lvi
kesulitan dalam penjual hasil produksi mereka. Kendala yang paling banyak dikeluhkan petani yaitu harga yang tidak menentu dan tidak sebanding dengan
kenaikan harga input seperti pupuk dan input-input lainnya. Selain itu adanya gabungan kelompok tani belum begitu berperan penting bagi petani yang
mengusahakan ubi jalar, karena bantuan kepada kelompok tani yang datang dari pemerintah sejauh ini hanya untuk komoditas padi seperti bantuan benih unggul.
Petani dapat meminjam modal pada kelompok untuk melakukan usahataninya yang biasanya dibayar perminggu, dan juga petani dapat menabung pada
kelompok tani tempat mereka bergabung.
Komoditas ubi jalar sendiri mempunyai banyak produk turunan, pemanfaatannya mencakup umbi dan daun. Bagian daun dari ubi jalar selain ada
yang dimanfaatkan untuk menjadi setek, dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan umbinya dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan
seperti ubi segar, ubi rebus, ubi goreng, chips ubi jalar, mie ubi jalar, ubi beku, ubi jalar parut, ubi oven, dan pati.
5.2. Karakteristik Petani Responden
Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan diklasifikasikan menurut usia, tingkat pendidikan baik formal maupun informal, status usahatani,
pengalaman usahatani, status kepemilikan lahan, keanggotaan kelompok tani, luas lahan garapan, jenis lahan, dan musim tanam. Keragaan karakteristik tersebut
akan mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan usahatani.
Petani yang menjadi responden berusia antara 20-78 tahun. Tabel 13 menunjukan bahwa petani responden lebih banyak didominasi oleh petani dengan
usia 30-39 tahun dan 40-60 tahun. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas petani terdiri dari petani usia produktif 58,67 persen.
Tabel 13.
Sebaran Responden Menurut Usia Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Usia tahun Jumlah orang
20-29 9
12,00 30-39
23 30, 67
40-49 21
28,00 50-60
15 20,00
61 7
9,33 Total
75 100,00
lvii
Tabel 14 menunjukan tingkat pendidikan formal petani responden mayoritas lulusan SD yakni sebanyak 65,33 persen. Tingkat pendidikan formal
akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan usahatani. Hal ini terkait dengan adopsi teknologi yang baik untuk peningkatan produksi ubi jalar. Semakin tinggi
tingkat pendidikan petani responden maka proses penyerapan teknologi dapat berjalan lebih mudah.
Tabel 14.
Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Pendidikan Formal Jumlah orang
Tidak lulus SD 13
17,33 Lulusan SD
49 65, 33
Lulusan SMP 7
9,33 Lulusan SMA
6 8,00
Diploma 0,00
Sarjana 0,00
Total 75
100,00
Tabel 15 menunjukan sebanyak 92 persen responden petani ubi jalar mengusahakan usahatani sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan sampingan
responden bervariasi, mulai dari peternak, pedagang hasil pertanian, buruh tani, pedagang warung, perangkat desa, usaha penggilingan padi, dan wiraswasta.
Perbedaan status usahatani tersebut akan mempengaruhi modal usahatani dan manajemen usahatani ubi jalar yang dilakukan petani ubi jalar yang selanjutnya
akan mempengaruhi efisiensi usahatani.
Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Status Usahatani Ubi Jalar di Desa
Purwasari Tahun 2010
Status Jumlah orang
Utama 69
92 Sampingan
6 8
Total 75
100,00
lviii
Petani responden pada daerah penelitian telah mengusahakan pertanian secara turun temurun dan merupakan cara hidup sebagian besar mereka adalah
bertani. Beberapa petani telah membudidayakan ubi jalar sejak tahun 1960-an. Dari segi pengalaman petani responden di Desa Purwasari telah matang dalam
membudidayakan ubi jalar. Sebanyak 82,67 persen petani telah berpengalaman lebih dari 15 rahun dalam membudidayakan ubi jalar. Tabel 16 menunjukkan
sebaran responden berdasarkan pengalaman usahatani ubi jalar.
Tabel 16.
Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usahatani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Pengalaman tahun Jumlah orang
≤ 10 5
6,67 10-15
9 10,66
16-30 34
44,00 ≥ 31
29 38,67
Total 75
100,00 Tabel 17 menunjukan sebaran responden menurut status penguasaan lahan
petani responden. Status penguasaan petani responden 90, 67 persen merupakan lahan milik sendiri dan sisanya merupakan lahan gadai. Bebrapa petani
membudidayakan ubi jalar pada lahan gadai, lahan ini diperoleh dari warga atau petani lainnya yang biasanya meminjam uang dengan menggadaikan lahannya
sebagai jaminan. Status penguasaan lahan akan mempengaruhi keputusan usahatani ubi jalar, baik dari waktu dan biaya usahatani.
Tabel 17.
Sebaran Responden Menurut Status Penguasaan Lahan Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Status lahan Jumlah
Milik 52
90,67 Gadai
7 9,33
Total 75
100,00
Pada aspek kelembagaan, petani ubi jalar di lokasi penelitian sebanyak 80 persen responden tergabung dalam kelompok tani. Banyaknya petani yang
tergabung dalam kelompok tani didukung oleh berbagai program pengembangan agribisnis ubi jalar di Desa Purwasari dari pemerintah selama lima tahun terakhir.
lix
Keikutsertaan petani dalam kelompok tani akan mempengaruhi pengetahuan petani tentang usahatani ubi jalar, baik teknis usahatani, pemasaran, dan
keorganisasian melalui forum-forum yang dilaksanakan dalam kegiatan kelompok.
