tersebut menyertai pergeseran batas sosial dan budaya. Setelah beberapa generasi, terjadi asimilasi budaya Arab dan Sunda. Budaya Arab yang pertama mulai luntur
adalah penggunaan bahasa Arab, kemudian ciri khas berpakaian, dan terakhir penggunaan nama keluarga van den Berg, 2010.
4.1.3 Periode Kemerdekaan 1945-sekarang
Setelah Indonesia
merdeka, Buitenzorg
mengalami tiga
fase perkembangan kota yaitu fase pertama 1945-1965, fase kedua 1965-1995, dan
fase ketiga 1995-sekarang yang berpengaruh pada perkembangan kawasan Empang.
a Fase Pertama Periode Kemerdekaan 1945-1965
Fase pertama periode kemerdekaan, Buitenzorg berubah nama menjadi Kota Besar Bogor berdasarkan UU No. 16 tahun 1950 dan pada tahun 1957
berubah menjadi Kota Praja Bogor berdasarkan UU No. 1 tahun 1957. Kota Praja Bogor meliputi 2 sub-distrik dan tujuh desa. Empang merupakan salah satu dari
tujuh desa yang ada terbentuk pada fase pertama periode kemerdekaan.
1 Kondisi Fisik
Berdasarkan peta tahun 1946 Gambar 11, dapat diketahui keberadaan lahan terbangun di kawasan Empang mulai mengalami peningkatan dari periode
sebelumnya. Pemukiman penduduk yang awalnya terpusat di sekitar alun-alun mengalami perkembangan. Pembangunan pemukiman baru bergerak ke arah
selatan dan berorientasi ke jalan. Selain pemukiman, penggunaan lahan terbangun mulai beragam seperti adanya bangunan sebagai sarana pendidikan, sarana
peribatan, dan jalan. Pada periode ini, terdapat tiga masjid besar di kawasan Empang, yaitu
Masjid Agung Empang, Masjid At Taqwa, dan Masjid An Noer. Sampai dengan tahun 1970 Masjid Agung Empang merupakan masjid terbesar yang ada di Kota
Praja Bogor Detiknews, 2009. Tahun 1962, Yayasan Al Irsyad cabang Bogor menerima hibah lahan di Jalan Sadane dari Allahyarham said Abubakar. Di atas
tanah wakaf tersebut dibangun Sekolah Perguruan Al Irsyad Batarfie, 2003.
Gambar 11. Peta Kawasan Empang Tahun 1946
2 Kondisi Sosial Masyarakat
Letak Empang yang dekat dengan pusat kota dan pusat perdagangan pada fase pertama periode kemerdekaan menjadi daya tarik bagi penduduk untuk
bermukim di kawasan ini. Hal tersebut memberikan pengaruh bagi perkembangan penduduk baik dari segi sosial maupun ekonomi. Selain itu lancarnya komunikasi
dan transportasi antara Kota Praja Bogor dengan kota lain seperti Jakarta
mendukung kelancaran kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh orang Arab.
b Fase Kedua Periode Kemerdekaan 1965-1995
Fase kedua periode kemerdekaan, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor menggantikan nama Kota Praja Bogor sejak berlakunya UU No.18 Tahun 1965
dan UU No.5 tahun 1974. Pada fase ini, Kotamadya DT II Bogor terdiri atas 5 Kecamatan dan 16 lingkungandesa.
1 Kondisi Fisik
Secara administratif, Empang masuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya DT II Bogor. Luas wilayah Empang adalah 83,4 Ha dan
terdiri atas 61 RT dan 10 RK. Batas administrasi Lingkungan Empang sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Sungai Cipakancilan
Sebelah Timur : Lingkungan Bondongan
Sebelah Selatan : Lingkungan Batutulis
Sebelah Barat
: Sungai Cisadane
Komponen fisik yang terdapat di Lingkungan Empang meliputi pemukiman, fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan,
serta jaringan jalan. Pada awal fase kedua periode kemerdekaan, di kawasan Empang masih banyak ditemui kebun-kebun campuran diantara pemukiman
penduduk. Namun, kebutuhan pemukiman semakin meningkat akibat naiknya jumlah penduduk di kawasan Empang. Pemukiman penduduk meluas ke arah
selatan dengan mengalihfungsikan kebun-kebun campuran yang ada sebelumnya menjadi bangunan tinggal.
