Diversifikasi Nafkah DAMPAK ZONASI TAMAN NASIONAL TERHADAP

minggu. Motif perubahan alat tangkap ini tidak disebabkan oleh adanya Zonasi Taman Nasional, melainkan oleh motif ekonomi. Selain penggunaan potassium, secara keseluruhan perubahan alat yang dipakai nelayan terjadi karena motif ekonomi, yakni dengan memperhitungkan hasil tangkapan yang diperoleh dari masing-masing alat tangkap. Adapun Zonasi Taman Nasional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan alat tangkap nelayan. Selain itu, adanya sanksi hukum dan penyuluhan tentang bahaya potassium juga berhasil menghilangkan penggunaan potassium di kawasan TNKJ.

6.3 Diversifikasi Nafkah

Diversifikasi nafkah yang dimaksud dalam penilitian ini yaitu penerapan pola nafkah yang beragam dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan Soones 1998. Dalam konteks masyarakat nelayan, strategi nafkah utama yang dilakukan adalah mencari ikan. Diversifikasi nafkah sudah ada sejak sebelum ditetapkannya zonasi taman nasional tahun 2005. Namun setelah meningkatnya sektor pariwisata setelah adanya Zonasi Taman Nasional, jenis-jenis strategi tersebut menjadi lebih bervariasi dengan adanya sumber nafkah baru seperti tour guide, penyewaan alat- alat selam, penyewaan kapal, penyewaan motor, penginapan, berdagang, dll. Diversifikasi nafkah melalui sektor pariwisata merupakan respon positif dari keberadaan Taman Nasional yang menawarkan peluang baru bagi nelayan kompressor untuk mendapatkan pemasukan tambahan. Namun tidak semua nelayan dapat terlibat dalam bisnis ekowisata tersebut karena keterbatasan akses dan kemampuan. Meningkatnya sektor pariwisata di kepulauan Karimunjawa dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat karena masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dalam mencari nafkah. Dengan meningkatnya pilihan dalam mencari nafkah, maka nelayan kompressor tidak hanya bergantung pada hasil laut. Berikut merupakan Tabel nafkah ganda sebelum dan sesudah adanya Zonasi Taman Nasional lihat juga lampiran 5: Tabel 14 Perubahan Diversifikasi Nafkah Sebelum dan Sesudah Zonasi Kawasan di Karimunjawa Tahun 2005 No Sebelum tahun 2005 Setelah tahun 2005 Jumlah 1 Nelayan kompressor Nelayan kompressor 7 orang 2 Nelayan kompressor Nelayan kompressor Buruh 2 orang 3 Nelayan kompressor Nelayan kompressor Tour guide 10 orang 4 Nelayan kompressor Nelayan kompressor Rumput laut 2 orang 5 Nelayan kompressor Nelayan kompressor Tour guide Buruh 2 orang 6 Nelayan kompressor Nelayan kompressor Tour guide Rumput laut 1 orang 7 Nelayan kompressor Nelayan kompressor Tour guide Menyewakan kapal 2 orang 8 Nelayan kompressor Buruh Nelayan kompressor Buruh 3 orang 9 Nelayan kompressor Buruh Nelayan kompressor Rumput laut 1 orang 10 Nelayan kompressor Buruh Nelayan kompressor Tour guide 1 orang 11 Nelayan kompressor ABK kapal transportasi Nelayan kompressor 1 orang 12 Nelayan kompressor Buruh ABK kapal transportasi Nelayan kompressor 1 orang 13 Nelayan kompressor Buruh ABK kapal transportasi Nelayan kompressor Tour guide 1 orang 14 Nelayan kompressor Buruh Dagang Nelayan kompressor Rumput laut 1 orang Total 35 orang Terdapat 26 orang responden yang tidak melakukan diversifikasi nafkah sebelum adanya Zonasi Taman Nasional. Setelah adanya zonasi, 7 dari 26 responden tersebut tetap tidak melakukan diversifikasi nafkah, sementara 19 orang lainnya menerapkan pola nafkah ganda selain menjadi nelayan. Sebelum adanya Zonasi Taman Nasional, tidak ada responden yang berprofesi sebagai tour guide saat mereka tidak melaut. Sekitar tahun 2004-2005, sektor pariwisata di TNKJ mulai berkembang dan menjadi ladang usaha tambahan yang menggiurkan bagi mereka. Perkembangan sektor pariwisata ini terjadi karena potensi keindahan alam yang terpelihara di TNKJ, serta maraknya promosi yang dilakukan oleh berbagai pihak melalui internet. Setelah tahun 2005, 17 responden memilih menjadi tour guide sebagai