2.2 Kualitas Air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan kualitas air sebagai sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air. Lebih lanjut Effendi 2003 menyebutkan bahwa kualitas air ini dinyatakan di dalam beberapa
parameter kualitas air seperti parameter fisik diantaranya suhu air dan padatan terlarut dan parameter kimia diantaranya kemasaman, oksigen terlarut,
Biochemical Oxygen Demand dan Nitrat.
2.2.1 Parameter fisik
Parameter-parameter fisik yang biasa dijadikan parameter kualitas air diantaranya adalah suhu air, kekeruhan, padatan terlarut, padatan tersuspensi,
salinitas, cahaya dan sebagainya Effendi 2003. Hanya saja di dalam penulisan ini parameter fisik yang diteliti dibatasi hanya suhu air dan total padatan terlarut
saja.
2.2.1.1 Suhu Air
Suhu air memiliki hubungan berbanding terbalik dengan konsentrasi oksigen terlarut di dalam air dan juga mengakibatkan kecepatan reaksi kimia di
dalam air meningkat Fardiaz 1992. Jika batas suhu air yang mematikan terlampaui, kehidupan di dalam air mungkin akan mati akibat kekurangan
oksigen. Suhu air yang mematikan tersebut bisa dilihat dari munculnya ikan-ikan ke permukaan air untuk mendapatkan oksigen. Hal itu dibenarkan oleh Effendi
2003 yang mengatakan bahwa perubahan suhu air berpengaruh terhadap proses- proses reaksi kimia, fisika dan biologi di dalam air. Selain itu, peningkatan suhu
air juga menyebabkan peningkatan metabolisme organisme akuatik yang menyebabkan semakin tingginya konsumsi oksigen di dalam air. Peningkatan
suhu air juga akan menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik oleh organisme mikroba. Kisaran suhu air optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di
dalam air adalah 20°C – 30°C.
2.2.1.2 Total Padatan Terlarut TDS
Total padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil dari padatan tersuspensi. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa
organik dan anorganik yang larut di dalam air, mineral dan garam Fardiaz 1992. Kualitas air dapat dinilai dari TDS atau jumlah dan zat-zat yang terlarut.
Anggraeni 1994 dalam Fitriyana 2004 mengatakan bahwa pada batasan tertentu, air yang mengandung TDS lebih dari 1500 mgl akan memberi rasa tidak
enak pada lidah dan akan timbul rasa mual. Berdasarkan parameter TDS maka kualitas air dapat digolongkan pada beberapa kriteria Cartel Hill 1981 dalam
Nugraheni 2001, adapun kriteria tersebut terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan total padatan terlarut
Kandungan Total Padatan Terlarut mgl Kriteria Kualitas Air
4 Sangat Baik
4 – 10 Baik
10 – 15 Sedang
15 – 20 Buruk
20 – 35 Sangat Buruk
Sumber : Cartel dan Hill 1981 dalam Nugraheni 2001
Jenis tata guna lahan yang paling berpengaruh terhadap TDS adalah tegalan, sawah dan permukiman Supangat 2008. Hal ini berkaitan dengan
pengikisan aliran permukaan erosi yang masuk ke dalam aliran sungai kemudian mengalami sedimentasi di dalam sungai.
2.2.2 Parameter Kimia