Pembangunan fasilitas pendidikan formal ataupun non formal banyak dilakukan. Tahun 1966 dan 1970 secara resmi dibuka SMP Al Irsyad menyusul
kemudian SMA Al Irsyad. Balai Pengobatan Umum yang terletak di Jalan Lolongok berdiri pada tahun 1980. Pada fase kedua kemerdekaan mulai
bermunculan industri berskala kecil hingga menengah. Industri kerupuk saat ini diabadikan menjadi nama sebuah gang yaitu Gang Kerupuk dan kain tenun
sebagai bahan dasar kain batik merupakan industri kecil hingga menengah yang ada di Empang.
Masjid At Taqwa mengalami perombakan dan penambahan luas lahan. Bangunan masjid lama digantikan dengan bangunan baru yang modern. Hal
tersebut telah menghilangkan nilai sejarah yang terdapat pada bangunan lama. Wakaf tanah untuk perluasan Masjid At Taqwa diperoleh dari hibah almarhum
Ali Azzan Azdat yang terletak di belakang masjid dengan luas 100 M
2
Batarfie, 2003.
2 Kondisi Sosial Masyarakat
Jumlah penduduk Empang pada fase kedua periode kemerdekaan, menurut data tahun 1980 BPS, 1980 adalah 17.415 jiwa. Kepadatan penduduk
berdasarkan luas wilayah administrasi adalah 209 jiwaHa. Lingkungan Empang tergolong memiliki kepadatan penduduk tertinggi. Hal tersebut dikarenakan
adanya kecenderungan masyarakat untuk bermukim mendekati pusat kota. Keberadaan orang Arab memberikan pengaruh dalam perkembangan
kawasan Empang. Orang Arab membangkitkan kegiatan perekonomian dengan adanya industri rumah tangga, seperti industri kain tenun dan industri kerupuk.
Saudagar Arab yang kaya akan menyumbangkan kelebihan uangnya kepada masjid, sekolah, atau yayasan keagamaan untuk pembangunan lingkungannya
van den Berg, 2010.
c Fase Ketiga Periode Kemerdekaan 1995-sekarang
Fase ketiga periode kemerdekaan, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor mengalami perluasan wilayah dari 2.156 Ha menjadi 11.850 Ha. Berdasarkan UU
No.22 tahun 1999 nama Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor berubah nama
menjadi Kota Bogor. Pada fase ini, Kota Bogor terdiri atas 6 Kecamatan dan 68 Kelurahan Bappeda, 2005.
1 Kondisi Fisik
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Berdasarkan Data Monografi Kelurahan Empang Tahun 2009, diketahui bahwa Kelurahan Empang terletak antara 106
47’40” BT sampai 6 36’26” LS.
Kelurahan Empang berjarak 2 km dari pusat pemerintahan Kota Bogor. Luas wilayah Kelurahan Empang sebesar 79 Ha, terdiri atas 20 RW dan 116 RT
Gambar 12, dengan batas administrasi wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Sungai Cipakancilan
Sebelah Timur
: Kelurahan Bondongan
Sebelah Selatan : Kelurahan Batutulis
Sebelah Barat : Sungai Cisadane
Gambar 12. Peta Wilayah Kelurahan Empang
Iklim
Kondisi iklim di Kelurahan Empang memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26
C dengan suhu tertinggi 30,4 C dan kelembaban udara 70. sedangkan suhu
terendah 21,8 C dan curah hujan rata-rata sekitar 4000-4500 mmtahun. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli.
Ketinggian dan Topografi
Kelurahan Empang terletak pada ketinggian antara 200-300 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kelurahan Empang sebagian besar atau 81 64 Ha
terletak pada ketinggian antara 201-250 m di atas permukaan laut. Sementara 18 15 Ha dari luas wilayah keseluruhannya terletak pada ketinggian antara 251-
300 m di atas permukaan laut. Kelurahan Empang berada di dataran rendah dengan keadaan topografi berlembah dan datar. Topografi Kelurahan Empang
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Topografi Kelurahan Empang
No. Kemiringan
Lahan Kategori
Luas Ha Jumlah dari
Luas Keseluruhan
1. 0-2
Datar 52,24
66 2.
25-40 Curam
26,26 34
Sumber : BPS Kota Bogor 2009
Tanah dan Geologi
Jenis tanah di wilayah Kelurahan Empang terbagi kedalam dua jenis, yaitu tanah aluvial kelabu dan tanah latosol coklat kemerahan. Seluruh wilayahnya
memiliki kepekaan tanah terhadap erosi yang termasuk dalam kategori agak peka dengan tekstur tanah halus 2,96 Ha dan agak kasar 76,04 Ha.
Kelurahan Empang ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan Gunung Api Pangrango di bagian utara dan timur serta Gunung Api
Salak di bagian utara dan barat wilayahnya. Dari struktur geologinya, Kelurahan Empang memiliki jenis batuan tufaan seluas 68,42 Ha serta lanau breksi tufan dan
capili seluas 10,58 Ha BPS, 2009.
Tata Guna Lahan
Tata guna lahan untuk Kelurahan Empang Gambar 13 terbagi dalam dua peruntukan, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Kawasan lahan
terbangun pada prinsipnya terbagi untuk jenis penggunaan lahan meliputi area pemukiman, perdagangan, perkantoran, industri, jalan, fasilitas umum dan sosial,
serta fasilitas olahraga. Sementara lahan tidak terbangun meliputi kuburan, pekarangan, jalur hijau, dan tanah kosong.
Tabel 7. Tata Guna Lahan Kelurahan Empang
No. Tata Guna Lahan
Luas Ha Jumlah dari
Luas Keseluruhan
1. Pemukiman
42,8 54,2
2. PertokoanPerdagangan
5,5 7,0
3. Perkantoran
0,5 0,6
4. Industri
0,5 0,6
5. Lapangan Olahraga
0,4 0,5
6. Kuburan
11 14
7. Kebun Campuran
4,0 5,1
8. Tanah Kosong
0,5 0,6
9.
Jalur Hijau 3,5
4,4
10.
Jalan 10,3
13
Jumlah 79
100
Sumber : Kelurahan Empang 2009
Tata guna lahan pada fase ketiga periode kemerdekaan mengalami perubahan yang cukup pesat. Lahan pemukiman mulai beralih fungsi menjadi
wilayah perdagangan dan jasa, terutama pada sisi Jalan Pahlawan, RA Wiranata, dan Jalan Raden Saleh. Kawasan tersebut tumbuh dan berkembang sebagai
kawasan perdagangan yang unik karena diramaikan oleh toko yang menjual peralatan beribadah bagi umat Islam maupun toko yang menjual oleh-oleh khas
Haji. Selain itu, pedagang hewan kurban meramaikan kawasan Empang terutama disekitar alun-alun saat menjelang Hari Idul Adha. Fungsi alun-alun saat ini telah
berubah menjadi lapangan olah raga. Sementara kebutuhan akan pemukiman yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan pemukiman di sepanjang bantaran
Sungai Cisadane semakin banyak.
Gambar 13. Tata Guna Lahan Kelurahan Empang
Rencana Tata Ruang Kecamatan Bogor Selatan
Kecamatan Bogor Selatan diarahkan untuk mewujudkan fungsi sebagai kawasan pemukiman ber-KBD rendah, kawasan perdagangan dan jasa, serta
kawasan konservasi ekologis sungai Gambar 14, sehingga pembentukan struktur ruang didasarkan pada fungsi tersebut Pemda Kota Bogor, 2002.
Berdasarkan Buku Rencana Pemerintah Kota Bogor 2002, Kelurahan Empang termasuk dalam wilayah perencanaan Sub BWK A bersama dengan
Kelurahan Bondongan, Batutulis, dan Lawanggintung. Sub BWK A memiliki laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga ditetapkan sebagai
Ibu Kota Kecamatan Bogor Selatan. Kegiatan perdagangan dan jasa yang mendominasi adalah kegiatan perbelanjaan dan aneka industri kecilrumah tangga.
Kegiatan pertanian sangat sedikit presentasenya, dan hanya terdapat di Kelurahan Lawanggintung. Ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum merata di
keempat kelurahan. Jalur angkutan kota melintasi dan melayani keempat kelurahan secara menyeluruh dan merata dengan ditunjang oleh sarana prasarana
jalan yang relatif baik dan menghubungkan wilayah Sub BWK A dengan pusat kota Bogor.
Dengan potensi dan kendala yang dimiliki wilayah perencanaan Sub BWK A Kecamatan Bogor Selatan, meliputi Kelurahan Empang, Kelurahan Bondongan,
Kelurahan Batu Tulis, dan Kelurahan Lawanggintung, maka ditetapkan Rencana Penggunaan Lahan untuk wilayah Sub BWK A Tahun 2002-2012
mengakomodasi fungsi perdagangan dan jasa sebagai kegiatan utama serta fungsi pemukiman, pendidikan, dan konservasi ekologis sungai sebagai kegiatan
pendukung. Rencana Penggunaan Lahan untuk Kelurahan Empang periode tahun
2002-2012 mengalokasikan lahan sepanjang penggal Jalan Pahlawan, Jalan Raden Saleh, dan Jalan RA Wiranata diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan dan jasa.
Sebagian besar wilayah di Kelurahan Empang diperuntukkan bagi pemukiman. Sementara kawasan konservasi diterapkan pada kawasan di sepanjang bantaran
Sungai Cisadane dan Sungai Cipakancilan.
Gambar 14. Rencana Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2002-2012
2 Kondisi Sosial Masyarakat
Penduduk Kelurahan Empang pada awal tahun 2009 berjumlah 16.414 jiwa, terdiri dari 8.354 penduduk laki-laki dan 8.060 penduduk perempuan.
Berdasarkan data monografi Kelurahan Empang tahun 2009, apabila dilihat dari golongan umur, maka 58,17 persen penduduk berada pada kelompok umur 15-49
tahun, 36,38 persen pada kelompok 0-14 tahun dan 5,45 persen pada kelompok umur 50 tahun keatas. Kepadatan penduduk per km persegi menunjukkan bahwa
Kelurahan Empang menempati urutan tertinggi di Kecamatan Bogor Selatan, dengan kepadatan penduduk sebesar 207 jiwa km
2
. Mayoritas penduduk di Kelurahan Empang memeluk agama Islam sebesar
88,30 dari jumlah penduduk dan merupakan etnis Sunda dan keturunan Arab- Sunda yang telah sejak lama mendiami kawasan ini. Kemudian menyusul
berturut-turut agama Protestan dianut oleh 5,85 , agama Katholik 4,45 , agama Budha 0,65 , agama Hindu 0,39 , dan Konghuchu 0,36 dari jumlah
penduduk. Jumlah penduduk menurut agama atau penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk memenuhi kebutuhan
beribadah, sarana peribadatan di Kelurahan Empang pada tahun 2009 tercatat memiliki 14 buah Masjid dan 14 Musholla.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Agama
No. Agama
Jumlah jiwa Jumlah dari
Jumlah Penduduk
1. Islam
14.494 88,30
2. Protestan
960 5,85
3. Katholik
730 4,45
4. Budha
106 0,65
5. Hindu
64 0,39
6. Konghuchu
60 0,36
Jumlah 16.414
100 Sumber : Kelurahan Empang 2009
Saat ini mata pencaharian penduduk Kelurahan Empang terbilang beragam. Bidang pekerjaan masyarakat sebagian besar bergerak pada sektor
perdagangan dan jasa. Wilayahnya yang sebagian besar merupakan area terbangun tidak memungkinkan untuk bekerja pada sektor pertanian langsung on
farm. Rincian jumlah penduduk menurut mata pencaharian dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Jenis Pekerjaan
Jumlah jiwa Jumlah dari
Jumlah Usia Produktif
1. PNS
180 2,41
2. TNI
178 2,39
3. Polri
210 2,82
4. Pegawai SwastaBUMN
1.392 18,66
5. WiraswastaPedagang
2.620 35,12
6. Pertukangan
35 0,47
7. Pensiunan
245 3,28
8. Jasalain-lain
2.600 34,85
Jumlah
7.460 100
Sumber : Kelurahan Empang 2009
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah jiwa
1. Taman Kanak-Kanak
210 2.
Sekolah DasarMI 1.079
3. SMPMTs
4.174 4.
SMAAliyah 5.401
5. AkademiD1-D3
660 6.
SarjanaS1-S3 462
Jumlah 11.986
Sumber : Kelurahan Empang 2009
Masyarakat kawasan Empang saat ini merupakan mayarakat multi etnis karena komponen masyarakatnya terdiri dari berbagai latar belakang budaya
seperti Sunda, Jawa, Arab, dan Cina. Akulturasi dan asimilasi antar etnis yang terjadi sejak masa kolonial Belanda menghasilkan ragam budaya yang unik.
Namun perpaduan kebudayaan antara etnis Arab dan Sunda terasa paling menonjol dan tercermin melalui beragam aktivitas budaya dan ekonomi yang
terjadi di kawasan Empang saat ini.
4.2 Identifikasi Lanskap Sejarah Kawasan Empang