Sistem hutan untuk menggambarkan bahwa hutan bukan sekedar tegakan kayu, melainkan suatu sistem pengelolaan kawasan yang terdiri dari berbagai
elemen, diantaranya hutan alam, hutan sekunder, sungai, danau, kebun, ladang, permukiman, hutan keramat, dan banyak lagi yang tergantung komunitas dan
sistem ekologinya. Kerakyatan menegaskan bahwa aktor utama dalam pengelolaan hutan adalah komunitas lokal Djuwadi 2002.
2.1.2 Peran hutan rakyat dan manfaatnya
Menurut Deapartemen Kehutanan 1995 menyatakan bahwa hutan rakyat mempunyai manfaat ganda, yaitu selain manfaat ekologis juga mempunyai
manfaat ekonomis. Tujuan dan manfaat dibangunnya hutan rakyat tersebut adalah 1 memperbaiki penutupan tanah sehingga akan mencegah erosi, 2
memperbaiki peresapan air ke dalam tanah, 3 menciptakan iklim mikro, perbaikan lingkungan dan perlindungan sumber air, 4 meningkatkan
produktifitas lahan, 5 meningkatkan pendapatan masyarakat, dan 6 memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu dan kebutuhan kayu rakyat.
Tujuan pokok dari pengembangan hutan rakyat Dephut 1995 adalah: 1.
Memenuhi kebutuhan kayu 2.
Meningkatkan kesejahteraan rakyat 3.
Memperluas kesempatan kerja penduduk 4.
Salah satu upaya pengentasan kemiskinan Toha 1987 menyebutkan bahwa sasaran pengembangan hutan rakyat
terbagi menjadi tiga, yaitu sasaran fisik lingkungan hidup environment, sasaran sosial ekonomi prosperity dan sasaran keamanan dan keutuhan negara
security. Saragih et al. 1995, mengemukakan hutan rakyat adalah bagian yang integral dari ekonomi rumah tangga rakyat yang mempunyai ciri multi purpose,
yaitu : 1.
Memenuhi sebagian dari kebutuhan pangan anggota rumah tangga, kebutuhan pakan ternak, bahan bangunan, dan sumber pendapatan.
2. Memberikan hasil sepanjang tahun, tidak terikat musim sehingga dapat
mengisi kebutuhan pada saat lahan-lahan pertanian tanaman semusim tidak menghasilkan.
3. Hutan rakyat di Pulau Jawa berfungsi sebagai jaminan bagi kredit
informal 4.
Dapat berperan sebagai kebutuhan ekonomi daerah akan kayu, sayur, dan buah-buahan serta tanaman obat-obatan
5. Berperan positif di dalam penyerapan air dan mencegah erosi
6. Dapat menjadi sumber plasma nutfah, khususnya hutan rakyat di Pulau
Jawa.
2.1.3 Sistem pengelolaan hutan rakyat
Pengelolaan hutan rakyat di satu sisi memang menunjukkan potensi hasil hutan kayu dan non kayu yang besar, peningkatan nilai ekologis kawasan, dan
peningkatan pendapatan masyarakat pengelola hutan. Akan tetapi di sisi lain masih ditemui beberapa permasalahan, misalnya keterbatasan akses dan
pengetahuan pasar masyarakat, penebangan yang masih dilakukan dengan sistem “tebang butuh”, kualitas kayu dari hutan rakyat yang belum optimal akibat
kurangnya pengetahuan tentang teknik silvikultur Hardjanto 1990. Pola usahatani hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional dan belum
sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang paling menguntungkan Hardjanto 1990. Pemilik hutan rakyat umumnya belum
menggantungkan penghidupannya pada hutan-hutan yang dimilikinya, mereka mengusahakan hutan rakyat tersebut sebagai sambilan. Faktor penyebab para
petani tidak menggantungkan penghidupannya pada hutan Hardjanto 1990 yaitu: 1.
Belum adanya persatuan antar pemilik hutan rakyat 2.
Sistem silvikultur belum diterapkan secara sempurna. 3.
Kurangnya pengetahuan petani dalam pemasaran hasil hutan rakyat 4.
Belum adanya lembaga khusus yang menangani pengusahaan hutan rakyat.
Pengelolaan hutan rakyat pada dasarnya adalah merupakan upaya menyeluruh dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pembinaan, pengembangan, dan
penilaian serta pengawasan pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara terencana dan berkesinambungan. Tujuan akhir yang ingin
dicapai dari pengelolaan hutan rakyat adalah adanya peningkatan peran dari kayu
rakyat terhadap peningkatan pendapatan pemilikpengusahanya secara terus menerus selama daur Hardjanto 1990.
Keberhasilan pengembangan hutan rakyat Dephut 1995 sangat tergantung pada :
1. Tujuan pengembangan hutan rakyat yang jelas 2. Lokasi dan luas unit usaha hutan rakyat
3. Pemilihan jenis yang di tanam 4. Sistem penanaman, pemeliharaan, dan pengelolaan
5. Produksi tahunan yang terencana 6. Investasi yang tersedia dan keterkaitan dengan industri pengelolaan kayu.
Sistem pendanaan yang dilaksanakan dalam pengembangan hutan rakyat Dephut 1995 dapat ditempuh melalui:
1. Swadaya masyarakat baik perorangan, kelompok, maupun mitra usaha
2. Program bantuan inpres penghijauan dan reboisasiAPBD.
3. Kredit, berupa pinjaman lunak kepada petanikelompok tani dengan pola
acuan P3KUK-DAS melalui bank penyalur. 4.
Kredit usaha perhutanan rakyat, berupa pinjaman lunak kepada petani melalui mitra usaha yang pelaksanaannya diatur oleh Departemen
Kehutanan dan BRI selaku bank penyalur.
2.1.4 Pengusahaan hutan rakyat