Karakteristik Petani Responden GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari

lvi kesulitan dalam penjual hasil produksi mereka. Kendala yang paling banyak dikeluhkan petani yaitu harga yang tidak menentu dan tidak sebanding dengan kenaikan harga input seperti pupuk dan input-input lainnya. Selain itu adanya gabungan kelompok tani belum begitu berperan penting bagi petani yang mengusahakan ubi jalar, karena bantuan kepada kelompok tani yang datang dari pemerintah sejauh ini hanya untuk komoditas padi seperti bantuan benih unggul. Petani dapat meminjam modal pada kelompok untuk melakukan usahataninya yang biasanya dibayar perminggu, dan juga petani dapat menabung pada kelompok tani tempat mereka bergabung. Komoditas ubi jalar sendiri mempunyai banyak produk turunan, pemanfaatannya mencakup umbi dan daun. Bagian daun dari ubi jalar selain ada yang dimanfaatkan untuk menjadi setek, dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan umbinya dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan seperti ubi segar, ubi rebus, ubi goreng, chips ubi jalar, mie ubi jalar, ubi beku, ubi jalar parut, ubi oven, dan pati.

5.2. Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan diklasifikasikan menurut usia, tingkat pendidikan baik formal maupun informal, status usahatani, pengalaman usahatani, status kepemilikan lahan, keanggotaan kelompok tani, luas lahan garapan, jenis lahan, dan musim tanam. Keragaan karakteristik tersebut akan mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan usahatani. Petani yang menjadi responden berusia antara 20-78 tahun. Tabel 13 menunjukan bahwa petani responden lebih banyak didominasi oleh petani dengan usia 30-39 tahun dan 40-60 tahun. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas petani terdiri dari petani usia produktif 58,67 persen. Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Usia Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Usia tahun Jumlah orang 20-29 9 12,00 30-39 23 30, 67 40-49 21 28,00 50-60 15 20,00 61 7 9,33 Total 75 100,00 lvii Tabel 14 menunjukan tingkat pendidikan formal petani responden mayoritas lulusan SD yakni sebanyak 65,33 persen. Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan usahatani. Hal ini terkait dengan adopsi teknologi yang baik untuk peningkatan produksi ubi jalar. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani responden maka proses penyerapan teknologi dapat berjalan lebih mudah. Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Pendidikan Formal Jumlah orang Tidak lulus SD 13 17,33 Lulusan SD 49 65, 33 Lulusan SMP 7 9,33 Lulusan SMA 6 8,00 Diploma 0,00 Sarjana 0,00 Total 75 100,00 Tabel 15 menunjukan sebanyak 92 persen responden petani ubi jalar mengusahakan usahatani sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan sampingan responden bervariasi, mulai dari peternak, pedagang hasil pertanian, buruh tani, pedagang warung, perangkat desa, usaha penggilingan padi, dan wiraswasta. Perbedaan status usahatani tersebut akan mempengaruhi modal usahatani dan manajemen usahatani ubi jalar yang dilakukan petani ubi jalar yang selanjutnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani. Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Status Usahatani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Status Jumlah orang Utama 69 92 Sampingan 6 8 Total 75 100,00 lviii Petani responden pada daerah penelitian telah mengusahakan pertanian secara turun temurun dan merupakan cara hidup sebagian besar mereka adalah bertani. Beberapa petani telah membudidayakan ubi jalar sejak tahun 1960-an. Dari segi pengalaman petani responden di Desa Purwasari telah matang dalam membudidayakan ubi jalar. Sebanyak 82,67 persen petani telah berpengalaman lebih dari 15 rahun dalam membudidayakan ubi jalar. Tabel 16 menunjukkan sebaran responden berdasarkan pengalaman usahatani ubi jalar. Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usahatani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Pengalaman tahun Jumlah orang ≤ 10 5 6,67 10-15 9 10,66 16-30 34 44,00 ≥ 31 29 38,67 Total 75 100,00 Tabel 17 menunjukan sebaran responden menurut status penguasaan lahan petani responden. Status penguasaan petani responden 90, 67 persen merupakan lahan milik sendiri dan sisanya merupakan lahan gadai. Bebrapa petani membudidayakan ubi jalar pada lahan gadai, lahan ini diperoleh dari warga atau petani lainnya yang biasanya meminjam uang dengan menggadaikan lahannya sebagai jaminan. Status penguasaan lahan akan mempengaruhi keputusan usahatani ubi jalar, baik dari waktu dan biaya usahatani. Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Status Penguasaan Lahan Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Status lahan Jumlah Milik 52 90,67 Gadai 7 9,33 Total 75 100,00 Pada aspek kelembagaan, petani ubi jalar di lokasi penelitian sebanyak 80 persen responden tergabung dalam kelompok tani. Banyaknya petani yang tergabung dalam kelompok tani didukung oleh berbagai program pengembangan agribisnis ubi jalar di Desa Purwasari dari pemerintah selama lima tahun terakhir. lix Keikutsertaan petani dalam kelompok tani akan mempengaruhi pengetahuan petani tentang usahatani ubi jalar, baik teknis usahatani, pemasaran, dan keorganisasian melalui forum-forum yang dilaksanakan dalam kegiatan kelompok. Kelompok tani dapat menjadi sarana pemerintah untuk mensosialisasikan program-program dalam pengembangan agribisnis ubi jalar. Dengan semakin aktifnya petani mengikuti kegiatan kelompok tani maka akan semakin besar peluang penyebarluasan teknologi usahatani Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Keanggotaan Kelompok Tani Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Keanggotaan Poktan Jumlah orang Anggota 56 74,67 Bukan anggota 19 25,33 Total 75 100,00 Luas lahan yang digunakan petani untuk membudidayakan ubi jalar oleh petani responden berkisar antara 0,05 –1 ha. Sebanyak 84,00 persen responden merupakan petani gurem dengan lahan kurang dari 0,5 ha. Sempitnya luas pengusahaan lahan untuk usahatani ubi jalar sebagian besar disebabkan oleh pembagian warisan lahan dan juga persil lahan yang digunakan untuk menanam komoditas lainnya. Lahan usahatani yang sempit akan erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan faktor produksi dari usahatani ubi jalar yang dijalankan serta pendapatan yang akan diterima oleh petani. Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Luas lahan Jumlah orang 0,5 ha 63 84,00 0,5-1,0 ha 12 16,00 1 ha 0,00 Total 75 100,00 Jenis lahan usahatani di lokasi penelitian terdiri dari lahan irigasi dan lahan tadah hujan. Sebagaian besar petani responden mengusahakan ubi jalar pada lahan tadah hujan dan tidak melakukan pengairan pada usahatani ubi jalar yang mereka lx ushakan. Pengairan pada ubi jalar hanya mengandalkan datangnya hujan dan sebagian besar responden menanam ubi jalar pada musim hujan yaitu pada bulan September hingga januari. Waktu tanam ubi jalar pada usahatani petani responden di lokasi penelitian lebih banyak menaman ubi jalar pada musim hujan sebanyak 76 persen, sedangkan 24 persennya memilih untuk menanam di musim kemarau. Pemilihan waktu tanam ini terkait dengan ketersediaan air dan perkiraan waktu panen untuk bulan ramadhan. Panen pada saat bulan puasa akan memberikan harga jual yang lebih tinggi. Pada musim hujan petani lebih memilih untuk menanam padi di lahan sawahnya. Selain itu produksi ubi jalar pada musim hujan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau. Petani yang menanam ubi jalar pada musim hujan bertujuan untuk mendapatkan harga tinggi di pasar karena jumlah penawaran ubi jalar di pasar berkurang dan pada aktivitas budidayanya mereka tidak perlu melakukan proses pengairan Tabel 20. Tabel 20. Sebaran Responden Menurut Waktu Tanam Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Waktu tanam Jumlah orang MH September -Februari 57 76,00 MK Maret-Juli 18 24,00 Total 75 100,00 Petani yang mempunyai pekerjaan di luar usahatani ubi jalar pada saat musim tanam ubi jalar 2010 sebanyak 83,33 persen, sendangkan sisanya sebesar 16,67 persen hanya melakukan pekerjaan di usahatani Tabel 18. Pekerjaan di luar usahatani yang dilakukan petani responden diantaranya perangkat desa, pedagang warung, pedagang hasil pertanian, buruh pabrik, buruh tani, tukang ojek, pengrajin besek, penggilingan padi, dan wiraswasta. Rata-rata waktu yang digunakan untuk bekerja di luar usahatani adalah 54,06 jam per musim tanam dengan sebaran yang terpusat pada waktu kerja antara 1-100 jam per musim tanam. Satu musim tanam adalah 840 jam, dengan 1 hari kerja 5 jamhari selama lima bulan tanam Tabel 21. lxi Tabel 21. Sebaran Responden Menurut Waktu Kerja di Luar Usahatani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010 Waktu kerja jam5 bulan Jumlah orang 3 4 1-100 54 72 100 18 24 Total 75 100,00 Pendapatan rumah tangga petani berasal dari pendapatan usahatani dan pendapatan di luar usahatani. Pendapatan di luar usahatani bisa berasal dari pekerjaan diluar usahatani, pendapatan anggota keluarga lain yang berasal dari luar usahatani, aset di luar usahatani dan lainnya. Pendapatan luar usahatani yang di dapat petani selama lima bulan tanam ubi berkisar antara Rp 100.000- 3.000.0005 bulan, pendapatan tambahan tersebut dapat digunakan sebagai modal pembelian input pertanian Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Responden Menurut Pendapatan di Luar Usahatani di Desa Purwasari Tahun 2010 Pendapatan Rp 0005 bulan Jumlah orang Persentase Tidak ada 2 2,67 100-500 45 60,00 500-1.000 25 33,33 1.000 3 4,00 Total 75 100,00 lxii

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN