III. METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan Empang yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor,
Propinsi Jawa Barat Gambar 2. Waktu penelitian dilapang dilakukan selama enam bulan mulai bulan Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010.
Gambar 2. Lokasi Penelitian
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan proses pendekatan yang dikemukakan oleh Goodchild 1990, meliputi tahap survey, identifikasi tapak,
analisis dan assessment, serta sintesis. Adapun, penjelasan mengenai tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut Gambar 3 :
1. Survey
Merupakan tahap pengambilan dan pengumpulan data dengan metode survey dan penelusuran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi aspek sejarah,
aspek fisik, dan aspek sosial Tabel 2. Secara teknis tahap pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Observasi lapang, untuk mengetahui langsung kondisi tapak, yaitu kondisi
fisik lanskap bersejarah, karakter lanskap dan lingkungan sekiarnya, elemen bersejarah, serta pola pemukiman dan penggunaan lahan saat ini.
b. Wawancarakuesioner, untuk memperoleh data dan informasi dari masyarakat
sekitar, pengelola, tokoh masyarakat dan pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kondisi lanskap, sejarah perkembangan kota Bogor dan kawasan,
serta persepsi masyarakat. c.
Studi Literatur, untuk mendapatkan data dan informasi sekunder sebagai penunjang yang tidak didapatkan dari observasi lapang melalui
kepustakaandokumen yang dapat diperoleh dari perpustakaan, pemda, dan instansi terkait mengenai sejarah perkembangan kota Bogor dan kawasan
Empang, peta kawasan tahun 1900-2005, RTRW Kecamatan Bogor selatan, dan data demografi Kelurahan Empang.
Tabel 2. Aspek, Jenis, Bentuk, Sumber, dan Analisis Data
Aspek dan Jenis Data Bentuk
Data Sumber
Data Analisis
Data Aspek Sejarah
1. Sejarah perkembangan Kota Bogor
dan kawasan Empang Foto, peta,
dan teks Tokoh masyarakat,
ahli sejarah, Pemda, Tropenmuseum
Spasial- Deskriptif
2. Elemen sejarah pembentuk lanskap
kawasan Empang Foto dan
teks Tapak, ahli sejarah,
Pemda Deskriptif
3. Kebijakan,
peraturan, dan
pengelolaan terkait elemen bersejarah dalam kawasan
Teks Pemda, pengelola,
masyarakat Deskriptif
Tabel 2. Lanjutan
Aspek dan Jenis Data Bentuk
Data Sumber
Data Analisi
Data Aspek Fisik
1. Pola pemukiman
Peta dan teks Tapak
Spasial- Deskriptif
2. Karakter lanskap, arsitektur bangunan,
dan ruang terbuka Foto, gambar,
dan teks Tapak,
Literatur Spasial-
Deskriptif 3.
Tata guna lahan Kelurahan Empang Peta, tabel,
dan teks Tapak, Pemda
Spasial- Deskriptif
4. RTRW Kecamatan Bogor Selatan
tahun 2002-2012 Peta dan teks
Bappeda Spasial-
Deskriptif
Aspek Sosial
1. Data demografi
Tabel dan teks Kelurahan
Empang Deskriptif
2. Persepsi, pendapat, dan keinginan
masyarakat Frekuensi dan
tabel Responden
Statistik- Deskriptif
2. Identifikasi tapak
Identifikasi perkembangan lanskap sejarah kawasan Empang dianalisis secara deskriptif menggunakan metode penelusuran sejarah sehingga dapat
diketahui tahap perkembangan kawasan sejak awal terbentuk sampai sekarang. Peta kawasan Empang tahun 1920 digunakan untuk mengidentifikasi tatanan dan
elemen lanskap sejarah kawasan Empang. Peta tersebut dianalisis secara spasial deskriptif sehingga dapat diketahui zonasi karakteristik lanskap sejarah kawasan
Empang pada masa lalu dan elemen lanskap sejarah yang berperan dalam pembentukan karakteristik kawasan. Kondisi elemen lanskap sejarah saat ini
diketahui dengan melakukan pengecekan langsung di lapang. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya BCB
menjadi dasar dalam mengidentifikasi elemen lanskap sejarah kawasan Empang yang ada sekarang, dengan kriteria sebagai berikut :
Batas usia benda cagar budaya sekurang-kurangnya 50 tahun.
Bernilai estetik berkaitan dengan aspek arsitektural yang menggambarkan
suatu zaman atau gayalanggam tertentu.
