Tingkat Pendidikan Karakteristik Nelayan

kompressor dalam mencari ikan. Hal ini terjadi juga pada responden dengan usia sedang dan muda, seperti yang terungkap dari hasil wawancara YN 35 tahun, Jadi nelayan kompressor ya mas, itu harus punya keahlian nyelem dan fisiknya kuat. Emang bahaya kalau ngga hati-hati, tapi hasilnya juga sepadan. Lumayanlah dibandingin sama nelayan mancing, atau njaring. Saya udah belasan taun jadi nelayan kompressor. Payah mas kalau kita cuma ngandelin mancing aja. Ngga sekolah anak saya nanti Petikan wawancara tersebut menunjukkan bahwa profesi sebagai nelayan kompressor merupakan pilihan yang diambil karena lebih menjanjikan hasil yang maksimal dibandingkan pekerjaan yang lain. Hal ini membuat mereka bertahan sebagai nelayan kompressor untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun resiko yang ditanggung juga tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Dharmawan 2001, bahwa pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut.

5.4.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang dimaksud dalam penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti. Kategori tingkat pendidikan responden di Desa Karangtengah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: lulusa SD atau tidak tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Berikut merupakan data hasil penelitian: Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Karimunjawa Tahun 2011 Pendidikan Jumlah orang Persentase Rendah Tidak Sekolah-SD 33 94 Sedang SMP-SMA 2 6 Tinggi ≥ Perguruan Tinggi Total 35 100 Tingkat pendidikan responden pada umumnya masih dalam taraf rendah, yakni 94 persen lulusan SD atau tidak tamat SD, 6 persen SMP, dan 0 persen SMA dan perguruan tinggi. Selain karena tidak adanya fasilitas pendidikan yang memadai di Pulau Karimunjawa, kesadaran nelayan terhadap pendidikan pun rendah, terutama pada responden yang berusia tua dan sedang. Dua orang responden yang bersekolah sampai tingkat SMP termasuk dalam usia muda. Hal ini terjadi karena fasilitas sekolah SMP baru dibangun pada tahun 1985, dan SMK pada tahun 2004, sehingga dalam kurun waktu sebelum tahun tersebut masyarakat tidak dapat memiliki akses terhadap pendidikan yang memadai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang tokoh masyarakat, PD 48 tahun, Sebenernya banyak penduduk punya keinginan tuk bersekolah, buktinya ada juga orang asli karimun yang jadi pejabat di luar karimun. Cuma memang saat itu belum ada sekolahan. Memang secara umum kesadaran tentang pendidikan itu munculnya ya tahun 2000an, apalagi setelah ada SMK itu. Minimnya tingkat pendidikan responden juga dipengaruhi oleh keterlibatan mereka dalam usaha mencari nafkah saat berusia 11-13 tahun. Anak yang sudah lulus SD tidak memiliki dorongan untuk melanjutkan sekolah karena mereka ingin mendapatkan uang tambahan dengan ikut melaut bersama orang tua mereka. Setelah cukup dewasa, mereka akan mulai mencari pekerjaan sebagai nelayan secara mandiri, dengan atau tanpa melibatkan orang tua mereka.

5.4.3 Pengalaman Melaut