Tabel 14 Hasil analisis finansial usaha hutan rakyat petani berdasarkan strata luas pengusahaan lahan
Desa Kelurahan
Strata Rata-rata
luas lahan Ha NPV Rp
BCR IRR
Mekarjaya I
0,05 152.427
1,26 20
II 0,21
1.419.957 1,88
41 III
- -
- Rata-rata
786.192 1,57
31
Urug I
0,07 509.805
1,47 26
II 0,21
2.173.737 2,43
57 III
2 5.234.799
2,77 46
Rata-rata 2.639.447
2,22 43
Leuwibudah I
0,07 3.968.680
3,56 57
II 0,26
5.632.143 4,41
58 III
0,81 11.737.721
6,23 67
Rata-rata 7.112.848
4,73 61
Total I
0,06 582.527
1,81 33
II 0,23
3.674.394 3,32
60 III
1,11 10.288.056
5,22 64
Rata-rata 4.848.326
3,45 52
a. Net Present Value NPV
Nilai NPV terbesar untuk petani pada strata I, II, dan III terdapat pada Desa Leuwibudah
, kemudian NPV
Kelurahan Urug dan Desa Mekarjaya. Hal ini dikarenakan bagi hasil pendapatan hutan rakyat untuk petani di Desa Leuwibudah
sebesar 75 dari pendapatan total. Sedangkan untuk kedua desa lainya hanya memperoleh bagi hasil sebesar 20 dari pendapatan total hutan rakyat.
Berdasarkan nilai NVP yang diperoleh di tiga desakelurahan pada strata I, II dan III adalah 0, yang berarti hutan rakyat pola kemitraan untuk ketiga strata
dinyatakan layak Tabel 14.
b. Benefit Cost Ratio BCR
Penilaian kelayakan kemitraan yang kedua adalah berdasarkan nilai Benefit Cost Ratio
BCR. Berdasarkan hasil perhitungan ini, diperoleh nilai BCR terbesar pada strata I, II dan III terdapat di Desa Leuwibudah sebesar 3,56; 4,41;
dan 6,23. Sehingga dari hasil ini diketahui bahwa nilai BCR untuk ketiga tempat
tersebut 1, yang berarti pola kemitraan untuk petani hutan rakyat pada ketiga strata dinyatakan layak Tabel 14.
c. Internal Rate of Return IRR
Kriteria penilaian analisis finansial yang ketiga adalah Internal Rate of Return
IRR. Nilai IRR terbesar pada strata I, II dan III terdapat di Desa Leuwibudah yaitu sebesar 57, 58 dan 67. Nilai IRR yang diperoleh di ketiga
desakelurahan melebihi nilai suku bunga yang berlaku 13. Hal ini menunjukkan bahwa kemitraan di ketiga strata dinyatakan layak. Berdasarkan hasil analisis
finansial untuk ketiga strata yang paling layak diusahakan adalah di strata III, sedangkan untuk penerapan kemitraan yang paling layak adalah di Desa
Lewibudah Tabel 14.
B. Analisis finansial usaha hutan rakyat untuk mitra
Analisis finansial untuk PT. BKL Group dan Perhutani diketahui bahwa di ketiga tempat pola kemitraan memperoleh hasil yang positif. Nilai rata-rata NPV,
BCR dan IRR PT. BKL Group adalah sebesar Rp.936.127; 2,46 dan 34. Pada suku bunga 13 diketahui nilai rata-rata NVP untuk Perhutani sebesar
Rp.1.163.678; BCR 2,93 dan IRR 30. Kemitraan usaha sengon untuk PT. BKL Group dan Perhutani berdasarkan ketiga kriteria tersebut dinyatakan layak Tabel
15. Tabel 15 Hasil analisis finansial untuk PT. BKL Group dan Perhutani
Desa PT. Bina Kayu Lestari Group
Perhutani Kelurahan
NVP Rp BCR
IRR NVP Rp
BCR IRR
Mekarjaya 167.608
1,48 22
197.459 1,30
17 Urug
1.203.272 3,77
49 2.129.896
4,55 43
Leuwibudah 1.437.501
2,13 30
- -
- Rata-rata
936.127 2,46
34 1.163.678
2,93 30
Berdasarkan tiga kriteria kelayakan finansial yaitu NPV, BCR dan IRR yang diperoleh dari hasil perhitungan, diketahui bahwa petani memperoleh nilai rerata
yang paling tinggi dibandingkan dengan Perhutani dan PT. BKL Group. Nilai rata-rata NPV petani sebesar Rp.4.848.326, BCR sebesar 3,45 dan IRR sebesar
52. Sehingga dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa kemitraan baik
yang telah dilaksanakan maupun yang sedang berjalan antara petani, Perhutani dan PT. BKL Group dalam pengelolaan hutan rakyat telah memberi kontribusi
yang cukup besar dalam peningkatan kesejahteraan petani.
5.6 Analisis Kemitraan