Tabel 12 Cakupan masing-masing luas kelas penggunaan lahan dalam keseluruhan wilayah penelitian di tahun 2004 dan 2009
Penggunaan Lahan Luas Lahan 2004
Luas Lahan 2009 ha
ha
Sawah 13.652,00
37,26 15.774,50
43,05 Permukiman
11.588,10 31,62
13.592,10 37,09
Pertanian lahan kering 8.611,58
23,50 1.847,89
5,04 Kebun
590,10 1,61
1.325,12 3,62
Hutan 1.813,63
4,95 1.117,81
3,05 Lahan terbuka
25,00 0,07
342,47 0,93
Rawa 79,61
0,22 185,75
0,51 Semakbelukar
283,50 0,77
2.457,77 6,71
Total 36.643,42
100 36.643,42
100 Sumber: BPDAS Ciliwung – Citarum periode 2004 – 2009.
5.3 Perubahan Kualitas Air di Sub DAS Saluran Tarum Barat
Perubahan kualitas air di Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat dari tahun 2004 – 2009 dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimia.
Perubahan parameter dan hubungan antara parameter yang satu dengan yang lainnya, danatau antara satu parameter dengan faktor-faktor diluar parameter
yang dapat mempengaruhi kualitas air, akan dibahas satu per satu pada sub bab berikut.
5.3.1 Suhu Air
Suhu air max tahunan di Sub DAS Saluran Tarum Barat cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun. Suhu air max tahunan tertinggi terjadi di tahun 2007 di
Bendungan Cikarang dengan angka sebesar 36,10°C, sedangkan suhu air max tahunan paling rendah tercatat di tahun 2008 di Inteke Pejompongan dengan angka
sebesar 31,60°C. Suhu air min tahunan di Sub DAS Saluran Tarum Barat menunjukkan angka paling rendah di tahun 2006 tepatnya di Bendungan Cibeet
dengan angka sebesar 24°C. Sedangkan suhu air min tahunan paling tinggi tercatat di tahun 2005, 2005, dan 2008. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Suhu air tahunan di Sub DAS Saluran Tarum Barat periode 2004 – 2009
Suhu Air °C
2004 2005
2006 2007
2008 2009
max 33,60
34,00 32,40
36,10 31,60
35,00 min
27,00 27,00
24,00 25,20
27,00 26,00
Sumber: Perusahaan Jasa Tirta periode 2004 – 2009 .
Data suhu air tahunan di Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat periode 2004 – 2009 memperlihatkan bahwa pada umumnya suhu air max
tercatat di bulan-bulan kering Juli – September sedangkan suhu air min tahunan tercatat di bulan-bulan basah November – Mei, hal ini dikarenakan salah satu
faktor yang mempengaruhi suhu air di dalam air adalah musim iklim setempat Gusrina 2008. Jika curah hujan sedikit maka suhu air cenderung akan naik
sedangkan jika curah hujan berlimpah maka suhu air cenderung turun. Data pada tabel 13 juga memperlihatkan bahwa jika ditinjau dari suhu air
max tahunannya kualitas air tahun 2009 lebih buruk dibandingkan dengan kualitas
air tahun 2004. Tingginya suhu air di tahun 2009 diduga karena ruang hijau semakin berkurang dan permukiman yang kian bertambah luasannya. Data
mengenai perubahan penggunaan lahan menyebutkan bahwa terjadi penambahan luas permukiman sebanyak 17,29 di Sub DAS Saluran Tarum Barat pada
periode 2004 – 2009. Suhu air memiliki hubungan berbanding terbalik dengan konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air Fardiaz 1992. Hal ini sesuai dengan data penelitian yang diperoleh. Pada bulan basah, khususnya Bulan Januari – Maret, curah hujan
di wilayah penelitian paling besar diantara bulan-bulan yang lainnya. Hal ini mengakibatkan suhu air di wilayah penelitian paling rendah, tetapi berbanding
terbalik dengan kadar oksigen terlarut yang tercatat paling tinggi diantara bulan- bulan yang lainnya. Kondisi sebaliknya terjadi pada Bulan September yang
merupakan bulan terkering diantara bulan yang lainnya.
5.3.2 Zat Padat Terlarut