xxix
PCR dan DRC yang kurang dari satu menunjukan bahwa pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif daya
saing. Menurut hasil penelitian ini, dampak kebijakan terhadap input-output pada
pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan belum berjalan dengan efektif, atau kebijakan input-output yang ada selama ini kurang menguntungkan bagi
produsen. Hal ini ditunjukan dari nilai Koefisien Proteksi Efektif EPC yang kurang dari satu, yaitu sebesar 0,57 untuk varietas bogor; 0,71 untuk varietas
kuningan; dan 0,63 untuk keseluruhan varietas. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas gabungan jika terjadi perubahan harga ubi jalar di tingkat petani, harga
input pupuk, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan perubahan jumlah produksi ubi jalar, menunjukan bahwa pengusahaan ubi jalar kedua
varietas di Kabupaten Kuningan tidak memiliki keunggulan kompetitif.
2.2. Tinjauan Empiris Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Ubi Jalar
Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Potato Center East, South East Asia and Pasific Region
CIP-ESAP, 2003 menunjukkan bahwa mengusahakan ubi jalar di Pulau Jawa relatif menguntungkan dibandingakn
tanaman lainnya seperti kedelai dan kacang tanah. Di Jawa Barat, biaya produksi yang dikeluarkan petani yaitu sebesar Rp. 4.085.000, dengan komponen
pengeluaran terbesar untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar 55, 69 persen. Pengeluaran lainnya yaitu untuk sarana produksi seperti pupuk dan bibit sebesar
38,19 persen. Pendapatan bersih yang diterima petani sebesar Rp. 2.251.000 per musim per hektar,dengan RC sebesar 1,55. Kelayakan usahatani ubi jalar dilihat
dari indikator RC sebesar 1,55 menunjukkan bahwa ubi jalar di Jawa Barat layak untuk terus dikembangkan dan memberikan keuntungan bagi petani.
Penelitian ubi jalar terdahulu juga pernah dilakukan oleh Widayanti 2008 yang bertujuan untuk mengkaji pendapatan usahatani dan pemasaran ubi jalar di
Desa Bandorasa Kulon Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa saluran pemasaran yang terjadi di Desa
Bandorasa Kulon ada tiga saluran yang terdiri dari saluran 1: petani-pedagang pengumpul 1-pedagang pengumpul 2-pedagang pengecer-konsumen, saluran 2:
xxx
petani-pedagang pengumpul 2-pedagang pengecer-konsumen, saluran 3: petani- pedagang pengumpul 1-pedagang pengumpul 2-pabrik konsumen.
Struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing lembaga pemasaran berbeda-beda. Petani dan pedagang pengumpul 1 menghadapi struktur pasar
oligopsoni sedangkan struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul 2 dan pedagang pengecer mengarah ke pasar oligopoli. Marjin pemasaran terkecil
terjadi pada saluran tiga dan marjin pemasaran terbesar terjadi pada saluran satu. Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran tiga, sehingga saluran pemasaran
yang menguntungkan bagi petani adalah saluran pemasaran tiga. Hasil kajian mengenai pendapatan usahatani menunjukan bahwa
penerimaan usahatani ubi jalar di Desa Bandorasa Kulon Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan sebesar Rp 11.406.061 dengan harga jual rata-rata Rp
950kg dan produksi rata-rata 12.006,38 kgha. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 8.256.764 yang terdiri dari biaya tunai Rp 5.254.907 dan biaya
diperhitungkan Rp 3.001.857. Sehingga didapatkan pendapatan atas biaya tunai adalah Rp 6.151.154 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.149.297. Nilai
RC atas biaya tunai usahatani ubi jalar di Desa Bandorasa Kulon Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan adalah 2,17, sedangkan nilai RC atas biaya total
adalah sebesar 1,38. Berdasarkan indikator kelayakn RC tersebut, usahatani ubi jalar di Desa Bandorasa Kulon menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini
dikarenakan nilai RC atas biaya tunai maupun biaya total lebih dari satu. Herdiman 2008 melakukan analisis pendapatan usahatani ubi jalar di
Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Dari hasil penelitian rata-rata penerimaan usahatani ubijalar per hektar permusim yaitu
sebesar Rp. 15.902.603,17. Total biaya yang dikeluarkan yaitu terdiri dari biaya tunai sebesar Rp. 6.125.225,40 sedangkan biaya non tunai yang dikeluarkan yaitu
sebesar Rp. 8.912.225,40. Pendapatan usahatani terhadap biaya tunai di Desa Gunung Malang yakni sebesar Rp. 9.777.377,78 sedangkan pendapatan usahatani
terhadap biaya non tunai yaitu sebesar Rp. 6.989.90,59. Dari penerimaan dan biaya yang ada dianalisi RC terhadap usahatani ubi jalar di Desa Gunung Malang.
Nilai RC atas biaya tunai sebesar 2,01 sedangkan nilai RC terhadap biaya non
xxxi
tunai yaitu sebesar 1,78. Hasil analisis RC menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di Desa Gunung Malang tergolong menguntungkan untuk diusahakan.
Dari semua kajian empiris mengenai pendapatan usahatani ubi jalar menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar layak dan menguntungkan untuk
diusahakan, Pendapatan usahatani ubi jalar juga ditentukan oleh input produksi
dan output produksi serta harga jual ubi jalar segar
2.3. Tinjauan Empiris Analisis Faktor-Faktor Produksi Cobb-Douglass