Berada dalam jumlah yang terbatas dari jenis atau fungsinya. Dapat juga merupakan warisan terakhir, perwakilan satu-satunya dalam suatu lingkungan
atau wilayah dan tidak terdapat di daerah lain.
Bernilai ilmu pengetahuan berkaitan dengan sejarahperistiwa perkembangan
wilayah, perjuangan bangsa, ketokohan, sosial, politik, budaya, dan arsitektur.
Keberadaannya dapat memperkuat dan meningkatkan kualitas atau citra kawasan disekitarnya.
3. Analisis dan asssesment lanskap
Assessment lanskap sejarah dilakukan untuk mengetahui nilai signifikansi lanskap sejarah kawasan Empang. Penilaian dilakukan terhadap beberapa aspek
penting menurut Harris dan Dines 1988, meliputi penilaian keaslian originality dan keunikan uniqueness. Penilaian terhadap aspek tersebut dihitung
menggunakan metode skoring yang dikemukakan oleh Selamet Selamet, 1983 dalam Allindani 2007 dengan rumus interval kelas :
Tinggi = SMi + 2IK + 1 sampai SMa
Sedang = SMi + IK + 1 sampai SMi + 2IK
Rendah = SMi sampai SMi + IK
Kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian untuk mengetahui tingkat keaslian dan keunikan disajikan pada Tabel 3 dan 4. Selanjutnya skor penilaian
dijumlahkan untuk mengetahui tingkat keaslian dan keunikan dari setiap zona yang dinilai.
Tabel 3. Kriteria Penilaian Keaslian Originality
No. Kriteria
Skor 1 Rendah
2 Sedang 3 Tinggi
1. Pola
Penggunaan Lahan
Mengalami perubahan
penggunaan lahan 50.
Mengalami perubahan
penggunaan lahan 25- 50.
Tidak mengalami perubahan
penggunaan lahan atau berubah 25 .
2. Pola
pemukiman Tidak terdapat
elemen lanskap yang menjadi pusat
pemukiman. Pola pemukiman linear.
Terdapat elemen lanskap yang menjadi
pusat pemukiman. Pola pemukiman
linear-konsentrik. Terdapat elemen
lanskap yang menjadi pusat pemukiman.
Pola pemukiman konsentrik.
Interval Kelas IK = Skor Maksimum SMa – Skor Minimum SMi
Jumlah Kategori
Tabel 3. Lanjutan
3. Bangunan
Elemen bangunan mengalami
perubahan struktur dan elemen. Tidak
mewakili karakter dan gaya arsitektur
masa lalu. Terdapat sedikit bangunan
kuno dengan umur 50 tahun.
Elemen bangunan mengalami asimilasi
struktur dan elemen namun masih
mewakili karakter dan gaya arsitektur
masa lalu. Terdapat cukup banyak
bangunan kuno dengan umur 50
tahun. Elemen bangunan
tidak mengalami perubahan karakter,
struktur, dan elemen sehingga sangat
mewakili gaya arsitektur masa lalu.
Terdapat banyak bangunan kuno
dengan umur 50 tahun.
4. Pola Sirkulasi
Jaringan jalan mengalami
penambahan ruas dan merubah
karakteristiknya. Jaringan jalan
mengalami penambahan ruas
namun masih mempertahankan
karakteristiknya. Jaringan jalan tetap,
relatif tidak mengalami
penambahan ruas, dan karakteristiknya
masih asli.
Sumber : Harris dan Dines, 1988 Tabel 4. Kriteria Penilaian Keunikan Uniqueness
Sumber : Harris dan Dines, 1988
No. Kriteria
Skor 1 Rendah
2 Sedang 3 Tinggi
1. Asosiasi
Kesejarahan Lanskapelemen tidak
memiliki hubungan kesejarahan.
Lanskapelemen memiliki hubungan
kesejarahan yang lemah.
Lanskapelemen memiliki hubungan
kesejarahan yang kuat.
2. Integritas
Elemen lanskap sejarah tersebar
dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak
membentuk kesatuan lanskap bersejarah
yang harmonis. Elemen lanskap
sejarah tersebar dalam jumlah yang
cukup banyak sehingga membentuk
kesatuan lanskap bersejarah dengan
karakter lemah. Elemen lanskap
sejarah menyatu dalam jumlah yang
cukup banyak sehingga membentuk
kesatuan lanskap bersejarah dengan
karakter kuat.
3. Keragaman
yang berbeda dari
kebiasaan Lanskap memiliki 5
perwakilan elemen bersejarah pada suatu
kawasan. Lanskap memiliki 2-5
perwakilan elemen bersejarah pada suatu
kawasan. Lanskap hanya
memiliki satu perwakilan elemen
bersejarah pada suatu kawasan.
