lxxix
variabel dependen dgunakan uji F. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F-hitung 191.699 lebih besar dari F-tabel pada tingkat kesalahan 5 persen. Hal ini berarti
bahwa variabel indivenden: lahan, bibit per lahan, tenaga kerja per lahan, unsur N per lahan, dan unsur K per lahan nyata terhadap variabel devenden produksi
pada tingkat kesalahan 10 persen. Model yang dibentuk tidak memiliki masalah multikolinearitas dan juga
autokorelasi. Nilai VIF pada analisis regresi menunjukkan tidak ada yang melebihi 10 menandakan model yang di bentuk telah terbebas dari
multikolinearitas. Sedangkan
autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson, nilai Durbin Watson sebesar 1,865 berada diantara 1,55 dan 2,46, berarti model
tersebut tidak memiliki masalah autokorelasi Lampiran 2
. Model yang dapat dibentuk dapat dilihat pada persamaan berikut.
ln Y = 12,145+ 1.095ln X1 -0,268 ln X2 +0.017 ln X3+ 0.041 ln X4+ 0, 028 ln X5
Berdasarkan dari hasil pendugaan model diatas, maka model yang digunakan sebagai model terbaik. Model ini telah memenuhi kriteria dari fungsi
produksi Cobb-Douglas. Selanjutnya model inilah yang akan dibahas untuk menggambarkan fungsi produksi dari usahatani ubi jalar di Desa Purwasari.
6.4.2. Interpretasi Model Terbaik Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Model terbaik fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menganalisis fungsi produksi usahatani ubi jalar di Desa Purwasari. Parameter
yang akan digunakan adalah parameter dari fungsi produksi Cobb-Douglas metode OLS.
Berikut merupakan interpretasi dari masing-masing faktor produksi dalam model terbaik fungsi produksi Cobb-Douglas:
1. Lahan
Penggunaan lahan berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 95 persen terhadap produksi ubi jalar. Nilai elastisitas lahan terhadap produksi
sebesar 1,095 menunjukan bahwa dengan peningkatan luas lahan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi ubi jalar sebesar 1,095 persen, cateris
paribus . Namun peningkatan luas lahan harus diikuti oleh penggunaan input-input
variabel lainnya per hektar dalam rasio yang konstan.
lxxx
Pengaruh lahan yang cukup besar menjelaskan bahwa ekstensifikasi merupakan cara untuk meningkatkan produksi yang paling baik di lokasi
penelitian karena teknik maupun teknologi yang digunakan petani relatif sama karena belum ada inovasi teknik maupun teknologi yang memungkinkan
terjadinya peningkatan produksi ubi jalar secara nyata. Ekstensifikasi luas tanam ubi jalar di lokasi penelitian masih memungkinkan karena masih banyak sumber
daya lahan yang belum digunakan. Selain itu, petani responden juga dapat meningkatkan persil penggunaan lahan milik untuk ditanami ubi jalar. Namun
petani membutuhkan biaya atau modal tambahan jika ingin menambah lahan tanam dengan melakukan pembelian lahan.
