Proses manajemen kemitraan a.

Analisis tingkat hubungan kemitraan ditinjau dari aspek proses manajemen kemitraan, menurut pendapat petani, PT. BKL Group, Perhutani dan LMDH masing-masing sebesar 467,5; 372,5; 385; dan 405 dari nilai maksimum 500. Ditinjau dari aspek manfaat menurut pendapat petani, PT. BKL Group, Perhutani dan LMDH masing-masing sebesar 301,66; 400; 250 dan 250 dari nilai maksimumnya 500. Sehingga nilai total kedua aspek tersebut menurut pendapat petani, PT. BKL Group, Perhutani dan LMDH masing-masing sebesar 769,16; 772,5; 635 dan 655 dari nilai maksimum 1000. Nilai rata-rata kedua aspek tersebut menurut pendapat petani, PT. BKL Group, Perhutani dan LMDH adalah 707,91 dari nilai maksimum 1000. Nilai ini berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 944KptsOT. 2011097 termasuk kedalam kategori Kemitraan Prima Madya. Kategori Kemitraan Prima Madya merupakan kemitraan yang terjadi dalam kemitraan jangka menengah dan jangka panjang dimana pihak inti Perhutani hanya berperan dalam penyediaan sarana, memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis. Pihak inti lain PT. BKL Group hanya berperan sebagai pemodal dan pemasar hasil dalam kemitraan. Kemitraan yang melibatkan tiga pihak yaitu petani, PT. BKL Group dan Perhutani memiliki nilai rata-rata sebesar 725,55 dari nilai maksimum 1000. Sehingga pada kegiatan kemitraan yang melibatkan tiga pihak ini termasuk kedalam kategori Kemitraan Prima Madya. Nilai rata-rata kemitraan antara petani dan PT. BKL Group, berdasarkan kedua aspek tersebut sebesar 770,82 dari nilai maksimum 1000. Nilai ini berarti kemitraan antara petani dan PT. BKL Group termasuk kedalam kategori Kemitraan Prima Utama, yaitu kemitraan yang terjadi dalam jangka panjang dimana pihak inti PT. BKL Group berperan dalam pembinaan manajemen, introduksi teknologi, permodalan dan pemasaran hasil.

