Tabel 7 memperlihatkan bahwa curah hujan tertinggi di wilayah Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat terjadi di bulan Februari dengan
angka sebesar 461 mm, sedangkan bulan terkering terjadi pada bulan Agustus dengan angka hujan sebesar 15 mm. Dari Tabel 7 dapat dilihat juga bahwa bulan
basah terjadi antara November – Mei, sedangkan bulan kering terjadi antara Juli – September dengan bulan lembab terjadi pada Bulan Juni dan Oktober.
4.5 Kondisi Hidrologi
Sub Daerah Aliran Sungai Sub DAS Saluran Tarum Barat merupakan sungai buatan dengan sumber air berasal dari DAS Citarum tepatnya di Waduk
Jatiluhur. Aliran Sungai Citarum dibagi menjadi tiga aliran besar diantaranya ke arah barat Sub DAS Saluran Tarum Barat, ke arah utara Sungai Citarum dan
ke arah timur Sub DAS Saluran Tarum Timur. Pembagian air ini berada di Bendungan Curug di wilayah Karawang.
Sub Daerah Aliran Sungai Sub DAS Saluran Taram Barat kemudian mengalir ke arah barat dan mengalami pertemuan dengan Sungai Cibeet. Hanya
saja aliran air kedua aliran ini tidak bercampur karena aliran air Sub DAS Saluran Tarum Barat dialirkan melalui syphoon bawah tanah dan mengalir di bawah aliran
air Sungai Cibeet. Tetapi pada saat-saat tertentu apabila debit sungai Cibeet sedang tinggi aliran air Sungai Cibeet dialirkan sebagian ke Sub DAS Daerah
Aliran Sungai Saluran Tarum Barat melalui suplesi Cibeet. Pertemuan Sub DAS Saluran Tarum Barat dengan sungai alam, yakni
Sungai Cikarang, terjadi di Cikarang Kabupaten Bekasi tepatnya di Bendung Cikarang. Di bendung ini aliran air Sub DAS Saluran Tarum Barat dan Sungai
Cikarang bercampur kemudian mengalir ke arah Kota Bekasi. Di Kota Bekasi aliran air Sub DAS Saluran Tarum Barat mengalami percampuran sekali lagi
dengan Sungai Bekasi yang merupakan sungai alam tepatnya di Bendung Bekasi. Aliran air kemudian menuju ke arah Jakarta dan berakhir di Intake Pejompongan
di daerah Jakarta Timur. Dari Intake Pejompongan ini aliran air disalurkan ke daerah Pejompongan melalui saluran air bawah tanah syphoon.
Sub Daerah Aliran Sungai Sub DAS Saluran Tarum Barat merupakan saluran pembawa yang berarti bahwa sungai buatan ini ditujukan untuk membawa
air untuk keperluan irigasi dan penyediaan air baku. Sub DAS Saluran Tarum Barat juga merupakan saluran yang seharusnya imune dari pembuangan limbah-
limbah industri, dengan kata lain secara teori Sub DAS Saluran Tarum Barat terbebas dari ancaman pencemaran kimia oleh pabrik-pabrik industri maupun
domestik, akan tetapi pada kondisi di lapang tidak seperti itu, masih ada saja pencemaran yang terjadi karena ulah tangan manusia.
Tabel 8 Debit bulanan di Bendungan Curug tahun 2010
Bulan Debit Maksimum
M
3
detik Debit Minimum
M
3
detik Debit Rata-Rata
M
3
detik Januari
45,15 26,59
34,57 Febuari
38,82 6,23
30,28 Maret
39,46 0,00
23,61 April
46,83 1,32
28,72 Mei
50,43 1,62
31,17 Juni
45,71 26,44
39,83 Juli
46,91 42,82
45,45 Agustus
50,22 30,94
40,50 September
45,57 20,25
32,17 Oktober
33,46 13,45
27,75 November
47,34 20,57
29,94 Desember
35,51 23,68
31,35 Sumber: Perusahaan Jasa Tirta tahun 2010
Data fluktuasi debit air tahun 2010 pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa debit harian Sub DAS Daerah Aliran Sungai Saluran Tarum Barat tertinggi
terjadi di bulan Mei dengan angka sebesar 50,439 m
3
detik, sedangkan debit harian terendah terjadi pada bulan Maret dengan angka sebesar 0 m
3
detik. Perlu diperhatikan bahwa meskipun debit minimum sebesar 0 m
3
detik tapi Sub DAS Saluran Tarum Barat tetap terjaga debit dan tinggi muka airnya karena mendapat
air cadangan dari pintu darurat yang ada di Bendungan Curug. Debit sebesar 0 m
3
detik terjadi karena mesin pompa air yang berguna memompa air dari saluran induk Citarum rusak, ditambah dengan terjadinya penumpukan lumpur di pintu
Bendungan Curug. Debit rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada Bulan Juli dengan angka debit
sebesar 45,45 m
3
detik dan debit rata-rata terendah terjadi pada Bulan Maret dengan angka sebesar 23,61 m
3
detik. Dilihat dari data dapat disimpulkan bahwa dari segi fisik kondisi Sub DAS Saluran Tarum Barat masih dianggap baik karena
nisbah QmaxQmin dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang relatif stabil.
.4.6 Keadaan Sosial Ekonomi
Kondisi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat dibutuhkan untuk dapat melihat sejauh mana pengaruh nyata aktivitas masyarakat setempat
dalam kesehariannya dengan kualitas air di Sub DAS Saluran Tarum Barat. Salah satu komponen yang dapat dilihat secara nyata adalah laju penambahan penduduk
terhadap pola penggunaan lahan dan pada akhirnya kualitas air di Sub DAS itu sendiri. Masalah ledakan penduduk menjadi salah satu sebab terjadi perubahan
penggunaan lahan dari lahan hijau menjadi permukiman. Masing-masing kabupaten, kota, dan kotamadya di wilayah penelitian dari
tahun ke tahun mengalami penambahan penduduk yang cukup signifikan dari tahun 2004 ke tahun 2009. Kepadatan penduduk tertinggi tahun 2009 berada pada
Kotamadya Jakarta Timur dengan angka 11.550 jiwakm
2
. Sedangkan kepadatan penduduk terendah berada pada wilayah Kabupaten Karawang dengan angka
sebesar 1.194 jiwa per kilometernya. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di wilayah penelitian periode 2004 – 2009
No KabupatenKota
Luas Km
2
Jumlah Penduduk Orang
Kepadatan Penduduk orangkm
2
2004 2008
2004 2008
1. Kab. Karawang
1.753,27 1.934.272
2.094.408 1.103
1.194 2.
Kab. Bekasi 1.272,88
1.950.209 2.193.776
1.532 1.723
3. Kota Bekasi
210,49 1.914.316
2.336.489 9.095
11.100 4.
Kotamadya Jakarta Timur 187,75
2.103.525 2.168.601
11.204 11.550
Sumber: Badan Pusat Statistik 2004 – 2009
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perubahan Penggunaan Lahan di Hulu