Manajemen Konservasi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional

BAB VII EFEKTIVITAS PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA

7.1 Manajemen Konservasi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional

Karimunjawa Melalui Sistem Zonasi Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan pelestarian alam memiliki fungsi yang kompleks yaitu sebagai daerah perlindungan dan pengamanan bagi sistem penyangga kehidupan masyarakat Karimunjawa, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan yang adil dan berkelanjutan. Visi Taman Nasional Karimunjawa adalah mewujudkan pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem Taman Nasional Karimunjawa melalui perlindungan hutan dan penegakan hukum, optimalisasi pemanfaatan berdasarkan prinsip kelestarian yang didukung kelembagaan dan kemitraan yang kuat. Misi Taman Nasional Karimunjawa, sebagai berikut : 1 Meningkatkan efektivitas pengelolaan TNKJ sesuai fungsi kawasan 2 Mewujudkan kelembagaan dan kemitraan yang kuat dalam pengelolaan 3 TNKJ. 4 Mengembangkan dan memantapkan upaya pengawetan, pengendalian dan 5 pemanfaatan tumbuhan satwa liar. 6 Memantapkan upaya perlindungan, penegakan hukum dan pengendalian 7 kebakaran hutan di TNKJ. 8 Mengembangkan ODTWA, jasa lingkungan dan pengembangan bina cinta alam. Berdasarkan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2001-2005, pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa ke depan ditujukan untuk dapat menanggulangi persoalan dengan mempertimbangkan pelestarian SDA dan ekonomi sehingga terwujud pengelolaan yang lestari dengan tetap dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sesuai dengan perubahan dinamika masyarakat. Tantangan yang dihadapi dalam upaya pembangunan di bidang sumber daya alam adalah menciptakan suatu kondisi yang serasi antara ketersediaan sumber daya dengan kebutuhan masyarakat. Kondisi perikanan tangkap Karimunjawa yang memiliki kekayaan potensi sumber daya dan keanekaragaman sosial budaya masih menjanjikan untuk dikelola. Hal ini memungkinkan untuk dilakukannya pola pembangunan yang sesuai dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan tetap memegang teguh aspek kelestarian dan konservasi alam. Pemikiran pembangunan yang relevan untuk mengembangkan pulau kecil adalah membangun pulau kecil dengan berbasiskan pada kekuatan sumber daya lokal yang dimiliki, sehingga dapat mengembangkan perekonomian masyarakat lokal Maksum, 2006. Menurut Kusumastanto 2003 dalam Maksum 2006, pengembangan pulau- pulau kecil dengan karakteristiknya memiliki beberapa kendala pembangunan, yaitu: 1 Ukuran yang kecil dan terisolasi keterasingan menyebabkan penyediaan prasarana dan sarana menjadi sangat mahal. SDM yang andal dan mau bekerja di lokasi tersebut sedikit. Luas pulau kecil itu bukan suatu kelemahan jika barang dan jasa yang diproduksi dan dikonsumsi oleh penghuninya tersedia di pulau yang dimaksud. Akan tetapi, begitu jumlah penduduk meningkat secara drastis, diperlukan barang dan jasa dari pasar yang jauh dari pulau itu, berarti biaya mahal. 2 Kesukaran dan ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dan menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi, dan transportasi. Hal ini turut menghambat pembangunan hampir semua pulau kecil di dunia. 3 Ketersediaan SDA dan jasa-jasa lingkungan, seperti air tawar, vegetasi, tanah, ekosistem pesisir dan satwa liar, yang pada gilirannya menentukan daya dukung sistem pulau kecil dan menopang kehidupan manusia penghuni serta segenap kegiatan pembangunan. 4 Produktivitas SDA dan jasa-jasa lingkungan seperti pengendalian erosi yang terdapat di setiap unit ruang lokasi di dalam pulau dan yang terdapat di sekitar pulau seperti ekosistem terumbu karang dan perairan pesisir saling terkait satu sama lain secara erat. 5 Budaya lokal kepulauan kadang kala bertentangan dengan kegiatan pembangunan. Contohnya bidang pariwisata yang akhir-akhir ini dianggap sebagai dewa penolong panacea bagi pembangunan pulau-pulau kecil. Di beberapa pulau kecil budaya yang dibawa oleh wisatawan asing dianggap tidak sesuai dengan adat atau agama setempat. Sementara itu, Maksum 2006 mengatakan bahwa permasalahan- permasalahan dalam pengelolaan TNKJ antara lain: 1 Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat yang masih rendah sehingga seringkali kurang mendukung dan memahami terhadap kawasan konservasi, 2 Belum sinergisnya kegiatan-kegiatan pemanfaatan yang ada di tnkj dengan kegiatan konservasi, masyarakat belum mengerti pola pengelolaan yang dilakukan, 3 Pengawasan yang dilakukan belum efektif, 4 Belum adanya peraturan khusus dalam bidang perikanan 5 Hal ini sesuai dengan pendapat Sya’rani dan Suryanto 2006 dalam Maksum 2006 yang menyatakan bahwa hambatan dalam pengembangan kepulauan Karimunjawa diantaranya adalah zonasi yang ada belum efektif, karena kesenjangan kepentingan konservasi dan kepentingan pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi masyarakat, dan kemampuan pengendalian eksplorasi dan eksploitasi SDA terbatas .

7.2 Kapasitas Balai Taman Nasional Karimunjawa