dan penguapan menjadi sedikit. Dampak lainnya adalah banyaknya genangan air akibat kurangnya daerah resapan atau saluran drainase.
2.5 Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Kualitas Air
Pengaruh penggunaan lahan terhadap kualitas air erat kaitannya dengan pengelolaan suatu DAS Daerah Aliran Sungai. Reksowardoyo 1985 dalam
Dephutbun 1998 mengemukakan bahwa dalam pelaksanaannya, pengelolaan DAS diantaranya mencakup pengelolaan lahan. Dalam pengelolaan DAS, aspek
penggunaan lahan menjadi sasaran utama untuk ditata secara sistematis dan integratif, karena semua proses permukaan yang terjadi merupakan gambaran
respon penggunaan lahan terhadap input air hujan. Pada DAS dimana daerah hulunya terbuka maka mempunyai kecenderungan proses aliran permukaan run
off yang lebih besar yang dapat mengakibatkan erosi dan banjir serta sedimentasi
ke dalam sungai Dephutbun 1998. Erosi dan sedimentasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas air sungai menjadi lebih buruk, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara pola penggunaan lahan
terhadap kualitas air sungai.
Suripin 2004 mengatakan bahwa terjadinya erosi tanah akan mengurangi kemampuan tanah menahan air karena partikel-partikel lembut dan bahan organik
pada tanah terangkut. Selain mengurangi produktivitas lahan, erosi juga dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius di daerah hilirnya. Sedimen hasil
erosi tersebut mengendap dan mendangkalkan sungai-sungai, danau, dan waduk sehingga mengurangi kemampuannya untuk berbagai fungsi.
2.6 Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap Kualitas Air Sungai
Aktivitas manusia yang pada umumnya mempengaruhi kualitas air diantaranya aktivitas di bidang produksi industri, rumah tangga, pertanian dan
sebagainya. Ginting 2007 menyebutkan bahwa limbah cair dari proses industri dapat mengakibatkan badan penerima sungai menjadi kotor dan senyawa-
senyawa pencemar yang terkandung dapat membahayakan lingkungan termasuk lingkungan perairan. Limbah cair ini dapat ditemukan pada industri-industri yang
menggunakan air dalam proses pencucian, pengolahan bahan baku, sampai pada
proses akhir produksi, sebagai contoh pabrik sabun dan deterjen parameter pencemarannya diantaranya Biochemical Oxygen Demand, Chemical Oxygen
Demand , padatan tersuspensi, oli, dan lemak.
Limbah rumah tangga domestik dapat mempengaruhi kualitas air sungai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yani et al. 1994 yang menyebutkan bahwa
tinja manusia dapat meningkatkan kekeruhan air. Kekeruhan tersebut dapat menghambat proses transpirasi cahaya di dalam air, dengan kata lain kotoran
manusia dapat mempengaruhi kualitas fisik suatu perairan. Limbah organik yang berasal dari sisa buangan rumah tangga dapat menurunkan oksigen terlarut yang
terkandung pada suatu perairan Ryadi 1985 dalam Yani et al. 1994. Aktivitas pertanian dapat mempengaruhi kualitas air suatu perairan dari segi
parameter fisik air maupun parameter kimia air. Dari segi fisik, pembukaan lahan hijau menjadi lahan pertanian dapat meningkatkan erosi yang menyebabkan
padatan-padatan tanah terbawa aliran air hujan ke dalam badan air. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya kekeruhan di suatu perairan Zamrin 2007.
Sementara itu dari segi parameter kimia, aktivitas pertanian yang menggunakan pestisida dan pupuk sintetik dapat menyumbang racun kimia yang dapat
memperburuk kualitas air sungai setempat. Hadi 2007 menyebutkan bahwa dalam pengambilan sampel air untuk
pengujian kualitas air sungai lokasinya harus berada di daerah pemanfaatan air sungai, yaitu lokasi dimana air sungai dimanfaatkan untuk air minum, aktivitas
rekreasi, industri, peternakan, pertanian, dan lain-lain.
2.7 Standar Kebutuhan Air Bersih dan Baku Mutu Air