Sistem silvikultur yang digunakan dalam kemitraan ini adalah tebang habis pada akhir daur. Adapun tanaman pokok yang digunakan adalah sengon
Paraserianthes falcataria dengan daur 6-7 tahun. Dalam pengelolaan hutan rakyat pola kemitraan, penggarap mengelola hutan secara monokultur dan
tumpangsari
.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, jenis tanaman tumpangsari yang diusahakan selama dua tahun pertama oleh petani adalah kacang tanah, padi
gogo, jagung dan singkong di Desa Mekarjaya. Kacang tanah, kacang banten, padi gogo, jagung, singkong dan kentang adalah tanaman tumpangsari yang
diusahakan di Kelurahan Urug. Di Desa Leuwibudah tanaman tumpangsari sedikit bervarasi dan diusahakan setiap tahun yaitu aren, kelapa, jagung, singkong,
kapulaga, kacang tanah, mahoni, ubi dan bambu.
5.3 Tahapan Kegiatan Pembangunan Hutan Rakyat
Kegiatan pembangunan hutan rakyat pola kemitraan di Desa Mekarjaya, Kelurahan Urug dan Desa Leuwibudah terdiri dari tujuh tahapan. Adapun
tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan bibit
Bibit sengon diperoleh dari PT. BKL Group yang dibagikan secara gratis. Bibit tersebut berasal dari persemaian milik PT. BKL Group sendiri. Bibit yang
diberikan terlebih dahulu dilakukan seleksi, sehingga bibit tersebut merupakan bibit yang bagus. Sering kali bibit yang diberikan kondisinya sudah rusak
dikarenakan jarak yang ditempuh jauh dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi penanaman cukup lama.
2. Persiapan lahan
Kegiatan persiapan lahan ini dilakukan dengan cara membersihkan alang- alang, semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya pengolahan tanah untuk
memperbaiki struktur tanah dengan cara mencangkul tanah. Setelah tanah diolah, kemudian dilakukan pemasangan ajir, dengan jarak tanam 2x3 m. Dilanjutkan
dengan pembuatan lubang tanam ukuran 1x1x1 m. Setelah lubang tanam siap maka bibit siap untuk ditanam. Selain itu pada ajir ke kelima ditanam suren
sebagai tanaman pengisi dan dibuat jalur bebas selebar 1m dari tanaman pokok.
3. Penanaman dan pemupukan
Sebelum bibit ditanam terlebih dahulu diberikan pupuk TSP dan pupuk kandang pada lubang tanam, kemudian baru dimasukkan bibit tanaman. Lahan
yang dikelola secara tumpangsari, ketika penanaman bibit tanaman pokok diikuti pula dengan penanaman tanaman pertanian disela-sela tanaman pokok dengan
jenis jagung, singkong, ubi, dan kacang. Berdasarkan hasil pengamatan dilapanngan, penanaman yang dilakukan di Desa Leuwibudah tidak
memperhatikan jarak tanam, pemberian ajir dan pemberian pupuk terlebih dahulu. Penanaman dilakukan sesuai dengan luas lahan, dimana semakin kecil luas lahan
maka semakin kecil juga jarak tanam antar tanaman. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman petani terhadap penanaman kayu dan bimbingan serta
pelatihan yang diberikan oleh PT. BKL Group. Sedangkan untuk dua desa lainnya yaitu Desa Mekarjaya dan Kelurahan Urug, semua kegiatan pembangunan hutan
rakyat sesuai dengan kaidah-kaidah pertanian. Penggarap mendapat bimbingan dan pelatihan langsung dari Perhutani. Kegiatan pemupukan dilakukan setiap
tahun hingga tanaman mencapai usia tiga tahun. Umumnya pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk kimia seperti Urea, TSP dan NPK.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan
dengan cara
pendangiran, penyiangan,
pemangkasan cabang dan pemberantasan hama. Pada lahan yang dikelola secara tumpangsari pendangiran dilakukan sepanjang lahan masih ditanami tanaman
pertanian yaitu sampai tahun ketiga. Sedangkan untuk lahan yang dikelola secara monokultur pendangiran hanya dilakukan pada tahun pertama. Pemberantasan
hama dan penyakit adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencegah serangan hama dan penyakit supaya tanaman bisa tumbuh dengan baik.
Pencegahan terhadap hama penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida pada tanaman. Umumnya insektisida yang digunakan sejenis bahan
kimia bernama puradan.
5. Pemanenan
Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, pemanenan dilakukan oleh pihak Perhutani dengan disaksikan oleh petani penggarap dan perwakilan PT.
BKL Group. Hasil pemanenan dibagi secara adil sesuai dengan persertase masing-
masing setelah dikurangi PSDH Pemanfaatan Sumberdaya hutan dan kewajiban finansial kepada negara. Hasil sharing diberikan dalam bentuk uang kepada
masing-masing mitra secara proporsional yang berasal dari total pendapatan penjualan produksi kayu.
6. Pemasaran
Kegiatan pemasaran hasil tanaman pokok hutan rakyat pola kemitraan dijual dalam bentuk kayu gelondongan, yaitu ketika selesai ditebang kayu ditumpuk di
tepi jalan yang mempunyai akses baik untuk pengangkutan. Setelah seluruh kayu terkumpul PT. BKL Group melalui mitra penggergajiannya akan membeli seluruh
hasil panen dengan harga yang ditetapkan dalam perjanjian sesuai dengan administrasi penjualan yang berlaku di Perhutani. Sistem pemasaran ini berlaku
untuk hasil panen Desa Mekarjaya dan Kelurahan Urug. Sedangkan untuk hasil panen kayu di Desa Leuwibudah, sistem pemasaran hampir sama dengan dua desa
lainnya hanya saja administrasi penjualan yang digunakan berdasarkan sistem yang berlaku di PT. BKL Group.
5.4 Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan Rakyat Pola Kemitraan