Data suhu air tahunan di Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat periode 2004 – 2009 memperlihatkan bahwa pada umumnya suhu air max
tercatat di bulan-bulan kering Juli – September sedangkan suhu air min tahunan tercatat di bulan-bulan basah November – Mei, hal ini dikarenakan salah satu
faktor yang mempengaruhi suhu air di dalam air adalah musim iklim setempat Gusrina 2008. Jika curah hujan sedikit maka suhu air cenderung akan naik
sedangkan jika curah hujan berlimpah maka suhu air cenderung turun. Data pada tabel 13 juga memperlihatkan bahwa jika ditinjau dari suhu air
max tahunannya kualitas air tahun 2009 lebih buruk dibandingkan dengan kualitas
air tahun 2004. Tingginya suhu air di tahun 2009 diduga karena ruang hijau semakin berkurang dan permukiman yang kian bertambah luasannya. Data
mengenai perubahan penggunaan lahan menyebutkan bahwa terjadi penambahan luas permukiman sebanyak 17,29 di Sub DAS Saluran Tarum Barat pada
periode 2004 – 2009. Suhu air memiliki hubungan berbanding terbalik dengan konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air Fardiaz 1992. Hal ini sesuai dengan data penelitian yang diperoleh. Pada bulan basah, khususnya Bulan Januari – Maret, curah hujan
di wilayah penelitian paling besar diantara bulan-bulan yang lainnya. Hal ini mengakibatkan suhu air di wilayah penelitian paling rendah, tetapi berbanding
terbalik dengan kadar oksigen terlarut yang tercatat paling tinggi diantara bulan- bulan yang lainnya. Kondisi sebaliknya terjadi pada Bulan September yang
merupakan bulan terkering diantara bulan yang lainnya.
5.3.2 Zat Padat Terlarut
Zat padat terlarut max tahunan di Sub DAS Saluran Tarum Barat dari tahun ke tahunnya menunjukkan perubahan yang signifikan. Zat padat terlarut max
tahunan yang cenderung relatif rendah dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya diantaranya adalah tahun 2004 dan 2006 dengan angka sebesar 350 mgl dan 560
mgl. Untuk empat tahun sisanya menunjukkan angka yang relatif tinggi. Tahun 2007 di titik sampel air Btb 23 zat padat terlarut max tahunannya tercatat paling
tinggi diantara tahun-tahun lainnya dengan angka sebesar 1.280 mgl.
Zat padat terlarut min tahunan di Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat dari tahun ke tahunnya menunjukkan perubahan yang tidak
signifikan. Angka zat padat terlarut min tahunan paling rendah tercatat di tahun 2004 di Btb 10 dengan angka sebesar 5 mgl. Angka tersebut terus naik dari tahun
ke tahun hingga tahun 2009 yang zat padat terlarut min tahunannya paling tinggi yakni sebesar 30 mgl yang berlokasi di titik sampel air Intake Pejompongan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Zat padat terlarut tahunan di Sub DAS Saluran Tarum Barat periode
2004 – 2009
TDS mgl 2004
2005 2006
2007 2008
2009
max 350
1.031 560
1.280 1.270
1.040 min
5 20
20 23
30 30
PP No 82 Th 2001 kelas air no II
1.000 1.000
1.000 1.000
1.000 1.000
Sumber: Perusahaan Jasa Tirta periode 2004 – 2009 .
Data mengenai zat padat terlarut tahunan pada tabel 14 menunjukkan bahwa jika dilihat dari kadar zat padat terlarut max tahunannya kualitas air tahun 2009
lebih buruk dari kualitas air tahun 2004. Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh tingginya erosi di daerah penelitian terutama daerah hulu. Hal tersebut sesuai
dengan data perubahan penggunaan lahan tahun 2004 – 2009 yang menyebutkan bahwa luasan daerah hijau, dalam hal ini hutan, berkurang sebesar 38,57.
Keberadaan pepohonan dinilai sangat penting karena salah satu manfaat dengan adanya pepohonan adalah mengurangi laju erosi permukaan tanah Wardhana
2003. Kriteria mutu air yang ditetapkan pemerintah melalui PP No 82 Tahun 2001
menjelaskan bahwa batas maksimal zat padat terlarut yang diizinkan untuk memenuhi kriteria air kelas II adalah 1.000 mgl. Melalui data pada Tabel 14
dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 dan tahun 2006 kualitas air di Sub DAS Saluran Tarum Barat tergolong baik atau tidak tercemar karenanya memenuhi
kriteria air no II. Sedangkan untuk tahun 2005, 2007, 2008 dan 2009 air di Saluran Tarum Barat, jika dilihat dari parameter zat padat terlarutnya, tidak baik
untuk dikonsumsi, untuk bahan baku air minum atau tercemar.
5.3.3 Derajat Kemasaman pH