2.2.1.2 Total Padatan Terlarut TDS
Total padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil dari padatan tersuspensi. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa
organik dan anorganik yang larut di dalam air, mineral dan garam Fardiaz 1992. Kualitas air dapat dinilai dari TDS atau jumlah dan zat-zat yang terlarut.
Anggraeni 1994 dalam Fitriyana 2004 mengatakan bahwa pada batasan tertentu, air yang mengandung TDS lebih dari 1500 mgl akan memberi rasa tidak
enak pada lidah dan akan timbul rasa mual. Berdasarkan parameter TDS maka kualitas air dapat digolongkan pada beberapa kriteria Cartel Hill 1981 dalam
Nugraheni 2001, adapun kriteria tersebut terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan total padatan terlarut
Kandungan Total Padatan Terlarut mgl Kriteria Kualitas Air
4 Sangat Baik
4 – 10 Baik
10 – 15 Sedang
15 – 20 Buruk
20 – 35 Sangat Buruk
Sumber : Cartel dan Hill 1981 dalam Nugraheni 2001
Jenis tata guna lahan yang paling berpengaruh terhadap TDS adalah tegalan, sawah dan permukiman Supangat 2008. Hal ini berkaitan dengan
pengikisan aliran permukaan erosi yang masuk ke dalam aliran sungai kemudian mengalami sedimentasi di dalam sungai.
2.2.2 Parameter Kimia
Effendi 2003 menyebutkan bahwa parameter kimia untuk mengetahui kualitas air diantaranya adalah pH, oksigen terlarut, Biochemical Oxygen Demand
dan sebagainya.
2.2.2.1 Derajat Kemasaman pH
Air normal memiliki nilai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Apabila air memiliki nilai pH di bawah batas normal maka air tersebut bersifat masam, sebaliknya
apabila air memiliki nilai pH di atas normal maka air tersebut bersifat basa. Sifat masam atau basa tergantung pada besarnya konsentrasi hidrogen di dalam air.
Normalnya, biota air hidup di dalam perairan yang mempunyai pH netral. Buangan limbah ke dalam air dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen pH di
dalam air menjadi lebih masam atau pun lebih basa tergantung dari zat kimia yang terkandung di dalamnya. Kondisi tersebut dapat mengganggu kehidupan biota di
dalam air Wardhana WA 2001.
2.2.2.2 Oksigen Terlarut DO
Oksigen terlarut DO, Dissolved Oxygen merupakan kebutuhan dasar organisme perairan. Keberadaan kehidupan di dalam air dipengaruhi oleh daya
tahan lingkungan tersebut mempertahankan DO di suatu perairan. Oksigen terlarut dihasilkan dari proses fotosintesis oleh tanaman air dan dari udara yang masuk ke
dalam air Fardiaz 1992. Salmin 2005 mengatakan bahwa DO memegang peranan yang penting
dalam penentuan kualitas air. DO berperan dalam proses reduksi bahan-bahan organik maupun anorganik di dalam air. Karena peranannya tersebut keberadaan
DO sangat penting dalam membantu mengurangi beban pencemaran oleh limbah industri maupun domestik. Hubungan antara kualitas perairan dengan besarnya
DO disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Kualitas perairan berdasarkan oksigen terlarut di perairan
Oksigen terlarut mgl Kualitas Air
6,5 Tidak tercemar tercemar sangat ringan
4,5-6,4 Tercemar ringan
2-4,4 Tercemar sedang
2 Tercemar berat
Sumber : Lee et al. 1978 dalam Nugraheni 2001
2.2.2.3 Biochemical Oxygen Demand BOD dan Chemical Oxygen Demand COD
Biochemical oxygen demand BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan- bahan buangan di dalam air, sedangkan COD chemical oxygen demand
merupakan suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam
air Fardiaz 1992. Soeparman dan Suparmin 2001 menyebutkan bahwa BOD dan COD
merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD merupakan petunjuk dari pengeruh yang terjadi pada badan air sungai berkaitan dengan pengurangan
kandungan oksigen, sedangkan COD Chemical Oxygen Demand merupakan parameter kebutuhan oksidasi sampel yang ditentukan dengan menggunakan suatu
oksidan kimiawi.
2.2.2.4 Nitrat