Alat Tangkap DAMPAK ZONASI TAMAN NASIONAL TERHADAP

yang dilakukan terhadap semua nelayan yang beraktifitas di wilayah perairan Taman Nasional Karimunjawa. Hal ini ditunjukkan oleh peta aktivitas perikanan panah di lampiran 4. Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh pulau yang ada di Taman Nasional Karimunjawa mayoritas dimanfaatkan dalam intensitas yang sedang dan merata oleh nelayan kompressor.

6.2 Alat Tangkap

Nelayan-nelayan di Karimunjawa biasanya memiliki berbagai jenis alat tangkap, hal ini dilakukan agar para nelayan dapat tetap melakukan kegiatan penangkapan ikan sepanjang tahun, sehingga meskipun terjadi pergantian musim yang berarti pergantian musim ikan pula, nelayan dapat tetap melakukan penangkapan ikan, dalam hal ini misalnya nelayan pancing tonda yang juga memiliki alat tangkap pancing lain, seperti pancing cumi-cumi dan pancing ulur Irnawati, 2008. Namun demikian, nelayan kompressor cenderung menggunakan alat tangkap yang sama, karena speargun dan kompressor bisa digunakan sepanjang tahun. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara berikut, NR 25 tahun, Klo yang namanya kompressor mas, kita ga ngenal musim. Karena ikan karang itu kan terus ada, ga abis-abis dia..yaa kecuali, kalau lagi terang bulan atau lagi angin timur. Baru kita pere. Pada saat periode terang bulan, sebagian nelayan kompressor tidak menggunakan speargun, melainkan hanya sarung tangan untuk menangkap gamet Holoturia sp. Hal ini sebagai bentuk strategi adaptasi mereka terhadap kondisi fisik dan lingkungan yang dihadapi. Komoditas hasil tangkapan nelayan kompressor sangat bervariasi, tidak terpaku pada satu jenis ikan tertentu. S ecara keseluruhan, terdapat 17 kapal kompressor yang beroperasi di TNKJ. Karakteristik khas yang membedakan nelayan kompressor dengan nelayan lainnya adalah penggunaan alat tembak speargun dan alat bantu berupa ratusan meter selang untuk memompa udara dari atas kapal ke dalam air. Perlu dicatat bahwa seluruh responden telah memakai alat kompressor sebelum tahun 2005, yakni dalam kurun waktu 1980-2003. Setelah menggunakan kompressor, seluruh resonden meninggalkan alat tangkap yang lain. Berikut merupakan Tabel perubahan alat tangkap sebelum zonasi dan setelah zonasi lihat juga lampiran 4: Tabel 13 Perubahan Alat Tangkap Sebelum dan Sesudah Zonasi Kawasan di Karimunjawa Tahun 2005 No Sebelum tahun 2005 Setelah tahun 2005 Jumlah responden 1 Muroami Jaring Pancing Potassium Kompressor Kompressor Up grade mesin 2 orang 2 Pancing Potassium Kompressor Kompressor Up grade mesin 4 orang 3 Muroami Jaring Pancing Potassium Kompressor Kompressor Up grade mesin 1 orang 4 Potassium Kompressor Kompressor 6 orang 5 Muroami Potassium Kompressor Kompressor 1 orang 6 Muroami Jaring Pancing Potassium Kompressor Kompressor 2 orang 7 Muroami Jaring Pancing Potassium Kompressor Pancing Kompressor 4 orang 8 Pancing Potassium Kompressor Pancing Kompressor 7 orang 9 Bubu Potassium Kompressor Kompressor 1 orang 10 Jaring Pancing Potassium Kompressor Kompressor 1 orang 11 Pancing Potassium Kompressor Pancing Kompressor 2 orang 12 Bubu Potassium Kompressor Bubu Kompressor 1 orang 13 Pancing Potassium Kompressor Bubu Kompressor 1 orang 14 Jaring Potassium Kompressor Kompressor 1 orang 15 Muroami Pancing Potassium Kompressor Kompressor 1 orang Total 35 orang Nelayan Karimunjawa pada umumnya pernah menggunakan alat pancing untuk mencari ikan. Seiring dengan berjalannya waktu, alternatif alat tangkap yang dapat digunakan pun bertambah. Setelah responden beralih ke alat tangkap speargun -kompressor, mereka meninggalkan alat tangkap pancing karena merasa kebutuhannya sudah cukup terpenuhi, kecuali delapan orang responden yang menggunakan alat pancingan hanya untuk memenuhi kebutuhan subsisten rumah tangga saat tidak melaut menggunakan kompressor. Dengan demikian, perubahan ini tidak disebabkan oleh adanya Zonasi Taman Nasional. Alat tangkap jaring dipakai untuk menangkap udang, ikan, atau teri. Sebanyak sebelas orang nelayan menggunakan jaring sebelum Zonasi Taman Nasional, namun tidak ada yang menggunakan setelah adanya zonasi. Hal ini disebabkan karena setelah mereka menggunakan alat kompressor, hasil yang didapat melalui kompressor cenderung lebih banyak. Selain itu, penggunaan mesin kompressor pun