Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengelola Kemiri

58 tenaga kerja yang baik, karena umur produktif akan lebih mudah menerima perubahan, ide-ide dan inovasi. Sementara itu, seorang petani yang sudah berumur tua, mempunyai pengalaman lebih banyak, lebih matang, tetapi memiliki kekuatan fisik yang cenderung menurun dan lebih berani mempraktekkan teknik bertani yang lama yang sudah pernah dialami sebelumnya. Akibatnya, petani yang berumur tua cenderung menanam tanaman yang tidak memerlukan intensitas tinggi ke ladang tetapi tetap dapat memberikan hasil yang dapat diperoleh setiap saat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur petani mempunyai nilai koefisien positif dengan nilai odd ratio 1,091. Setiap penambahan 1 tahun umur responden, peluang seseorang untuk mengelola kemiri adalah 1,091 kalinya dibanding peluang seseorang tidak mengelola kemiri, ceteris paribus. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa kelompok umur petani kemiri lebih banyak di atas 50 tahun yaitu 41 responden 65,08 dibandingkan kelompok umur petani non kemiri yaitu 20 responden 31,75. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang menanam serta mempertahankan mengelola kemiri adalah yang sudah memasuki usia tua atau sudah mulai tidak produktif. Hardono dan Saliem 2006 dalam penelitiannya tentang peluang masyarakat melakukan diversifikasi usaha, menyebutkan bahwa semakin tua umur KK kecenderungan melakukan diversifikasi usaha semakin berkurang. Hal ini disebutnya wajar karena mengingat dalam melakukan diversifikasi usaha membutuhkan dukungan kondisi jasmani yang sehat, sehingga diversifikasi usaha pada rumah tangga yang KK-nya masih produktif cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga dengan KK yang sudah tidak produktif. Jika hal ini dihubungkan dengan peluang menanam dan mengelola kemiri, seseorang yang semakin tua umurnya maka kemampuan fisiknya akan berkurang sudah mulai tidak produktif akan lebih berpeluang menanam dan mengelola kemiri, karena tidak memerlukan waktu dan tenaga yang besar dalam pengelolaannya. 59

b. Faktor luas lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi jenis usaha yang akan dilakukannya pada lahan tersebut. Semakin luas lahan yang dimiliki oleh seseorang, maka ada kemungkinan untuk menanam lebih dari satu jenis tanaman. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa responden petani kemiri memiliki luas lahan yang cukup besar. Terdapat 41 responden 65,01 petani kemiri memiliki luas lahan di atas 2 ha, sedangkan 41 responden 65,01 petani non kemiri memiliki luas lahan rata-rata di bawah 2 ha. Rata-rata luas kepemilikan lahan petani non kemiri adalah 1,54 ha, lebih kecil dibanding dengan rata-rata luas kepemilikan lahan petani kemiri yaitu 2,67 ha. Hasil ini menunjukkan bahwa pemilik lahan yang luas akan cenderung menanam jenis tanaman kemiri disamping jenis tanaman lain seperti pola agroforestry atau tanaman campuran. Alasan lain, mengapa pemilik lahan yang lebih luas menanam kemiri adalah karena sebagian besar responden yang diwawancarai adalah petani yang memiliki lahan pada daerah yang curam sampai terjal dengan tingkat kelerengan di atas 25 , dimana lahan ini umumnya tidak cocok untuk ditanami tanaman pertanian. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan untuk mengelola kemiri dengan nilai koefisien positif dan dengan nilai odd ratio 2,600. Setiap peningkatan luas lahan 1 hektar, peluang seseorang untuk mengelola kemiri adalah 2,600 kalinya dibanding peluang seseorang tidak menanam kemiri, ceteris paribus. Sumaryanto 2006 dalam penelitiannya tentang faktor yang mempengaruhi keputusan melakukan diversifikasi, menyebutkan bahwa faktor luas lahan tidak berpengaruh nyata dalam menjelaskan diversifikasi usahatani, artinya rata-rata luas kepemilikan lahan tidak menjadi kendala dalam melakukan diversifikasi usahatani. Hasil ini berbeda dengan hasil analisis di atas yang menyebutkan bahwa luas lahan signifikan dalam menjelaskan peluang untuk mengelola kemiri, ini terjadi karena masyarakat yang menanam dan mengelola kemiri pada lahan miliknya adalah masyarakat yang memiliki lahan pada kondisi topografi yang curam dan terjal. Masyarakat mengatakan bahwa tidak memiliki pilihan lain selain menanam 60 kemiri karena hanya kemiri yang bisa ditanam dan dapat mendatangkan penghasilan bagi mereka. Apabila menanam tanaman pertanian, biaya usaha besar, bahaya erosi dan longsor serta resiko tanaman dimakan oleh hama monyet dan babi hutan. Jika kondisi lapangan datar, ada kemungkinan masyarakat bisa beralih menanam tanaman lain yang dapat mendatangkan penghasilan besar.

c. Faktor pendapatan per bulan

Besar kecilnya pendapatan petani mempengaruhi keputusan apa yang akan dikerjakan dan jenis usaha yang akan dilakukannya pada sebidang lahan yang dimilikinya. Bila pendapatan petani cukup besar, kemungkinan petani tersebut akan memilih menanam tanaman yang mendatangkan hasil yang banyak walaupun dengan resiko harus mengeluarkan modal yang cukup besar. Andayani 2002 menyebutkan, pemilik lahan yang berlatar belakang sosial ekonominya cukup mampu akan memilih jenis usaha yang memiliki nilai komersial tinggi pada lahan miliknya dan pada pemilik lahan yang kurang mampu, pemilihan jenis terkendala oleh faktor ekonomi tersebut. Pada faktor ini, pendapatan petani per bulan dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan sedang, pendapatan tinggi dan pendapatan sangat tinggi. Pengelompokkan data dilakukan untuk memudahkan analisis data yang akan diolah. Bila angka pendapatan digunakan secara langsung, akan menimbulkan kesenjangan gap pada hasil yang diperoleh karena angka yang digunakan sangat besar. Dari hasil pengolahan data diperoleh, petani dengan pendapatan per bulan sangat tinggi berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan untuk menanam kemiri dengan nilai odd ratio 0,099, tetapi memiliki nilai koefisien yang negatif. Peluang seseorang yang memiliki pendapatan sangat tinggi untuk mengelola kemiri adalah 0,099 kalinya dibanding dari seseorang yang pendapatannya rendah, atau peluang seseorang yang berpendapatan rendah untuk mengelola kemiri adalah 10,10 10,099 kalinya dibanding dari seseorang yang berpendapatan sangat tinggi, ceteris paribus. Hasil akhir ini menunjukkan bahwa petani dengan penghasilan yang rendah akan cenderung lebih memilih menanam kemiri, ini terjadi karena berhubungan dengan