Tinjauan Empiris Efisiensi Alokasi Faktor-Faktor Produksi

xxxii faktor yang mepengaruhi produksi usahatani bawang daun menunjukkan bahwa hanya pupuk TSP yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang daun. Sedangkan penggunaan pupuk cair berpengaruh negatif terhadap produksi usahatani bawang daun di Desa Sindang Jaya, Kabupaten Cianjur. Beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa analisis terahadap faktor- faktor yang mempengaruhi produksi pada usahatani umumnya menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass, dengan metode OLS. Parameter dugaan yang kerap digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani adalah lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar dengan parameter dugaan dan fungsi produksi yang sama, tetapi dengan komoditas, lokasi penelitian dan kurun waktu yang berbeda.

2.4. Tinjauan Empiris Efisiensi Alokasi Faktor-Faktor Produksi

Penelitian tentang efisiensi alokatif usahatani ubi jalar belum pernah dilakukan sebelumnya. Tinjauan empiris berikut merupakan hasil penelitian efisiensi alokatif sebelumnya dengan komoditas dan lokasi yang berbeda. Penelitian Sumiyati 2006 mengananlisis faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani bawang daun di Desa Sindang Jaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi bawang daun yaitu, luas lahan, bibit, urea, KCL, pupuk kandang, obat padat, tenag kerja pria, tenaga kerja wanita serta TSP dan Obat cair.. Untuk faktor produksi TSP dan obat cair,rasio NPM-BKM lebih kecil dari satu. Sedangkan untuk luas lahan, bibit, Urea, KCl, pupuk kandang, obat padat, tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita memiliki rasio NPM-BKM lebih besar dari satu. Beberapa intrepretasi terhadap faktor yang mempengaruhi produksinya antara lain rasio NPM-BKM dari lahan adalah 7,99 sedangkan Nilai Produk Marginalnya adalah 9.987.999,16. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 1.250.000,-. Ini berarti setiap penambahan luas lahan sebesar 1 hektar akan meningkatkan penerimaan petani sebesar Rp 9.987.999,16,-. Oleh karena itu penggunaan lahan dalam usahatani bawang daun sebaiknya ditambah agar tercapai efisiensi. Sementara itu bibit memiliki Nilai xxxiii Produk Marginal sebesar 3.461,97 artinya bahwa penambahan 1 kilogram bibit akan meningkatkan penerimaan petani sebesar Rp 3.461,97,-, dengan biaya tambahan yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.823,33-, sehingga rasio NPM-BKM bibit sebesar 1,23. Oleh karena itu penggunaan bibit dalam usahatani bawang daun sebaiknya ditambah agar tercapai efisiensi. Rasio NPM-BKM dari pupuk Urea, KCl dan pupuk kandang masing- masing adalah 5,96, 5,19 dan 7,28. Angka ini menunjukkan perlunya penambahan dalam penggunaan pupuk Urea, KCl dan pupuk kandang agar tercapai efisiensi. Nilai Produk Marginal untuk TSP adalah -954,28 yang artinya bahwa setiap penambahan penggunaan TSP sebanyak 1 kilogram akan mengurangi penerimaan petani sebanyak Rp 954,28,-, sedangkan Biaya Korbanan Marginal untuk TSP adalah Rp 1.623,33,-, sehingga diperoleh rasio NPM-BKM sebesar -0,59. Faktor produksi obat cair memiliki rasio Nilai Produk Marginal sebesar -351.778,15, artinya bahwa setiap penambahan 1 liter obat cair akan mengurangi peneriman petani sebesar Rp 351.778,15,-. Pengorbanan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 72.500,-, sehingga diperoleh rasio NPM-BKM sebesar -4,85. Untuk itu disarankan kepada petani untuk tidak menambah penggunaan TSP dan obat cair. Secara ekonomis penggunaan TSP dan obat cair sudah tidak efisien lagi. Analisis mengenai alokasi faktor-faktor produksi juga dilakukan oleh Zamanai 2008 terhadap belimbing dewa. Hasil penelitian meunjukkan bahwa tingkat penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani belimbing untuk petani SOP dan petani non SOP masih belum efisien. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan rasio NPM-BKM yang tidak sama dengan satu. Faktor produksi petani SOP yang memiliki nilai rasio NPM-BKM yang lebih besar dari satu yaitu pupuk NPK 104,14, pupuk Gandasil 18,68 dan insektisida Decis 6,58, sedangkan faktor produksi tenaga kerja memiliki nilai rasio NPM-BKM lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0,57. Semua faktor produksi yang digunakan petani non SOP memiliki nilai rasio NPM-BKM lebih besar dari satu. Faktor produksi tersebut terdiri dari pupuk NPK 6,07, insektisida Curacon 12,18, insektisida Decis 12,16, pupuk Gandasil 69,22 dan tenaga kerja 2,48. Secara umum hasil analisis NPM-BKM pada beberapa komoditi dan daerah penelitian lain menunjukkan bahwa pengalokasian faktor-faktor produksi xxxiv pada usahatani yang dilakukan petani belum efisien dan tidak efisien, hal ini terlihat dari nilai rasio NPMBKM yang lebih dari satu, kurang dari satu bahkan bernilai negatif. Oleh karena itu penulis juga melakukan analisis NPM-BKM untuk melihat tingkat efsiensi alokasi faktor-faktor produksi pada usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. . xxxv

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatani

Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja, unsur modal dengan aneka ragam jenisnya dan unsur manajemen atau pengelolaan yang peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Usahatani menurut Mosher 1969 diacu dalam Soekartawi et al. 1985, adalah sebagai bagian dari permukaan bumi, dimana petani atau suatu badan tertentu lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani dapat dipandang sebagai suatu cara hidup a way of life atau sebagai bagian dari perusahaan farm business. Hernanto 1996 menyatakan bahwa keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor-faktor pada usahatani itu sendiri internal dan faktor-faktor di luar usahatani eksternal. Adapun faktor internal antara lain para petani pengelola, lahan, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga, dan kemampuan petani dalam mengaplikasikan penerimaan keluarga. Di sisi lain, faktor eksternal yang berpengaruh pada keberhasilan usahatani adalah tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani harga jual, harga saprodi, dan lain-lain, fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani. Hernanto 1996 berpendapat bahwa selalu ada empat unsur pokok dalam usahatani atau dikenal dengan faktor-faktor produksi dalam usahatani, yaitu : 1 Lahan Lahan merupakan faktor produksi yang mewakili unsur alam dan lahan merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain serta distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Lahan usahatani dapat berupa pekarangan, sawah, tegalan dan sebagainya. lahan memiliki beberapa sifat yaitu : 1 luasnya relatif atau dianggap tetap, 2 tidak dapat dipindah-pindahkan dan 3 dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Lahan usahatani dapat diperoleh dengan membeli, menyewa, pemberian negara, membuka lahan sendiri, ataupun wakaf.