lxxi
kembali. Alat pertanian yang digunakan akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Biaya penyusutan ini dihitung sebagai biaya yang diperhitungkan. Nilai
penyusutan dalam analisis ini diperoleh dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai penyusutan dihitung terhadap rata-rata alat-alat pertanian yang digunakan
oleh petani responden di Desa Purwasari sebesar Rp 151.713,68. Rincian perhitungan penyusutan dapat dilihat pada lampiran4.
6.2.4. Lahan
Lahan yang digarap oleh petani responden terdiri dari lahan milik, dan lahan gadai. Lahan milik, dihitung dengan biaya diperhitungkan sewa lahan.
Biaya yang dikeluarkan petani untuk menyewa lahan seluas satu hentar selama lima bulan masa tanam adalah sebesar Rp 750.000ha, sedangkan untuk biaya
diperhitungkan sewa lahan sebesar Rp 750.000ha. Rata-rata pajak yang dibayarkan perluas lahan permusim tanam yaitu Rp.48.125, besar kecilnya pajak
tergantung pada lokasi lahan yang dimiliki oleh petani. Luasan lahan, ketersedian akses jalan, dan sarana irigasi juga mempengaruhi besar kecilnya pajak yang
dibayarkan.
6.2.5. Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja di lokasi penelitian relatif banyak dan mudah didapatkan karena rata-rata penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani.
Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ubi jalar menggunakan satuan HOK yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar
keluarga TKLK. TKDK merupakan anggota keluarga sendiri seperti suami, isteri dan anak. Sedangkan TKLK merupakan tenaga kerja upahan yang yang
berasal dari penduduk sekitar. Jam kerja di lokasi penelitian adalah lima jam per hari, yang dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB. Upah rata-rata tenaga kerja di
lokasi penelitian adalah Rp. 25.000HOK untuk tenaga kerja pria dan Rp 15.000 untuk tenaga kerja wanita, sedangkan untuk upah borongan menyesuaikan dengan
tingkat kesulitan jenis aktivitas. Berdasarkan Tabel 24 terlihat jumlah hari kerja rata-rata usahatani ubi
jalar di lokasi penelitian adalah 233,44 HOK hari, yang terdiri dari 51,57 HOK TKDK dan 181,87 HOK TKLK. Jumlah penggunaan TKDK lebih rendah
lxxii
dibandingkan dengan jumlah TKLK, karena budidaya ubi jalar membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak selain itu kebanyakan petani responden yang
telah melewati masa produktif. Aktivitas yang dikerjakan oleh TKDK adalah pekerjaan yang ringan dan dapat dilakukan sendiri oleh keluarga petani, seperti
penanaman, pemupukan, dan penyiangan. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang paling besar pada aktivitas pengolahan tanah, pembumbunan dan penanaman
Tabel 24.
Tabel 24.
Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010
Aktivitas TKDK HOK
TKLK HOK
Total TK HOK
Penyetekan 0,56
5,01 5,57
pengolahan lahan 29,68
103,17 132,85
Penanaman 2,89
17,23 20,12
Pemupukan 2,19
6,70 8,89
Pembumbunan 2,22
45,23 47,45
Penyiangn 2,86
0,00 2,86
Pemupukan 10,71
2,53 13,24
Panen 0,46
0,00 0.46
Jumlah
51,57 181,87
233,44
6.2.6. Modal