juga dapat ditemukan aliran buangan domestik atau industri yang sedikit
banyaknya mempengaruhi kualitas air Sub DAS Saluran Tarum Barat.
Aliran air Sub DAS Saluran Tarum Barat bermula dari Bendungan Curug yang sumber airnya berasal dari Waduk Jatiluhur. Sub DAS Saluran Tarum Barat
mengalir melalui beberapa KabupatenKotamadya di Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta, diantaranya Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi
dan Kotamadya Jakarta Timur. Aliran air Saluran Tarum Barat berakhir pada Intake
Pejompongan yang berada di Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara wilayah administrasi Kotamadya Jakarta Timur. Dari Intake
Pejompongan air Sub DAS Saluran Tarum Barat dialirkan melalui syphoon saluran air bawah tanah ke arah Pejompongan. Panjang Saluran Tarum Barat
dari hulu Bendungan Curug, Kabupaten Karawang hingga hilir Intake Pejompongan, Kotamadya Jakarta Timur adalah 77 km. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2. Sub Daerah Aliran Sungai Sub DAS Saluran Tarum Barat memiliki
kondisi topografi yang datar dengan kelerengan wilayah dari Bendungan Curug – Bendungan Cibeet sebesar 2 – 8, wilayah Bendungan Cibeet – Bendungan
Cikarang sebesar 2, wilayah Bendungan Cikarang – Bendungan Bekasi
sebesar 2, dan wilayah Bendungan Bekasi – Intake Pejompongan sebesar
2. Pada umumnya wilayah Sub DAS Saluran Tarum Barat adalah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 5 – 50 meter di atas permukaan laut.
Menurut PP No. 82 Tahun 2001 pasal 55 baku mutu untuk saluran sungai yang belum ditentukan atau ditetapkan, dalam penelitian ini Sub DAS Saluran
Tarum Barat, berlaku kriteria mutu air kelas dua. Berkenaan dengan hal tersebut dalam pembahasan akan dibandingkan masing-masing parameter kualitas air yang
ada dengan baku mutu air kelas dua.
4.3 Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan atau ruang yang sesuai untuk daerah aliran sungai tepatnya di daerah bantaran sungai dan sempadan sungai berdasarkan PP
No.351991 adalah sebagai ruang terbuka hijau. Namun kenyataannya di sepanjang bantaran Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat pola
penggunaan lahannya diantaranya dijadikan tempat permukiman penduduk, sawah, lahan terbuka, tubuh air, perkebunan, kebun campuran, pertanian lahan
kering, dan sebagainya.
Penggunaan lahan di Sub DAS Saluran Tarum Barat tepatnya di wilayah antara Bendungan Curug dengan Bendungan Cibeet umumnya adalah pertanian
lahan kering dan sawah. Penggunaan lahan di wilayah antara Bendungan Curug dengan Bendungan Cikarang pada umumnya adalah permukiman dan pertanian
lahan kering. Wilayah antara Bendungan Cikarang sampai dengan Bendungan Bekasi penggunaan lahannya kebanyakan adalah permukiman dan pertanian lahan
kering. Sedangkan wilayah antara Bendungan Bekasi dengan Intake Pejompongan penggunaan lahan didominasi oleh permukiman penduduk.
4.4 Curah Hujan
Berdasarkan data dari Perum Jasa Tirta Divisi I Seksi Sub DAS Saluran Tarum Barat, curah hujan dalam setahun di sepanjang Sub DAS Saluran Tarum
Barat periode 2004 – 2009 menunjukkan angka sebesar 1988 mm. Hari hujan bulanan di Sub DAS Saluran Tarum Barat berkisar antara 1 – 18 hari dengan total
hari hujan dalam setahun sebanyak 108 hari. Dengan demikian angka intensitas hujan rata-rata tahunan di Sub DAS Saluran Tarum Barat menunjukkan angka
sebesar 18 mmhari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Curah hujan rata-rata bulanan di Saluran Tarum Barat periode 2004 –
2009
No Bulan
Curah Hujan mm Hari Hujan hari
1 Januari
327 15
2 Februari
461 18
3 Maret
267 16
4 April
223 13
5 Mei
131 8
6 Juni
77 5
7 Juli
28 2
8 Agustus
15 1
9 September
33 2
10 Oktober
83 4
11 November
170 11
12 Desember
173 13
Total Setahun 1988
108
Sumber:Perusahaan Jasa Tirta Periode 2004 – 2009
Tabel 7 memperlihatkan bahwa curah hujan tertinggi di wilayah Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat terjadi di bulan Februari dengan
angka sebesar 461 mm, sedangkan bulan terkering terjadi pada bulan Agustus dengan angka hujan sebesar 15 mm. Dari Tabel 7 dapat dilihat juga bahwa bulan
basah terjadi antara November – Mei, sedangkan bulan kering terjadi antara Juli – September dengan bulan lembab terjadi pada Bulan Juni dan Oktober.
4.5 Kondisi Hidrologi