rendah, terutama pada responden yang berusia tua dan sedang. Dua orang responden yang bersekolah sampai tingkat SMP termasuk dalam usia muda. Hal
ini terjadi karena fasilitas sekolah SMP baru dibangun pada tahun 1985, dan SMK pada tahun 2004, sehingga dalam kurun waktu sebelum tahun tersebut masyarakat
tidak dapat memiliki akses terhadap pendidikan yang memadai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang tokoh masyarakat, PD 48 tahun,
Sebenernya banyak penduduk punya keinginan tuk bersekolah, buktinya ada juga orang asli karimun yang jadi pejabat di luar
karimun. Cuma memang saat itu belum ada sekolahan. Memang secara umum kesadaran tentang pendidikan itu munculnya ya tahun
2000an, apalagi setelah ada SMK itu. Minimnya tingkat pendidikan responden juga dipengaruhi oleh
keterlibatan mereka dalam usaha mencari nafkah saat berusia 11-13 tahun. Anak yang sudah lulus SD tidak memiliki dorongan untuk melanjutkan sekolah karena
mereka ingin mendapatkan uang tambahan dengan ikut melaut bersama orang tua mereka. Setelah cukup dewasa, mereka akan mulai mencari pekerjaan sebagai
nelayan secara mandiri, dengan atau tanpa melibatkan orang tua mereka.
5.4.3 Pengalaman Melaut
Pengalaman Melaut merupakan lama waktu dalam satuan tahun yang dihabiskan oleh responden dalam aktivitas penangkapan ikan secara reguler.
Kategori pengalaman melaut dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni nelayan dengan pengalaman melaut rendah 6-10 tahun, sedang 11-18 tahun, dan tinggi
≥ 19 tahun. Mayoritas responden telah memulai aktifitas penangkapan ikan sejak usia yang sangat muda. Berikut merupakan data hasil penelitian:
Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pengalaman Melaut di Karimunjawa Tahun 2011
Pengalaman Melaut Jumlah orang Persentase
Rendah 6-10 Tahun 7
20 Sedang 11-18 Tahun
17 49
Tinggi ≥ 19Tahun
11 31
Total 35
100
Sebanyak 20 persen responden memiliki pengalaman melaut yang rendah, yakni dalam kisaran 6-10 tahun. Dari 20 persen responden tersebut, semuanya
berada dalam kelompok usia muda. Sementara itu, 49 persen responden berada pada kelompok pengalaman sedang 11-18 tahun dan sisanya sebanyak 31 persen
memiliki pengalaman melaut yang tinggi 18 tahun. Semua responden mengaku bahwa mereka mulai melaut sejak berusia antara 11-13 tahun, dengan membantu
orang tua mereka memancing, menjaring ikan, dll. Rata-rata pengalaman melaut responden dalam penelitian ini adalah 16 tahun, yang jika dihitung selisihnya
dengan rata-rata usia responden 29 tahun, akan diperoleh angka usia 13 tahun. Angka ini menunjukkan usia rata-rata saat responden mulai melaut. Hal ini
menjelaskan kenapa tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini tergolong rendah.
Keterampilan menyelam yang dimiliki oleh Responden diperoleh secara otodidak,
melalui proses belajar dari orang tua dan lingkungan mereka. Sejak kecil nelayan Karimunjawa terbiasa bermain di pinggir laut, sambil memancing
dengan peralatan sederhana seperti kail dan benang. Setelah menamatkan SD, pada umumnya responden mulai beraktifitas sebagai nelayan secara reguler, baik
dengan belajar dari orang tua mereka atau bekerja pada nelayan lain.
5.4.4 Kapasitas Mesin
Kapal
Kapasitas mesin kapal yang dimiliki responden diukur dalam satuan “Paardekracht” atau yang biasa dikenal dengan istilah PK 1 HP = 1,014 PK=750
Watt. Data tentang jumlah dan presentese responden menurut kapasitas mesin kapal adalah sebagai berikut:
Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kapasitas Mesin Kapal di Karimunjawa Tahun 2011
Kapasitas mesin kapal Jumlah orang
Persentase Rendah 12-16 PK
6 17
Sedang 18-20 PK 6
17 Tinggi 20 PK
23 66
Total 35
100
Terdapat 12 persen responden yang memiliki kapasitas mesin kapal yang rendah 12-16 PK, juga 12 persen responden yang memiliki kapasitas mesin
kapal yang sedang 18-20 PK. Sementara itu, kapasitas mesin kapal yang besar dimiliki oleh kapal yang memiliki 2 mesin, dengan kapasitas lebih dari 20 PK.
Responden yang memiliki kapasitas mesin kapal besar sebanyak 66 persen. Responden yang diteliti terbagi ke dalam enam tim nelayan kompressor, dimana
masing-masing kelompok memiliki satu orang kapten sekaligus pemiliki kapal. Pemiliki kapal memiliki satu bagian hasil dalam sekali melaut, yang artinya jika
pemilik kapal tersebut ikut melaut maka dia mendapatkan satu bagian sebagai penyelam dan satu bagian sebagai pemilik kapal. Meskipun kapasitas mesin kapal
menentukan wilayah cakupan yang dapat dijangkau oleh nelayan, namun ada juga kelompok nelayan yang memiliki kapasitas mesin besar tapi memilih untuk
menyelam tidak jauh dari sekitar pulau utama, karena mereka tidak terlalu “ngoyo” ngotot dalam mencari ikan.
5.4.5 Nilai Hasil