Daerah Tangkap DAMPAK ZONASI TAMAN NASIONAL TERHADAP

BAB VI DAMPAK ZONASI TAMAN NASIONAL TERHADAP

STRATEGI NAFKAH NELAYAN KOMPRESSOR

6.1 Daerah Tangkap

Daerah tangkap yang dicakup oleh nelayan kompressor meliputi seluruh kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Ikan tangkapan yang diambil oleh nelayan berada di wilayah yang tidak terlalu jauh dari pulau, yang artinya kawasan terumbu karang yang memiliki kedalaman sekitar 5-30 meter pada musim biasa, dan 5-15 meter pada musim terang bulan. Pada umumnya nelayan kompressor tidak memiliki aturan khusus tentang pulau mana yang akan didatangi setiap kali mereka pergi melaut. Hampir semua pulau di kawasan Taman Nasional Karimunjawa pernah menjadi tempat mereka mencari ikan, termasuk zona inti dan perlindungan. Berikut merupakan Tabel yang menunjukkan daerah tangkap nelayan kompressor. Tabel 12 Daerah Tangkap Responden Sebelum dan Sesudah Zonasi Kawasan di Karimunjawa Tahun 2005 Kelompok Nelayan Kompressor Daerah Tangkap 2005 2005 7,5 km 7,5 km 7,5 km 7,5 km ZI ZL ZP ZI ZL ZP ZI ZL ZP ZI ZL ZP HKM RDN SRN AJB YD HD = intensitas penangkapan rendah sesekali ZI = Zona Inti = intensitas penangkapan sedang ZL=Zona Perlindungan = intensitas penangkapan tinggi ZP= Zona Pemanfaatan Sebelum adanya Zonasi Taman Nasional 2005, semua kelompok nelayan kompressor mencari ikan di semua kawasan Taman Nasional baik itu zona inti, zona perlindungan, maupun zona pemanfaatan. Kelompok dengan inisial kapten kapal HKM, mencari ikan di semua kawasan TN, terutama di daerah yang jauh dari pelabuhan utama dengan jarak lebih dari 7,5 km. Pulau yang sering didatangi oleh kelompok ini antara lain Genting, Pulau Seruni, Pulau Burung, Parang, dan Nyamuk. Daerah tangkap ini masih menjadi daerah yang paling sering dikunjungi baik sebelum maupun setelah zonasi TN 2005. Kelompok dengan inisial kapten kapal RDN, mencari ikan hanya di sekitar kawasan pulau Karimunjawa, dengan jarak tidak lebih dari 7,5 km. Hal ini karena keterbatasan mesin kapal dan kondisi kapal yang tidak memungkinkan untuk dibawa jauh. Di kawasan dengan radius 7,5 km, kelompok ini mencari ikan dengan intensitas yang sedang dan merata di semua kawasan, termasuk zona inti, zona perlindungan dan zona pemanfaatan. Pulau yang sering dikunjungi oleh kelompok ini antara lain Pulau Cemara Kecil, Cemara Besar, Kumbang, Gosong Tengah, Gosong Selikur dan beberapa pulau lainnya. Pola ini diterapkan baik sebelum adanya zonasi kawasan maupun setelah adanya zonasi kawasan tahun 2005. Kelompok dengan inisial kapten kapal SRN, mengambil ikan di semua kawasan dengan intensitas sedang dan merata sebelum tahun 2005. Setelah tahun 2005, kelompok ini mengurangi pencarian ikan di kawasan zona inti, karena takut diketahui oleh pihak yang berwajib. Namun demikian, aktifitas pencarian ikan di kawasan zona inti masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini tercermin dari hasil wawancara dengan salah satu anggota kelompok, IML 23 tahun, Ya di mana aja nyari ikan itu. Nda mesti harus dianu-dianu.. kalau zona larangan paling kita sembunyi-sembunyi mas.. itu pun ngga sering. Takut ketauan. Lagi pula kita kan nyari ikan, ngga merusak lingkungan. Wilayah yang sering dikunjungi oleh kelompok ini adalah Tanjung Gelam, Tanjung Bomang, Gosong Selikur, Sintok, Gosong Tengah, dan beberapa pulau lainnya. Kelompok dengan nama kapten kapal AJB, mencari ikan di semua kawasan terutama yang berada di bawah radius 7,5 km dari pelabuhan. Kelompok ini memilih daerah-daerah yang tidak terlalu jauh karena mereka tidak terlalu “ngoyo” ngotot saat mencari ikan. Meski demikian, kelompok ini sesekali juga melakukan perjalanan ke pulau-pulau yang cukup jauh dari pulau utama, terutama zona inti dan zona perlindungan yang berjarak 7,5 km karena memiliki banyak ikan. Pulau yang sering dikunjungi oleh kelompok ini antara lain Pulau Kumbang, Gosong Selikur, Sintok, Cemara Kecil, dan sekitarnya. Kelompok dengan nama kapten kapal YD, sebelum tahun 2005 mencari ikan di semua kawasan secara merata dengan intensitas sedang. Hal ini didukung oleh kondisi kapal yang memadai dan memiliki 2 mesin, yakni sebesar 12 dan 16 PK. Setelah tahun 2005, kelompok ini mengurangi intensitas penangkapan di wilayah zona inti, baik di lokasi yang jauh dari dermaga maupun yang dekat. Hal ini terjadi karena mereka menyadari adanya sanksi hukum bagi nelayan yang mencari ikan di zona ini. Meski demikian, intensitas pencarian di zona perlindungan masih tetap sama seperti sebelum adanya zonasi kawasan. Kelompok dengan kapten kapal HD, memiliki daerah tangkapan yang sama baik sebelum dan sesudah tahun 2005. Biasanya mereka beroperasi di wilayah Pulau Geleang dan Burung, Gosong Selikur, Gosong Tengah, Taka Nyawaan, Kumbang, dan beberapa pulau lain di zona pemanfaatan. Mereka tidak mengetahui tentang Zonasi Taman Nasional, sehingga tidak memperhitungkan ketentuan zonasi dalam mencari ikan. Meski pada umumnya terdapat satu atau dua orang anggota kelompok yang mengetahui wilayah yang terlarang untuk dimasuki, masing-masing kelompok nelayan kompressor tetap mencari ikan di wilayah zona-inti dan perlindungan. Hal ini terjadi karena nelayan kompressor memiliki semacam etika bahwa mengambil ikan di zona inti dan zona perlindungan tidak menjadi masalah asalkan mereka tidak merusak terumbu karang. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh seorang nelayan, SR 27 tahun, Kita nyari ikan ngga tentu mas, dimana aja yang lagi rame. Kalaupun itu zona inti ya asalkan ga ngerusak terumbu karang aja.. Bebasnya aktifitas mencari ikan di wilayah zona inti dan zona perlindungan juga diperkuat dengan data yang diperoleh oleh Wildlife Conservation Society WCS yang bekerja sama dengan BTNKJ, melalui survey yang dilakukan terhadap semua nelayan yang beraktifitas di wilayah perairan Taman Nasional Karimunjawa. Hal ini ditunjukkan oleh peta aktivitas perikanan panah di lampiran 4. Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh pulau yang ada di Taman Nasional Karimunjawa mayoritas dimanfaatkan dalam intensitas yang sedang dan merata oleh nelayan kompressor.

6.2 Alat Tangkap