Perubahan lingkungan fisik dan lingkungan sosial merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
Menurut Homer-Dixon 1993 dalam Mitchell et al 2007, kegiatan manusia dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau kelangkaan sumber daya dalam
tiga cara. Pertama, kegiatan manusia dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas sumber daya, terutama jika jumlah sumber daya dieksploitasi dengan
tingkat kecepatan yang melebihi daya pulihnya. Kedua, penurunan atau kelangkaan sumber daya disebabkan oleh pertumbuhan penduduk. Ketiga, akses
terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang tidak seimbang juga akan menyebabkan banyak persoalan. Akses yang tidak seimbang biasanya disebabkan
oleh hak kepemilikan yang terkonsentrasi pada sekelompok kecil masyarakat sehingga menyebabkan kelangkaan hak kepemilikan bagi kelompok lain Mitchel
et al. 2007.
2.1.2 Konsep Zonasi Kawasan Taman Nasional
Definisi Taman Nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya, adalah merupakan kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi serta dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian, pengembangan
budidaya,rekreasi, dan pariwisata. Dalam pasal 30 disebutkan bahwa pengelolaan taman nasional adalah tercapainya tiga fungsi, yaitu: 1 perlindungan terhadap
ekosistem kehidupan, 2 pengawetan sumber plasma nutfah dan ekosistemnya, dan 3 pelestarian pemanfaatan. Selain beberapa fungsi tersebut, taman nasional
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemanfaatan yang lestari. Sebagian wilayah taman nasional
selama ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan perikanan, pertanian, dan pemanfaatan sumber daya alam
SDA yang lain. Keterpaduan pengelolaan antara kegiatan pemanfaatan sumber daya
perikanan dengan kegiatan konservasi berarti bahwa kegiatan pemanfaatan sumber daya yang ada harus menyesuaikan dengan kegiatan dan pengelolaan
konservasi, karena aspek sumber daya bertumpu pada keberhasilan dari usaha konservasi Maksum 2006. Pengelolaan konservasi juga harus
mengakomodasikan dan mengedepankan kepentingan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan dan pemberdayaan masyarakat nelayan
untuk mencapai keberlanjutan sumber daya perikanan. Taman Nasional Laut atau disebut juga Marine Protected Area MPA
adalah sebuah kawasan laut yang secara khusus ditujukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati secara alami, pembudidayaan, dan
dikelola melalui aturan-aturan IUCN 2003. MPA diharapkan dapat membantu dalam melindungi habitat-habitat penting contoh-contoh perwakilan kehidupan
laut, dan juga dapat membantu dalam memulihkan produktifitas laut dan menghindari kerusakan yang lebih jauh. Prinsip manfaat Kawasan Konservasi
Laut adalah dampak limpahan, dimana pada kawasan yang dilindungi, stok ikan akan tumbuh dengan baik, dan limpahan dari pertumbuhan ini akan mengalir ke
wilayah di luar kawasan, yang kemudian dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa mengurangi sumber pertumbuhan di daerah yang dilindungi. Kawasan
Konservasi Laut dapat berfungsi sebagai nursery ground tempat pembesaran, feeding ground
tempat mencari makan ataupun spawning ground tempat memijah bagi ikan-ikan yang hidup di area sekitar kawasan tersebut
4
. Terkait dengan hal tersebut, Permenhut No: P. 56 Menhut-II2006
mengatur tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa Zonasi Taman Nasional adalah suatu proses pengaturan ruang
dalam Taman Nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisi data, penyusunan draft rancangan rancangan
zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat. Untuk dapat menciptakan tata kelola yang efektif dan optimal seperti yang terkandung dalam Pasal 2 Permenhut Nomor P. 56 Menhut-II2006,
maka dibutuhkan pembagian zona kawasan menurut fungsinya. Adapaun zonasi seperti yang tercantum dalam Permenhut tersebut adalah sebagai berikut:
1. Zona inti adalah bagian Taman Nasional yang mempunyai kondisi alam
baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh
4
Maksum, Mochamad Asep. 2006. Analisis Manfaat Ekonomi Sumberdaya Perikanan Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Karimunjawa.
Tesis: Istitut Pertanian Bogor.
manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.
2. Zona rimba, untuk wilayah perairan laut disebut zona perlindungan bahari
adalah bagian Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona
pemanfaatan. 3.
Zona pemanfaatan adalah bagian Taman Nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dinamfaatkan untuk kepentingan
pariwisata alam dan kondisijasa lingkungan lainnya. 4.
Zona tradisional adalah bagian dari Taman Nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena
kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam. 5.
Zona rehabilitasi adalah bagian dari Taman Nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan
komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan. 6.
Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasionai yang didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau
sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai- nilai budaya atau sejarah.
7. Zona khusus adalah bagian dari Taman Nasional karena kondisi yang tidak
dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan
sebagai Taman Nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.
Penetapan zonasi kawasan melibatkan Staf Balai Taman Nasional, Unsur Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Kelompok Masyarakat dan
Mitra kerja. Adapaun peran serta masyarakat seperti yang diatur dalam Pasal 19 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 56 Menhut-II2006 adalah memberi
saran, informasi dan pertimbangan, memberikan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan zonasi, melakukan pengawasan kegiatan zonasi, dan ikut menjaga dan
memelihara zonasi. Zonasi yang ditetapkan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain:
a. Keanekaragaman hayati, nilai arkeologi, nilai obyek daya tarik wisata,
nilai potensi jasa lingkungan b.
Data spatial: tanah, geologi, iklim, topografi, geomorfologi, penggunaan lahan;
c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
d. Oseanografi
untuk wilayah perairan. Taman Nasional harus dirancang sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
konflik kepentingan dalam penggunaan ruang di dalamnya. Wakil ekosistem- ekosistem yang alami dan khas dapat dilindungi dan dilestarikan jika gangguan-
gangguan terhadapnya ditekan sekecil mungkin. Ekosistem yang rapuh harus dibebaskan dari konflik penggunaan lahan. Untuk kepentingan pemanfaatan
wisata alam dan rekreasi dapat dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki daya tahan yang cukup Basuni 1987.
Sistem zonasi yang diterapkan di TNKJ diharapkan dapat menyelaraskan kondisi Karimunjawa sebagai taman nasional dengan kepentingan penduduk yang
mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Lebih lanjut, Maksum 2006 mengatakan bahwa penetapan hak pemanfaatan dan penangkapan ikan eksklusif juga perlu
diberlakukan di perairan TNKJ pada zona pemanfaatan perikanan tradisional sehingga kegiatan perikanan tangkap oleh masyarakat nelayan setempat dapat
terus dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian perikanan dan keberadaan Karimunjawa sebagai sebuah taman nasional.
Dalam konsep pengelolaan Taman Nasional, zona inti merupakan unit dalam Taman Nasional yang memberikan ciri khas kawasan konservasi dan
berfungsi sebagai pengatur yang menentukan totalitas ciri Taman Nasional. Pemasukan sumber daya alam ke dalam unit zona inti harus berupa ekosistem atau
unsur ekosistem yang unik atau rapuh, tumbuhan atau satwa yang terancam punah atau gejala alam yang memerlukan upaya perlindungan. Sumber daya alam
demikian dapat dipandang sebagai obyek konservasi utama. Untuk daerah-daerah yang memiliki tingkat kerentanan kawasan sedang sampai rendah, maka bisa
diperuntukan sebagai Zona Pemanfaatan. Bila daerah-daerah dalam zona pemanfaatan merupakan daerah perlindungan satwa, daerah tangkapan air atau
daerah bahaya erosi, maka sebaiknya diperuntukan sebagai Zona Pemanfaatan Semi Intensif. Sedangkan bila daerah-daerah dalam zona pemanfaatan bukan
merupakan daerah perlindungan satwa, daerah tangkapan air dan daerah bahaya erosi, maka bisa diperuntukan sebagai Zona Pemanfaatan Intensif. Untuk daerah-
daerah dimana terdapat aktifitas pemanfaatan lahan yang berada pada tingkat kerentanan tinggi sampai sangat tinggi, sebaiknya diperuntukan sebagai Zona
Lain Pemulihan. Untuk daerah-daerah dimana terdapat aktifitas pemanfaatan lahan yang berada pada tingkat kerentanan rendah dan berbatasan dengan batas
Taman Nasional, sebaiknya diperuntukan sebagai Zona Penyangga Hutan atau Ekonomi. Untuk daerah-daerah dimana terdapat aktifitas pemanfaatan lahan yang
berada pada tingkat kerentanan rendah dan tidak berbatasan dengan batas Taman Nasional, sebaiknya diperuntukan sebagai Zona Lain Peruntukan Khusus. Untuk
daerah-daerah dimana terdapat aktifitas pemanfaatan lahan yang berada pada tingkat kerentanan sedang, sebaiknya diperuntukan sebagai Zona Lain
Peruntukan Khusus Basuni 1987. Menurut Alikodra 1987, ketergantungan masyarakat dapat dikategorikan
menjadi tidak legal dan legal. Ketergantungan tidak legal adalah pengambilan kayu, buah, daun, rumput dan menggembalakan ternak secara liar, dimana
menurut peraturan mengenai Taman Nasional, semua kegiatan tersebut dilarang. Jika tidak dilakukan pengaturan, maka akan merusak potensi Taman Nasional.
Sedangkan ketergantungan yang legal antara lain menjadi pemandu wisata alam, sopir angkutan dan usaha pelayanan pengunjung. Ketergantungan ini dapat
ditingkatkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
2.1.3 Strategi Adaptasi Nafkah Nelayan