mata pencaharian tambahan selain melaut. Lima diantaranya dilakukan hanya saat musim paceklik, sementara 12 lainnya dilakukan saat ada peluang, baik pada musim paceklik maupun musim normal. Hal ini sesuai dengan yang diungkap oleh TL 25 tahun, Kalau ada tamu ya kita layani tanpa mengenal musim.. lumayan kan mas jadi tour guide itu, sehari dapet Rp 75.000 satu orang. Tapi paling kalau ada kawan yang nawari itu juga. Pekerjaan menjadi tour guide kebanyakan dilakukan oleh responden yang berada dalam kelompok usia 30 tahun ke bawah, dan oleh mereka yang memiliki akses terhadap rumah tinggal, hotel dan agen pariwisata. Sebelum Zonasi Taman Nasional, tidak ada nelayan yang menyewakan kapalnya untuk dipakai sebagai kapal wisata. Setelah adanya zonasi, dua orang responden menyewakan kapal mereka kepada para wisatawan atau agen wisata yang hendak berkeliling kepulauan Karimunjawa. Satu diantaranya memilih untuk menjadi tour guide disamping menyewakan kapal, sementara satu lainnya hanya menjadi tour guide saat-saat tertentu saja. Kedua responden tersebut memilih untuk memanfaatkan potensi pariwisata dengan menerapkan nafkah ganda berupa menjadi tour guide dan menyewakan kapal. Pertanian rumput laut mulai berkembang setelah adanya bantuan dari pemerintah kabupaten Jepara yang bekerja sama dengan BTNKJ untuk menyediakan zona khusus untuk pertanian rumput laut. Sebelum tahun 2005, tidak ada responden yang menjadi petani rumput laut. Setelah 2005, terdapat lima responden yang membudidayakan rumput laut sebagai penghasilan tambahan. Pekerjaan sebagai petani rumput laut dirasakan tidak mengganggu kesibukan mereka sebagai nelayan, karena aktifitas melaut dilakukan saat malam hari dan bertani rumput laut pada pagi atau siang hari. Seperti yang diungkap oleh SRN 27 tahun, Rumput laut hasilnya lumayan. Kan panennya juga cuma 40 hari, paling kalau lagi ada waktu kita kerja, kalau lagi males ya nda.. keliatannya si ngga ngeganggu saya jadi nelayan Secara ekonomi, pertanian rumput laut merupakan usaha yang cukup menjanjikan bagi nelayan kompressor, karena cukup praktis dan dapat dilakukan tanpa mengganggu profesi mereka sebagai nelayan kompressor. Namun karena ketiadaan modal, tidak semua responden dapat menjalankan usaha budi daya rumput laut. Sebanyak delapan orang yang melakukan strategi nafkah ganda dengan menjadi buruh sebelum adanya zonasi. Upah sebagai buruh dalam satu hari sebesar Rp 50.000- Rp 65.000. Pekerjaan ini dilakukan oleh delapan orang. Responden yang berprofesi sebagai buruh mayoritas berusia 30 tahun ke atas. Setelah tahun 2005, empat orang responden tidak lagi menjadi buruh karena beralih profesi menjadi petani rumput laut dan tour guide. Tiga diantaranya tidak mengubah strategi nafkah ganda mereka, dengan menjadi nelayan dan buruh baik sebelum maupun sesudah Zonasi Taman Nasional. Sebanyak tiga orang responden yang menjadi ABK kapal sebelum adanya zonasi kawasan. Pada awal menjadi nelayan kompressor, ketiga responden tersebut masih mencoba menyempatkan diri menjadi ABK kapal dengan alasan sebagai pemasukan tambahan. Namun karena hasil yang didapat melalui nelayan kompressor lebih menjanjikan, ketiga responden tersebut akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menjadi ABK kapal. Dua diantaranya merasa hasil yang didapat dengan menjadi nelayan kompressor sudah cukup unutk menghidupi keluarganya, sementara satu lainnya menjadi tour guide. Dari berbagai profesi di atas, dapat diketahui bahwa pekerjaan sebagai tour guide, rumput laut dan penyewaan kapal dipengaruhi oleh keberadaan Zonasi Taman Nasional tahun 2005. Sedangkan perubahan pada strategi nafkah buruh dan ABK kapal angkut dan transportasi tidak dipengaruhi oleh Zonasi Taman Nasional, melainkan karena faktor kebutuhan ekonomi. Meski demikian, perubahan pada kedua strategi nafkah ganda tersebut tetap terkait secara tidak langsung dengan Zonasi Taman Nasional.

6.4 Ikhtisar