tidak bergantung pada musim. Karena itu, nelayan lebih senang menggunakan alat kompressor dalam mencari nafkah dan meninggalkan alat-alat yang lain. Perubahan alat tangkap jaring ini tidak dipengaruhi oleh Zonasi Taman Nasional, melainkan dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Kompressor digunakan oleh semua responden sebelum adanya Zonasi Taman Nasional. Hanya terdapat satu orang responden yang tidak lagi memakai alat kompressor sejak tahun 2009 karena tidak diperbolehkan oleh keluarganya, dengan alasan membahayakan keselamatan. Semua responden mengaku bahwa hasil yang didapatkan dengan menggunakan alat kompressor lebih memuaskan dibanding dengan memakai alat lainnya. Karena alasan inilah, hampir semua responden tetap menggunakan alat kompressor untuk mencari ikan. Awal penggunaan kompressor pada masing-masing responden bervariasi, namun secara umum telah ada sejak tahun 1980-an, dan mulai marak di tahun 1990-an. Beberapa nelayan sejak awal berprofesi sebagai nelayan sudah menggunakan alat tangkap speargun-kompressor, terutama kelompok responden yang berusia antara18-24 tahun. Potassium digunakan secara meluas oleh nelayan pada kurun waktu 1990- an, dan mulai hilang setelah pihak BTNKJ gencar melakukan penyuluhan dan penegakan hukum terkait dengan penggunaan potassium kurun waktu 2000-an. Semua responden menggunakan potassium sebagai alat bantu dalam menangkap ikan sebelum zonasi ditetapkan. Setelah dilakukan penyuluhan oleh BTNKJ, semua responden menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh potassium dan mulai berhenti menggunakannya. Setelah Zonasi Taman Nasional tahun 2005, secara perlahan penggunaan potassium mulai ditinggalkan oleh nelayan Karimunjawa. Jaring muroami digunakan oleh 9 orang responden sebelum Zonasi Taman Nasional. Satu jaring muroami dioperasikan dengan tiga buah kapal dengan jumlah ABK lebih dari 22 orang. Jumlah tersebut menyebabkan pembagian hasil tangkapan menjadi sedikit meskipun hasil yang didapat terhitung banyak. Selain itu, responden mengaku lebih nyaman bekerja dengan alat tangkap speargun- kompressor dengan jumlah ABK yang relatif sedikit, yakni lima sampai delapan orang. Oleh karena itu responden memilih beralih alat tangkap dari muroami ke kompressor. Karena perubahan alat tangkap ini terjadi dalam kurun waktu tahun 1998-2003, maka perubahan ini pun tidak dipengaruhi oleh adanya Zonasi Taman Nasional pada tahun 2005. Mesin yang digunakan oleh responden pada umumnya dirawatdiperbaiki hanya saat rusak atau mengalami gangguan. Tidak ada responden yang secara khusus menjadwalkan waktu tertentu untuk melakukan perbaikanpemeriksaan rutin. Hanya 7 orang responden semuanya berasal dari tim yang sama yang melakukan upgrade mesin pada bagian mesin kompressor dan menambah kapasitas mesin motor. Upgrade mesin tersebut baru dilakukan pada tahun 2008 karena alasan modal. Dengan demikian perbaikan alat tangkap ini bukan disebabkan oleh Zonasi Taman Nasional. Bubu merupakan alat tangkap tradisional yang terdiri dari dua jenis, yakni bubu yang ditempatkan di daerah dekat pantai, dan bubu yang ditempatkan di laut lepas. Sebelum tahun 2005, terdapat dua orang responden yang memakai bubu untuk mencari ikan. Setelah Zonasi Taman Nasional, satu responden memutuskan tidak lagi memakai bubu karena lebih nyaman bekerja sebagai nelayan kompressor STM, sementara satu orang lainnya AJB mengajak kerabatnya ALF untuk menggunakan bubu agar mendapat penghasilan tambahan. Kedua responden tersebut bekerja sama karena masih memiliki hubungan darah. Penggunaan bubu dilakukan saat kedua responden sedang “malas” melaut menggunakan kompressor. Biasanya, bubu digunakan setidaknya satu kali setiap minggu. Motif perubahan alat tangkap ini tidak disebabkan oleh adanya Zonasi Taman Nasional, melainkan oleh motif ekonomi. Selain penggunaan potassium, secara keseluruhan perubahan alat yang dipakai nelayan terjadi karena motif ekonomi, yakni dengan memperhitungkan hasil tangkapan yang diperoleh dari masing-masing alat tangkap. Adapun Zonasi Taman Nasional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan alat tangkap nelayan. Selain itu, adanya sanksi hukum dan penyuluhan tentang bahaya potassium juga berhasil menghilangkan penggunaan potassium di kawasan TNKJ.

6.3 Diversifikasi Nafkah