Tindakan Pelestarian Konsep Pelestarian
Gambar 43
Tindakan pelestarian yang dilakukan berupa kegiatan pemeliharaan terkait kebersihan, perbaikan elemen bangunan yang rusak, serta pengecetan dinding
bangunan akibat aksi vandalisme masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Zona II dengan karakter sejarah sebagai tipe lanskap pemukiman Arab
memiliki nilai signifikansi sejarah sedang dan sebagian besar wilayahnya berada pada rencana penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa. Strategi
pelestarian yang dilakukan pada zona II adalah konservasi, yaitu upaya untuk mencegah kerusakan lebih jauh dengan mengarahkan perkembangan di masa
depan untuk menjaga agar kawasan tidak dihancurkan atau diubah dengan cara yang tidak sesuai dengan karakter sejarah yang dimilikinya. Untuk itu dilakukan
upaya perlindungan dan pemeliharaan terhadap ketiga masjid yaitu Masjid Agung Empang, Masjid At Taqwa, dan Masjid An Noer yang masing-masing menjadi
pusat dari pemukiman Arab Kaum, Pekojan, dan Lolongok. Eksistensi masjid sebagai identitas sebuah pemukiman Arab penting untuk dijaga kelestariannya.
Keberadaan Makam Habib Abdullah bin Mukhsin al Attas yang dapat menarik banyak peziarah untuk berkunjung ke kawasan Empang merupakan
potensi untuk diarahkan menjadi kawasan wisata sejarah, budaya, dan religi bagi pengembangan zona II di masa yang akan datang. Pengembangan yang dilakukan
akan bersinergi dengan peningkatan aktivitas ekonomi bagi masyarakat Empang. Kawasan perdagangan yang ada di sepanjang Jalan Pahlawan, Raden Saleh,dan
RA Wiranata dapat diintegrasikan dengan kawasan perdagangan di Pasar Bogor sehingga menjadi kesatuan jaringan perdagangan yang memiliki nilai dan karakter
sejarah kuat. Hal tersebut akan mendukung kegiatan pengembangan apabila direncanakan dengan baik sehingga tidak merusak karakter sejarah zona II. Untuk
itu diperlukan perencanaan lanskap yang lebih cermat agar pengembangan yang dilakukan tetap berwawasan pelestarian dengan mengacu pada konsep pelestarian
yang telah diusulkan. Bangunan tinggal dan komersial yang mewakili gaya arsitektur masa lalu
keberadaannya dilindungi, dipelihara, dijaga, dan dipertahankan karakter sejarahnya. Pada beberapa elemen bangunan kuno yang mengalami kerusakan
ringan dilakukan perbaikan tanpa mengubah bentuk dan karakter asli bangunan. Apabila akan dimanfaatkan sesuai fungsi baru yang lebih adaptif dengan kegiatan
pengembangan yang direncanakan, maka penggunaan bangunan kuno harus dilakukan secara selektif dan bijaksana tanpa menghilangkan nilai sejarah dan
karakter asli dari bangunan tersebut. Sedangkan pemakaman tua los yang dikhususkan bagi warga keturunan Arab harus dilindungi dan dipertahankan
keberadaannya untuk memperkuat karakteristik pemukiman Arab pada zona II . Zona III dengan karakter sejarah sebagai tipe lanskap pemukiman pribumi
memiliki nilai signifikansi sejarah rendah dan hampir seluruh wilayahnya berada pada rencana penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman. Maka, strategi
pelestarian yang dilakukan pada zona III adalah rehabilitasi, yaitu upaya memperbaiki kawasan ke arah standar-standar modern dengan tetap
mempertahankan karakter lanskap sejarah sebagai pemukiman masyarakat pribumi yang awalnya berkembang di sepanjang aliran sungai. Upaya perbaikan
dilakukan dengan mengarahkan pemukiman sepanjang Jalan Sadane agar berorientasi ke Sungai Cisadane waterfront. Selain itu dilakukan perbaikan
utilitas, fungsi, serta penampilan lanskap secara fisik dan visual agar dapat memberikan kenyamanan lingkungan bagi masyarakat. Seluruh bangunan kuno
keberadaannya dilindungi, dipelihara, dijaga, dan dipertahankan bentuk dan karakter aslinya. Sedangakan perbaikan elemen bangunan yang rusak dan
pembangunan baru yang dilakukan harus dikendalikan oleh peratuaran yang jelas agar selaras dan harmonis dengan karakter sejarah kawasan sehingga dapat
meningkatkan integritas lanskap sejarah. Makam Keluarga Dalem Shalawat juga dapat menarik peziarah untuk
berkunjung ke kawasan Empang. Untuk itu dilakukan upaya perlindungan dan pemeliharaan terhadap komplek makam tersebut. Bendungan Empang harus
dilindungi dan diberdayakan sebagai elemen lanskap sejarah yang membanggakan karena merupakan sebuah karya anak bangsa dalam menerapkan teknologi
pengelolaan air yang dibangun tanpa campur tanagan pemerintah Kolonial Belanda. Makam Dalem Shalawat dan Bendungan Empang merupakan objek
yang dapat dilihat, dipelajari, dan dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan generasi di masa yang akan datang apabila kegiatan pelestarian pada zona III
diarahkan untuk pengembangan kegiatan wisata sejarah, budaya, dan religi.