Kelompok tani
dapat menjadi
sarana pemerintah
untuk mensosialisasikan program-program dalam pengembangan agribisnis ubi jalar.
Dengan semakin aktifnya petani mengikuti kegiatan kelompok tani maka akan semakin besar peluang penyebarluasan teknologi usahatani Tabel 18.
Tabel 18.
Sebaran Responden Menurut Keanggotaan Kelompok Tani Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Keanggotaan Poktan Jumlah orang
Anggota 56
74,67 Bukan anggota
19 25,33
Total 75
100,00
Luas lahan yang digunakan petani untuk membudidayakan ubi jalar oleh petani responden berkisar antara 0,05
–1 ha. Sebanyak 84,00 persen responden merupakan petani gurem dengan lahan kurang dari 0,5 ha. Sempitnya luas
pengusahaan lahan untuk usahatani ubi jalar sebagian besar disebabkan oleh pembagian warisan lahan dan juga persil lahan yang digunakan untuk menanam
komoditas lainnya. Lahan usahatani yang sempit akan erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan faktor produksi dari usahatani ubi jalar yang dijalankan serta
pendapatan yang akan diterima oleh petani.
Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Petani Ubi Jalar di
Desa Purwasari Tahun 2010 Luas lahan
Jumlah orang 0,5 ha
63 84,00
0,5-1,0 ha 12
16,00 1 ha
0,00 Total
75 100,00
Jenis lahan usahatani di lokasi penelitian terdiri dari lahan irigasi dan lahan tadah hujan. Sebagaian besar petani responden mengusahakan ubi jalar pada lahan
tadah hujan dan tidak melakukan pengairan pada usahatani ubi jalar yang mereka
lx
ushakan. Pengairan pada ubi jalar hanya mengandalkan datangnya hujan dan sebagian besar responden menanam ubi jalar pada musim hujan yaitu pada bulan
September hingga januari.
Waktu tanam ubi jalar pada usahatani petani responden di lokasi penelitian lebih banyak menaman ubi jalar pada musim hujan sebanyak 76 persen,
sedangkan 24 persennya memilih untuk menanam di musim kemarau. Pemilihan waktu tanam ini terkait dengan ketersediaan air dan perkiraan waktu panen untuk
bulan ramadhan. Panen pada saat bulan puasa akan memberikan harga jual yang lebih tinggi. Pada musim hujan petani lebih memilih untuk menanam padi di
lahan sawahnya. Selain itu produksi ubi jalar pada musim hujan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau. Petani yang
menanam ubi jalar pada musim hujan bertujuan untuk mendapatkan harga tinggi di pasar karena jumlah penawaran ubi jalar di pasar berkurang dan pada aktivitas
budidayanya mereka tidak perlu melakukan proses pengairan Tabel 20.
Tabel 20.
Sebaran Responden Menurut Waktu Tanam Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Waktu tanam Jumlah orang
MH September -Februari 57
76,00 MK Maret-Juli
18 24,00
Total 75
100,00
Petani yang mempunyai pekerjaan di luar usahatani ubi jalar pada saat musim tanam ubi jalar 2010 sebanyak 83,33 persen, sendangkan sisanya sebesar
16,67 persen hanya melakukan pekerjaan di usahatani Tabel 18. Pekerjaan di luar usahatani yang dilakukan petani responden diantaranya perangkat desa,
pedagang warung, pedagang hasil pertanian, buruh pabrik, buruh tani, tukang ojek, pengrajin besek, penggilingan padi, dan wiraswasta. Rata-rata waktu yang
digunakan untuk bekerja di luar usahatani adalah 54,06 jam per musim tanam dengan sebaran yang terpusat pada waktu kerja antara 1-100 jam per musim
tanam. Satu musim tanam adalah 840 jam, dengan 1 hari kerja 5 jamhari selama lima bulan tanam Tabel 21.
lxi
Tabel 21.
Sebaran Responden Menurut Waktu Kerja di Luar Usahatani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Waktu kerja jam5 bulan Jumlah orang
3 4
1-100 54
72 100
18 24
Total 75
100,00 Pendapatan rumah tangga petani berasal dari pendapatan usahatani dan
pendapatan di luar usahatani. Pendapatan di luar usahatani bisa berasal dari pekerjaan diluar usahatani, pendapatan anggota keluarga lain yang berasal dari
luar usahatani, aset di luar usahatani dan lainnya. Pendapatan luar usahatani yang di dapat petani selama lima bulan tanam ubi berkisar antara Rp 100.000-
3.000.0005 bulan, pendapatan tambahan tersebut dapat digunakan sebagai modal pembelian input pertanian Tabel 22.
Tabel 22. Sebaran Responden Menurut Pendapatan di Luar Usahatani di Desa
Purwasari Tahun 2010
Pendapatan Rp 0005 bulan Jumlah orang
Persentase Tidak ada
2 2,67
100-500 45
60,00 500-1.000
25 33,33
1.000 3
4,00 Total
75 100,00
lxii
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN