xxvii
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Empiris Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan komoditas tanaman pangan yang telah banyak digunakan sebagai penelitian pada berbagai disiplin ilmu. Tanaman yang memiliki
nama latin Ipomea Batatas L. ini berasal dari Amerika Tengah dan menyebar pada daerah-daerah tropis di dunia. Penyebaran pertama kali terjadi ke Spanyol dan
melalui perantara orang Spanyol ini ubi jalar menyebar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Ubi Jalar dikenal sebagai bahan pangan yang kaya
akan provitamin A betakaroten dan Vitamin C. Selain itu, Ubi Jalar juga memiliki berbagai kandungan gizi Tabel 12
Tabel 12. Kandungan Gizi pada Berbagai Jenis Ubi Jalar
No Kandungan Gizi
Banyaknya dalam Ubi Putih
Ubi Merah Ubi Kuning
Daun 1
Kalori kal 123,00
123,00 136,00
47,00 2
Protein g 1,80
1,80 1,10
2,80 3
Lemak g 0,70
0,70 0,40
0,40 4
Karbohidrat g 27,90
27,90 32,30
10,40 5
Air g 68,50
68,50 -
84,70 6
Kadar Gula 0,40
0,40 0,30
- 7
Beta Karoten g 31,20
174,20 -
- 8
Vitamin C mg 22,00
22,00 35,00
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI 1981 dalam Susmono 1995
2.1.1. Aspek Produksi Ubi Jalar
Produksi ubi jalar Indonesia tersebar diseluruh provinsi dengan wilayah sentra produksi utama adalah provinsi Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Bali BPS, 2009. Potensi pengembangan komoditas ubi jalar dapat ditingkatkan baik dari produksi maupun
segi produktivitas.
Aji 2008 meneliti tentang peramalan produksi dan konsumsi ubi jalar nasional dalam rangka rencana program diversifikasi pangan pokok. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa produksi ubi jalar nasional mempunyai
xxviii
kecenderungan pola yang stationer pada bagian non seasonal-nya, sedangkan pada bagian seasonal-nya berpola tidak stationer. Produksi kuartalan ubi jalar
fluktuasi tahunan dan musimannya mengikuti fluktuasi produksi padi dengan korelasi negatif. Berdasarkan metode peramalan ARIMA menghasilkan nilai MSE
sebesar 4.776 dan mempunyai tren ramalan yang menurun. Selanjutnya konsumsi tahunan ubi jalar nasional mempunyai kecenderungan pola tren menurun.
Fluktuasi tahunan konsumsi ubi jalar mengikuti fluktuasi konsumsi beras dengan korelasi yang negatif. Berdasarkan hasil peramalan model Tren Linear, nilai MSE
sebesar 21.835,30 dan mempunyai tren ramalan yang menurun. Peramalan sampai 10 tahun ke depan 2016 menunjukan bahwa produksi dan konsumsi ubi jalar
tidak bisa memenuhi target yang diharapkan. Pada penelitian ini, terbentuk persamaan regresi ubi jalar yang
menunjukan adanya hubungan yang positif antara konsumsi ubi jalar dan konsumsi beras. Hal ini dikarenakan kedua komoditi mempunyai sifat saling
komplementer bukan substitusi. Lalu pada persamaan regresi produksi ubi jalar menunjukan adanya hubungan negatif antara produksi ubi jalar dengan luas tanam
padi, hal ini terjadi dikarenakan jika luas tanam padi meningkat maka luas tanam ubi jalar menurun sehingga produksi ubi jalar juga akan menurun. Walaupun
variabel luas tanam padi berkorelasi negatif dengan produksi ubi jalar tapi variabel itu tidak berpengaruh nyata, hal ini dikarenakan dua komoditas itu
berbeda kebutuhan penggunaan lahannya. Juarsa 2007 meneliti tentang daya saing ubi jalar di Kabupaten
Kuningan Jawa Barat. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan menguntungkan secara finansial dan ekonomi. Hal
ini terlihat dari nilai keuntungan privat yang bersifat positif, yaitu Rp 591,05kg untuk varietas bogor, Rp 608,89kg untuk varietas kuningan putih, dan Rp
601,34kg untuk keseluruhan varietas. Nilai keuntungan sosial bernilai positif sebesar Rp 1.537,72kg untuk varietas bogor, Rp 1.093,85kg untuk varietas
kuningan putih dan Rp 1.321, 91kg untuk keseluruhan varietas. Selain itu, pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan mempunyai daya saing. Hal ini
terlihat dari nili PCR kurang dari satu, yaitu sebesar 0,49 untuk varietas bogor, 0,41 untuk varietas kuningan putih, dan 0,24 untuk keseluruhan varietas. Nilai
xxix
PCR dan DRC yang kurang dari satu menunjukan bahwa pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif daya
saing. Menurut hasil penelitian ini, dampak kebijakan terhadap input-output pada
pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan belum berjalan dengan efektif, atau kebijakan input-output yang ada selama ini kurang menguntungkan bagi
produsen. Hal ini ditunjukan dari nilai Koefisien Proteksi Efektif EPC yang kurang dari satu, yaitu sebesar 0,57 untuk varietas bogor; 0,71 untuk varietas
kuningan; dan 0,63 untuk keseluruhan varietas. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas gabungan jika terjadi perubahan harga ubi jalar di tingkat petani, harga
input pupuk, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan perubahan jumlah produksi ubi jalar, menunjukan bahwa pengusahaan ubi jalar kedua
varietas di Kabupaten Kuningan tidak memiliki keunggulan kompetitif.
2.2. Tinjauan Empiris Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Ubi Jalar