2. Bibit
Penggunaan bibit per lahan diduga berpengaruh positif terhadap produksi usahatani ubi jalar di Desa Purwasari. Asumsi penelitian terhadap benih yaitu
penggunaan bibit ubi jalar pada daerah penelitian masih kurang dan belum mencapai optimal. Sehingga penambahan penggunaan bibit samapai batas
optimala akan meningkatkan produksi usahatani ubi jalar di Desa Purwasari. Berdasarkan uji variabel, Penggunaan bibit per lahan berpengaruh negatif
dan nyata pada taraf kepercayaan 95 persen terhadap produksi ubi jalar. Nilai elastisitas bibit per lahan terhadap produksi sebesar
– 0,268 menunjukan bahwa penambahan jumlah bibit per lahan sebesar satu persen akan menurunkan
produksi ubi jalar sebesar 0,268 persen, cateris paribus. Hal ini menunjukan bahwa jumlah bibit yang digunakan petani selama ini tidak memungkinkan untuk
ditambah karena cenderung akan menurunkan produksi Penggunaan rata-rata bibit ubi jalar di lokasi penelitian adalah 46.068,85
stekha dengan jarak tanam 20 - 35 cm dan jarak baris 70 - 100 cm. Penggunaan bibit di lokasi penelitian melebihi anjuran dari penyuluhan pertanian yaitu sebesar
36.000 stekha dengan jarak tanam 30-35 cm dan jarak baris 90 – 100 cm, hal ini
mengakibatkan penambahan bibit akan berpengaruh negatif terhadap produksi. Jumlah bibit yang terlalu banyak mengakibatkan kerapatan tanaman per luas lahan
akan semakin besar, hal ini mengakibatkan persaingan tanaman dalam memperoleh unsur-unsur hara dan makanan semakin tinggi, pada akhirnya
menyebabkan hasil produksi yang tidak optimal. Petani responden di lokasi
lxxxi
penelitian menambahkan jumlah bibit yang digunakan dengan cara memperpendek jarak tanam dan jarak baris.
3. Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja per lahan berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap produksi ubi jalar di daerah penelitian pada tingkat kepercayaan 95
persen. Secara umum penambahan tenaga kerja tidak akan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi jalar, karena penggunaan tenaga kerja pada daerah
penelitian telah mencapai jumlah yang mendekati optimal dan kurang beragamnya penggunaan tenaga kerja antar petani. akantetapi jika ada penambahan tenaga
kerja pada aktivitas pemanenan dapat meningkatkan penerimaan petani karena harga jual akan lebih mahal. Pada daerah penelitian aktivitas pemanenan tidak
dilakukan oleh sebagian besar petani. Pemanenan dengan sistem borongan yaitu dengan pembeli yang membawa tenaga kerja sendiri.
4. Unsur N
Penggunaan unsur N per lahan berpengaruh positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani ubi jalar. Hal ini dikarenakan
penggunaan unsur N yang hampir seragam antar petani responden dan sudah mendekati penggunaan anjuran, rata-rata penggunaan unsur N per hektar di lokasi
penelitian adalah 71 kg, sedangkan anjuran penyuluh adalah pada kisaran 70 kg –
90 kg per hektar. Sehingga penambahan pada penggunaan unsur N tidak akan meningkatkan produksi usahatani ubi jalar di lokasi penelitian.
5. Pupuk K
Penggunaan unsur K per lahan berpengaruh positif dan nyata terhadp produksi ubi jalar pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai koefisien pupuk per
lahan sebesar 0,0283 menunjukan bahwa dengan adanya penambahan penggunaan unsur K sebesar satu persen maka akan meningkatkan jumlah produksi ubi jalar
sebesar 0,0283 persen, cateris paribus. Kecilnya pengaruh penambahan unsur K terhadap produksi ubi jalar pada daerah penelitian yang hanya sebesar 0,0283
persen dari setiap satu satu persen penambahan unsur K dikarenakan rata-rata penggunaan unsur di lokasi penelitian yang 61,08 kgha telah mendekati anjuran
yang diberikan punyuluh pertanian adalah 50-70 kgha. Untuk menambahkan 0,0283 kg unsur K yaitu dengan menambahkan penggunaan pupuk KCL sebesar
lxxxii
0,047 kg, atau dengan menambahkan pupuk phonska sebesar 0,19 kg. Pada daerah penelitian unsur K diperoleh dari penggunaan pupuk KCL dan pupuk phonska.
Unsur K berguna salah satunya untuk pembentukan karbohidrat. Semakin meningkat penggunaan pupuk K di bawah batas penggunaan maksimum, maka
tanaman yang dihasilkan akan mengalami pembentukan umbi menjadi lebih besar sehingga hasil produksi ubi jalar dapat meningkat.
6.5. Analisis Efisiensi Alokasi Faktor Produksi