5.6.3 Proses manajemen kemitraan a.

Aspek manajemen 1. Perencanaan Perencanaan terdiri dari perencanaan kemitraan dan kelengkapan perencanaan yang berisi tentang uraian mengenai langkah-langkah kemitraan yang akan dilaksanakan. Nilai aspek perencanaan berdasarkan pendapat petani, Perhutani, PT. BKL Group dan LMDH sebesar 111,25; 130; 50 dan 50. 1.1 Perencanaan kemitraan Berdasarkan hasil kuisioner dengan petani, diperoleh nilai rata-rata perencanaan kemitraan sebesar 62,5. Dalam perencanaan kemitraan ini sebanyak 69 orang petani 76,67 berpendapat bahwa perencanaan kemitraan dilakukan oleh PT. BKL Group, Perhutani bersama dengan petani yang diketahui oleh pemerintah desa. Sedangkan 21 orang petani 23,33 menyatakan bahwa penyusunan kemitraan hanya dilakukan oleh PT. BKL Group dan Perhutani secara sepihak. Perencanaan kemitraan menurut pendapat Perhutani dan LMDH bernilai 100 didasarkan pada isi perjanjian yang disusun secara bersama-sama. Berdasarkan pendapat PT. BKL Group, perencanaan kemitraan dilakukan secara sepihak oleh PT. BKL Group sendiri. PT. BKL Group berpendapat, apabila petani diikutsertakan dalam penyusunan perencanaan kemitraan, petani akan banyak menuntut kebijakan untuk peningkatan kesejahteraannya. 1.2 Kelengkapan perencanaan Aspek kelengkapan perencanaan mempunyai nilai rata-rata sebesar 48,75. Berdasarkan pendapat petani, sebanyak 32 orang 35,56 menyatakan bahwa lingkup perencanaan meliputi 6 aspek yaitu pemasaran, permodalan, pembinaan teknologi, pembinaan manajemen, sarana produksi pertanian dan prasarana pertanian. Sedangkan 20 orang 22,22 berpendapat penyusunan perencanaan meliputi 5 aspek, 21 orang 23,33 berpendapat penyusunan perencanaan meliputi 4 aspek , 8 orang 8,88 berpendapat penyusunan meliputi 3 aspek dan 9 orang petani 10 berpendapat penyusunan perencanaan meliputi 1 aspek argibisnis lainya. Nilai kelengkapan perencanaan berbeda menurut pendapat Perhutani yaitu sebesar 30, meliputi 3 aspek. Pendapat PT. BKL Group dan LMDH memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 50, yang berarti penyusunan perencanaan meliputi 6 aspek. 2. Pengorganisasian Aspek pengorganisasian mempunyai nilai rata-rata sebesar 231,25 untuk pendapat petani, 140 pendapat LMDH dan Perhutani, dan menurut pendapat PT. BKL Group sebesar 147,5. Nilai ini merupakan penjumlahan dari aspek bidang khusus dan aspek kontrak kerjasama. 2.1 Bidang khusus Aspek bidang khusus mempunyai nilai sebesar 12,5 untuk pendapat petani. Hasil ini diperoleh dari rata-rata pernyataan petani yaitu 32 orang petani 35,56 berpendapat bahwa ada bidang khusus yang menangani kegiatan kemitraan di daerah mereka yaitu KTH dan LMDH. Sedangkan 38 orang petani 64,44 berpendapat bahwa tidak ada bidang khusus yang menangani kegiatan kemitraan. Nilai bidang khusus menurut pendapat Perhutani, PT. BKL Group dan LMDH adalah sebesar 25, yaitu dalam kegiatan kemitraan ini ada bidang khusus yang menangani kegiatan kemitraan yaitu KTH dan LMDH Perhutani; PT. BIL dan LSM Agri Mandiri Lestari PT. BKL Group. 2.2 Kontrak kerjasama Aspek kontrak kerjasama terdiri dari 3 aspek, yaitu keberadaan, isi kontrak kerjasama dan bentuk kerjasama. Berdasarkan pendapat petani mengenai aspek kontrak kerjasama diperoleh nilai sebesar 120. Sebanyak 57 orang petani berpendapat bahwa ada kontrak kerjasama secara tertulis antara petani, Perhutani dan PT. BKL Group, 55 orang berpendapat isi kontrak kerjasama meliputi sebagian besar dari kedelapan aspek kemitraan dan 80 orang petani berpendapat kontrak kerjasama dibuat secara lengkap dan jangka panjang serta memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas. Nilai aspek kontrak kerjasama menurut pendapat Perhutani dan LMDH sebesar 115. Meliputi nilai 25 untuk keberadaan kontark kerjasama secara tertulis, nilai 40 untuk isi kontrak kerjasama yang meliputi sebagian besar dari kedelapan aspek kemitraan, nilai 50 untuk bentuk kerjasama yang dibuat secara lengkap dan jangka panjang serta memuat hak dan kewajiban yang jelas. Sedangkan nilai aspek kontrak kerjasama menurut pendapat PT. BKL Group sebesar 122,5. Pihak PT. BKL Group menyatakan bahwa kontrak kerjasama pada awalnya dibuat secara tertulis dan sederhana. Kemudian dibuat secara lengkap, jangka panjang, memuat hak dan kewajiban yang jelas. Isi kontrak kerjasamanya meliputi 8 aspek kemitraan yaitu aspek kualitas, produktivitas, kontinuitas hasil, harga, sistem pembayaran saprodi, permodalan dan sangsi. 3. Pelaksanaan dan efektivitas kerjasama 3.1 Pelaksanaan kerjasama Aspek pelaksanaan kerjasama mempunyai nilai rata-rata sebesar 30 berdasarkan pendapat petani dan LMDH. Sebanyak 68 orang petani berpendapat bahwa pelaksanaan kerjasama dilakukan sesuai dengan perjanjian dan dilakukan secara transparan. Sedangkan 22 orang petani dan LMDH berpendapat bahwa dalam pelaksanaanya kerjasama ini tidak dilakukan sesuai dengan perjanjian dan tidak transparan. Hal ini dikarenakan pada pelaksanaannya banyak bantuan dari PT. BKL Group dan Perhutani yang tidak terlaksana, seperti kasus di Desa Mekarjaya dimana PT. BKL Group tidak memberi bantuan pupuk dan hewan ternak serta tidak ada transparansi hasil penjarangan dari Perhutani. Pernyataan pendapat yang berbeda megenai pelaksanaan kerjasama berasal dari Perhutani dan BKL Group yang keduanya memperoleh nilai 50 untuk aspek pelaksanaan kerjasama. PT. BKL Group dan Perhutani berpendapat bahwa pelaksanaan kerjasama sudah sesuai dengan perjanjian dan dilakukan secara transparan. Dimana semua hak dan kewajiban PT. BKL Group dan Perhutani di dalam perjanjian telah dilaksanakan dan sebelum melakukan kegiatan selalu diadakan sosialisasi. 3.2 Efektivitas kerjasama Efektivitas kerjasama merupakan kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat dan menjalankan pekerjaan kerjasama dengan benar Deptan, 1997. Berdasarkan Deptan 1997 aspek efektivitas kerjasama meliputi aspek kejelasan peranan, kontinuitas suplai, kualitas suplai, sistem pembayaran, cara pembayaran dan aspek penentuan harga. Aspek efektivitas kerjasama ini diperoleh nilai rata-rata sebesar 95 berdasarkan pendapat petani. Dimana sebagian besar petani berpendapat bahwa terdapat kejelasan peran masing-masing pihak yang bermitra dan adanya kontinuitas suplai bahan baku dari mitra kepada PT. BKL Group dengan kualitas yang sesuai dengan standar. Sistem pembayaran pun dilakukan sesuai dengan kontrak kerjasama, hanya saja untuk petani yang bermitra dengan Perhutani dan PT. BKL Group penentuan harga jual didasarkan pada Harga Jual Dasar HJD Perhutani. Pembayaran hasil pemanenan dan penjarangan dilakukan lebih dari 4 minggu yaitu satu tahun setelah semua penebangan selesai dilaksanakan. Akan tetapi, untuk petani yang bermitra dengan PT. BKL Group penentuan harga dilakukan secara bersama-sama dan pembayaran dilakukan secara tunai pada hari itu juga. Bila terjadi keterlambatan pembayaran, maksimum pembayaran dilakukan 3 hari setelah kayu di kirim ke pabrik PT. BKL Group. Nilai aspek efektivitas menurut pendapat PT. BKL Group sebesar 150 dan 115 untuk Perhutani dan LMDH. Jumlah rata-rata total nilai aspek proses manajemen dari pendapat petani adalah 467,5; Perhutani sebesar 385; PT. BKL Group sebesar 372,5 dan LMDH sebesar 405.

b. Aspek manfaat