masing setelah dikurangi PSDH Pemanfaatan Sumberdaya hutan dan kewajiban finansial kepada negara. Hasil sharing diberikan dalam bentuk uang kepada
masing-masing mitra secara proporsional yang berasal dari total pendapatan penjualan produksi kayu.
6. Pemasaran
Kegiatan pemasaran hasil tanaman pokok hutan rakyat pola kemitraan dijual dalam bentuk kayu gelondongan, yaitu ketika selesai ditebang kayu ditumpuk di
tepi jalan yang mempunyai akses baik untuk pengangkutan. Setelah seluruh kayu terkumpul PT. BKL Group melalui mitra penggergajiannya akan membeli seluruh
hasil panen dengan harga yang ditetapkan dalam perjanjian sesuai dengan administrasi penjualan yang berlaku di Perhutani. Sistem pemasaran ini berlaku
untuk hasil panen Desa Mekarjaya dan Kelurahan Urug. Sedangkan untuk hasil panen kayu di Desa Leuwibudah, sistem pemasaran hampir sama dengan dua desa
lainnya hanya saja administrasi penjualan yang digunakan berdasarkan sistem yang berlaku di PT. BKL Group.
5.4 Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan Rakyat Pola Kemitraan
5.4.1 Pendapatan rumah tangga
Sebanyak 82 responden dari 90 responden memperoleh penghasilan dari bertani. Baik petani sawah yang menghasilkan padi, maupun petani lahan kering
yang menghasilkan hasil bumi seperti palawija maupun buah-buahan. Penghasilan petani sangat beragam tergantung dari luas lahannya. Seluruh responden yang
mengikuti pola kemitraan umumnya mempunyai pekerjaan sampingan. Perbedaan sumber pendapatan responden akan berpengaruh langsung terhadap jumlah
pendapatan responden Tabel 9. Pendapatan rata-rata rumah tangga petani sebanyak 79,3 diperoleh dari
usaha non pertanian untuk petani Desa Mekarjaya. Sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sampingan diluar usaha tani yaitu pedagang, buruh sadap
aren, buruh bangunan, peternak dan pengrajin bordir. Di Kelurahan Urug dan Desa Leuwibudah, pendapatan terbesar juga berasal dari non pertanian yaitu
masing-masing sebesar 60,8.
Tabel 9 Pendapatan rata-rata responden per tahun
Sumber Pendapatan
Desa Mekarjaya Kelurahan Urug
Desa Leuwibudah Rata-rata
Rpth Rp.th
Rp.th Rp.th
Kayu sengon 118.992,2
1,6 450.597,6
2,1 2.311.351,5
9,1 960.313,7
Tumpangsari 397.466,7
5,3 2.826.388,9
12,9 1.921.833,3
7,6 1.715.229,6
Pertanian 1.031.333,3
13,8 5.301.886,7
24,2 5.682.856,7
22,5 4.005.358,9
Non Pertanian
5.925.033,3 79,3
13.296.000,0 60,8
15.384.000,0 60,8
11.535.011,1 Total
7.472.825,5 100
21.874.873,2 100
25.300.041,5 100
18.215.913,4
Pendapatan rata-rata rumah tangga petani terkecil berasal dari hutan rakyat yaitu penjualan kayu sengon dan tumpangsari. Di Desa Mekarjaya dan Kelurahan
Urug, pendapatan terkecil berasal dari kayu sengon yaitu masing-masing sebesar 1,6 dan 2,1. Sedangkan untuk Desa Leuwibudah, pendapatan terkecil berasal
dari tumpangsari yaitu sebesar 7,6. Perbedaan persentase pendapatan dari hutan rakyat pada ketiga
desakelurahan, dikarenakan banyak responden di Desa Mekarjaya dan Kelurahan Urug memiliki lahan yang sempit. Lahan tersebut hanya berupa lahan hutan dan
sawah milik perhutani dan pengangonan desa. Sedangkan responden di Desa Leuwibudah umumnya mempunyai lahan yang lebih luas dibandingkan kedua
desa lainnya. Umumnya lahan yang mereka garap merupakan lahan milik pribadi sehingga lahan bersifat kebun campuran. Lahan hutan rakyat ini mempunyai
kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani antara 6,9 - 25 Kontribusi pendapatan responden hutan rakyat terhadap pendapatan total
di Desa Mekarjaya memberikan kontribusi sebesar 6,9; Kelurahan Urug sebesar 25; dan Desa Leuwibudah sebesar 16,7. Pendapatan pertanian dan non
pertanian lebih besar daripada pendapatan hutan rakyat. Ini menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat hanya merupakan pekerjaan sampingan. Hal ini
dikarenakan hutan rakyat mempunyai pertumbuhan tegakan yang lama sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat dan rutin. Hutan rakyat digunakan untuk
keperluan mendesak dan sebagai tabungan untuk masa depan Saragih el al. 1995.
5.4.2 Pengeluaran rumah tangga