lxvii
pupuk akar. Pupuk akar yang digunakan antara lain pupuk kandang organik, Urea, ZA, KCl, TSP, Pupuk Majemuk Phonska, dan NPK.
Pemupukan akar dilakukan dengan sistem larikan alur dengan membuat larikan kecil di sepanjang guludan di samping batang tanaman sedalam 5-7 cm.
Kemudian pupuk disebarkan secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan untuk
pemupukan terdiri dari TKDK sebanyak 10,71 HOK dan TKLK sebanyak 2,53 HOK.
6.1.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Aktivitas pengendalian hama dan penyakit pada tanaman ubi jalar di lokasi penelitian disesuaikan dengan kondisi hama yang menyerang lahan pertanian.
Pengendalian dengan menggunakan pestisida di lokasi penelitian hanya dilakukan jika tanaman yang diserang hama dan penyakit lebih dari 10 persen. Jika tidak,
hanya dilakukan pengendalian secara fisik dan mekanis, yaitu dengan memotong atau memangkasmencabut tanaman yang sakit kemudian mengumpulkan dan
memusnahkannya. Pada musim tanam 2010 petani di daerah penelitian tidak melakukan pengendalian karena tidak ada serangan hama yang mengganggu pada
usahatani ubi jalar tersebut.
6.l.9. Panen
Panen dilakukan setelah umbi berukuran besar dan siap panen, yaitu pada umur tanaman 4,5 - 6 bulan. Petani responden di lokasi penelitian rata-rata
memanen ubi jalar pada umur tanaman 5 bulan. Pengambilan keputusan waktu panen ubi jalar dipengaruhi oleh kebutuhan petani, harga jual, dan orientasi
usahatani. Petani yang membutuhkan dana mendadak dapat memanen tanaman ubi jalarnya yang sudah berumur lebih dari 4 bulan, panen pada umur ini biasanya
tidak mencapai hasil yang optimal. Rata-rata produksi total usahatani ubi jalar di lokasi penelitian adalah 13.281,74 kgha. Jumlah ini sudah termasuk jumlah
produksi ubi jalar layak jual, dan konsumsi. Sedangkan untuk konsumsi berkisar antara 0,1-2,0 persen dari total produksi ubi jalar.
Sistem pemanenan pada daerah penelitian biasanya panen yang dilakukan oleh pembeli. Aktivitas dalam pemanenan yaitu : pemotongan daun, penggalian
lxviii
umbi ubi jalar dengan menggunakan cangkul, pemetikan batang dan daun dari umbi, pengumpulan, pengangkutan hasil panen ke jalan, dan penimbangan. Upah
yang diterima petani bersifat borongan disesuaikan dengan jumlah kuintal hasil panen yang dikerjakan dan jarak angkut antara sawah dengan jalan. Semakin jauh
jarak sawah dengan jalan, maka semakin tinggi upahnya. Upah yang diterima petani ligung antara Rp 5000,-Rp 7000,- per kuintal hasil yang diangkut tenaga
kerja laki-laki. Sistem penjualan hasil panen ubi jalar yang ada di lokasi penelitian ada
dua macam, yaitu sistem borongan, sistem bukti. Jumlah petani responden yang menggunakan sistem borongan 5,33 persen, sistem bukti 94,67 persen. Pada
sistem borongan hasil panen dijual perluas lahan tanpa mempertimbangkan jumlah produksi dan harga. Sistem bukti pada daerah penelitian dilakukan oleh
pembeli ubi jalar milik petani, petani terima harga bersih dari hasil produksi yang diperoleh sedangkan tenaga kerja pemanenan dibawa oleh pembeli sehingga
petani tidak mengluarkan biaya panen. Hasil panen merupakan hasil keseluruhan produksi dan tidak dilakukan sortasi. Dengan cara panen ini petani biasanya
mendapatkan harga yang lebih rendah namun tidak mengeluarkan biaya tenaga kerja. Sedangakan sistem borongan petani mengupah pekerja untuk melakukan
pemanenan. Upah yang diberikan yaitu per kuintal hasil panen, berkisar Rp 3000 sampai Rp 5000 per kuintal hasil panen. Harga jual ubi jalar di lokasi penelitian
berfluktuasi berkisar antara Rp 600kg-1000kg pada musim hujan dan Rp 1.000kg-1.800kg pada musim kemarau. Fluktuasi harga ini dipengaruhi oleh
jumlah penawaran yang ada di pasar, penawaran pada musim kemarau panen raya lebih rendah dibandingkan pada musim hujan, karena lebih banyak petani
yang menanam ubi jalar pada musim hujan.
6.2. Analisis Penggunaan Sarana Produksi