4. Kualitas
estetik Elemen lanskap tidak
memiliki estetikagaya
arsitektur yang dapat menunjukkan
kekhasannya pada masa lalu
Elemen lanskap masih memiliki
estetikagaya arsitektur yang dapat
menunjukkan kekhasannya pada
masa lalu Elemen lanskap
memiliki estetikagaya
arsitektur masa lalu yang khas pada
hampir semua bagian, termasuk detail
ornamennya
Hasil penilaian kedua aspek tersebut menghasilkan peta kaslian dan peta keunikan yang menampilkan skor-skor dengan skala Goodchild, 1990 :
Skor 1
= tingkat keasliankeunikan rendah, mengalami banyak perubahan, namun lanskap sejarah di beberapa lokasi masih dipertahankan.
Skor 2
= tingkat keasliankeunikan sedang, mengalami sedikit perubahan.
Skor 3 = tingkat keasliankeunikan tinggi,lanskap sejarah tidak mengalami
perubahan.
Penilaian gabungan aspek keaslian dan keunikan menghasilkan peta komposit yang kemudian dianalisis secara spasial deskriptif untuk mengetahui
zona di kawasan Empang dengan nilai signifikansi sejarah rendah, sedang, dan tinggi. Kriteria rendah diberikan untuk zona yang memiliki nilai gabungan kedua
aspek berada pada interval kelas antara 8-13, kriteria sedang diberikan untuk zona yang memiliki nilai gabungan kedua aspek berada pada interval kelas antara 14-
18, dan kriteria sedang diberikan untuk zona yang memiliki nilai gabungan kedua aspek berada pada interval kelas antara 19-24. Peta komposit selanjutnya
dioverlay dengan peta rencana penggunaan lahan kawasan Empang yang termuat dalam Rencana Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2002-2012
Pemda, 2002. Hasil overlay kedua peta tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui keberlanjutan lanskap sejarah
kawasan terhadap rencana penggunaan lahan yang ada, sehingga dapat diputuskan tindakan yang harus dilakukan untuk setiap zona dalam upaya pelestarian lanskap
sejarah kawasan Empang yang dapat mendukung rencana tata ruang Kota Bogor pada tahap selanjutnya.
Sementara analisis persepsi dilakukan dengan menggunakan metode statistik-deskriptif
untuk mendeskripsikan persepsi, pendapat, dan keinginan masyarakat terhadap kawasan Empang. Penilaian dilakukan dengan menjawab
pertanyaan dalam bentuk kuesioner tertutup Lampiran 1 dan Lampiran 2 oleh 60 orang responden. Penyebaran kuesioner menggunakan teknik purposive sampling
dimana responden terpilih merupakan masyarakat Kota Bogor yang bermukim dalam kawasan Empang n=30 dan di luar kawasan Empang n=30.
4. Sintesis
Merupakan tahapan pengolahan hasil analisis. Pada tahap ini dibuat suatu rekomendasi pelestarian lanskap sejarah kawasan Empang berikut deliniasi
kawasan, elemen yang perlu dilestarikan, serta tindakan yang dikenakan pada elemen lanskap sejarah pembentuk kawasan dalam upaya pelestarian lanskap
sejarah kawasan Empang yang dapat mendukung perencanaan tata ruang kota Bogor.
SURVEY
ANALISIS SINTESIS
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Kawasan Empang
Aspek Sejarah 1.
Sejarah perkembangan Kota
Bogor dan kawasan Empang
2. Elemen sejarah
pembentuk lanskap kawasan Empang
3. Kebijakan,
peraturan, dan pengelolaan elemen
bersejarah dalam kawasan
Aspek Fisik Aspek Sosial
1. Data demografi
2. Persepsi, pendapat,
dan keinginan masyarakat
1. Pola pemukiman
2. Karakter lanskap,
arsitektur bangunan, dan ruang terbuka
3. Pola penggunaan
lahan Kelurahan Empang
4. RTRW Kecamatan
Bogor Selatan
Rekomendasi Pelestarian Lanskap Sejarah Kawasan Empang
Penelusuran Sejarah Perkembangan Kawasan Empang
Identifikasi Tatanan Lanskap Sejarah Kawasan Empang Saai Ini
Assessment Lanskap Sejarah Kawasan Empang
Persepsi, Pendapat, dan Keinginan Masyarakat Terhadap Kawasan
Empang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN