menilai keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat, maka
digunakan pendekatan penilaian dari LEI. LEI 2001 menyebutkan, pencapaian kelestarian PHBM dinilai dengan indikator yang dapat diukur secara kuantitatif
dan kualitatif. Sumber data dan analisis setiap inidkator dapat dilihat pada Lampiran 2. Setiap indikator diukur skala intensitasnya menjadi baik, cukup dan
jelek. Seluruh indikator mempunyai bobot yang sama, maka nilai total penjumlahan dari seluruh indikator akan mencerminkan performance kelestarian
praktek PHBM yang dinilai. Untuk melakukan penilaian terhadap setiap indikator, diperoleh dari hasil
wawancara dengan petani kemiri dan non kemiri, penyuluh, pedagang pengumpul buah, kulit cangkang dan kayu, tokoh masyarakat, pihak kecamatan,
kepala desa dan informan lainnya yang bisa menjadi sumber informasi yang diperlukan. Untuk beberapa indikator dan bagaimana keberlanjutan pengelolaan
kemiri rakyat yang sudah ada diperoleh melalui Focus Group Disscussion FGD dengan tujuan agar diperoleh penjelasan yang lebih mendalam sehingga penilaian
dari indikator-indikator yang diperoleh lebih jelas dan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya.
Setelah setiap indikator dinilai, maka keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat merupakan penjumlahan dari seluruh indikator. Jumlah indikator
35 yang digunakan dalam evaluasi pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek
ekologi, ekonomi dan sosial ini adalah berjumlah 28. Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat yang dinilai akan memenuhi kriteria berikut:
a. Pengelolaan kemiri rakyat dinyatakan “berkelanjutan” bila prakteknya
memenuhi persyaratan minimum, yaitu: nilai B 50 x n; nilai C 25 x n; nilai J 25 x n
b. Pengelolaan kemiri rakyat dinyatakan “berkelanjutan dengan catatan” bila
prakteknya memenuhi persyaratan minimum, yaitu: nilai B 25 x n; nilai C 50 x n; nilai J 25 x n
c. Pengelolaan kemiri rakyat dinyatakan “tidak berkelanjutan” bila prakteknya
memenuhi persyaratan minimum, yaitu: nilai B 25 x n; nilai C 50 x n; nilai J 50 x n
Apabila hasil penilaian keberlanjutan telah diperoleh, hasil tersebut dijelaskan secara deskriptif yang didukung dengan data yang diperoleh dari hasil
penelitian. Hasil analisis keberlanjutan yang diperoleh selanjutnya dijadikan bahan untuk menyusun rekomendasi program dan kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan untuk menjadikan kegiatan tanaman kemiri rakyat tersebut menjadi berkelanjutan pada masa yang akan datang.
3.5 Definisi Operasional
Adapun definisi dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Keberlanjutan fungsi ekologi adalah terjaminnya keberlanjutan fungsi lahan
sebagai penyangga kehidupan dan menjamin produktivitas lahan b.
Keberlanjutan fungsi ekonomi adalah terjaminnya keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan dan usahanya dapat memberikan keuntungan kepada
pengelolannya sesuai dengan kemampuan daya dukung lahan c.
Kelestarian fungsi sosial adalah terjaminnya keberlanjutan fungsi pengusahaan lahan bagi kehidupan masyarakat setempat yang tergantung
pada lahan, baik langsung maupun tidak langsung secara lintas generasi.
36
37
4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian
4.1.1 Letak Administrasi
Kecamatan Tanah Pinem terletak di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 439,40 Km
2
. Ibu kota Kecamatan Tanah Pinem adalah Kuta Buluh, yang berjarak 55 km dari Sidikalang ibukota Kabupaten Dairi atau
sekitar 141 km dari Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara, dengan batas- batas: Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiga Lingga, Kecamatan Gunung Sitember dan Kecamatan Siempat Nempu Hilir dan sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
4.1.2 Letak Geografis
Kecamatan Tanah Pinem terletak pada 2 53’ - 3
07’ Lintang Utara dan 95
23’ - 97 57’ Bujur Timur dan berada pada ketinggian 650 sampai dengan
950 meter di atas permukaan laut. 4.1.3
Iklim Iklim di Kecamatan Tanah Pinem adalah iklim hujan tropis yang
dipengaruhi oleh angin musim. Kondisi iklim pada saat ini tidak menentu, adakalanya musim penghujan dan ada kalanya musim kemarau terus menerus
dimana bisa sampai 3 bulan tidak turun hujan. Curah hujan tahun 2009 adalah 1.360 mm yang berkisar antara 90 mm sampai 150 mm per bulan. Kondisi udara
adalah sedang karena pada siang hari tidak terlalu panas dan pada malam hari tidak terlalu dingin dengan suhu udara berkisar antara 23
sampai 25 C.
4.1.4 Topografi
Kecamatan Tanah Pinem terdapat pada lahan yang memiliki topografi yang bergelombang sampai terjal sehingga kurang cocok untuk usaha pertanian seperti
sawah. Kondisi topografi Kecamatan Tanah Pinem dapat dilihat pada Tabel 10.
38 Tanaman yang cocok dikembangkan adalah jenis tanaman kayu-kayuan seperti
kemiri, cokelat dan buah-buahan. Pemilihan jenis tanaman kayu-kayuan sangat sesuai dengan kondisi topografi lahan, karena hampir 90 lahannya masuk pada
kategori curam dan terjal dengan kemiringan di atas 25. Tanaman kayu-kayuan sangat sesuai ditanam dalam upaya konservasi tanah karena memiliki sistem
perakaran yang kuat sehingga bermanfaat dalam melindungi tanah dari bahaya longsor.
Tabel 10 Kondisi topografi di Kecamatan Tanah Pinem
No Kondisi lahan
Luas ha Persentase
1 Datar 0
-8 879
2,00 2
Berombak 8 -15
1.318 3,00
3 Bergelombang 15
-25 2.197
5,00 4
Curam 25 -40
3.955 9,00
5 Terjal 40
35.591 81,00
Jumlah 43.940
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Dairi 2010
4.1.5 Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Tanah Pinem tahun 2010 adalah 20.008 jiwa yang terdiri dari laki-laki 10.531 jiwa dan perempuan 10.477 jiwa dan jumlah
rumah tangga sebanyak 6.463 KK dengan kepadatan penduduk 45,53 jiwa per km². Semua penduduk tersebut adalah warga Negara Indonesia yang didominasi
oleh suku Karo. Suku lainnya adalah Batak Toba, Melayu, Jawa, Pakpak, Simalungun, dan lain-lain.
4.1.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Tanah Pinem terdiri dari lahan sawah, hutan negara, perkebunan, kebuntegal,ladanghuma dan lain-lain. Kawasan hutan
mencapai luas 24.000 ha 54,62 sedangkan penggunaan lahan dalam bentuk tegalkebun, ladanghuma dan perkebunan mencapai luas 17.288 ha 39,34.
Lahan sawah hanya 0,1 dari total luas lahan yang ada. Hal ini disebabkan karena topografi lahan yang sebagian besar berada pada kategori bergunung
sampai terjal dan dipengaruhi oleh keadaan sungai-sungai yang berada pada daerah yang dalam dan sempit sehingga sangat sulit untuk dijangkau dan