masa lalu secara lebih jelas. Elemen tersebut tersebar dalam jumlah yang sedikit sehingga membentuk integritas karekter lanskap sejarah yang lemah. Keragaman
yang berbeda dari kebiasaan dapat terlihat dengan keberadaan bangunan- bangunan kuno bergaya tradisional maupun kolonial indische yang berfungsi
sebagai rumah tinggal dalam pemukiman pribumi. Elemen lanskap tersebut menjadi contoh keragaman perwakilan tipe elemen bersejarah yang khas di Kota
Bogor. Kualitas estetik dalam zona III masih dapat menunjukkan nilai estetika atau gaya arsitektur masa lalu yang unik pada elemen-elemen pembentuknya,
seperti pada bangunan rumah tinggal di Jalan Sadane No. 71.
4.3.3 Hasil Analisis
Overlay peta keaslian dan keunikan lanskap sejarah kawasan Empang menghasilkan sebuah peta komposit Gambar 42 yang dapat mencerminkan
kualitas dan nilai sejarah dari setiap zona dalam kawasan. Perhitungan gabungan dari kedua aspek dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Penilaian Gabungan Aspek Keaslian dan Keunikan Lanskap Sejarah Kawasan Empang
Zona Nilai
Keaslian Nilai
Keunikan Total
Kategori
Zona I. Pusat Pemerintahan
11 10
22 Tinggi
Zona II.
Pemukiman Arab
8 9
17 Sedang
Zona III.
Pemukiman Pribumi
6 6
12 Rendah
Keterangan : Skor 8-13 = Rendah, Skor 14-18 = Sedang, Skor 19- 24 = Tinggi.
Perhitungan gabungan aspek keaslian dan keunikan menghasilkan klasifikasi zona dengan nilai signifikansi sejarah tinggi, sedang, dan rendah. Zona
I memiliki nilai signifikan sejarah tinggi dengan tingkat keaslian tinggi dan tingkat keunikan sedang. Zona II memiliki nilai signifikan sejarah sedang dengan
tingkat keaslian dan keunikan sedang. Zona III memiliki nilai signifikan sejarah rendah dengan tingkat keaslian dan keunikan rendah.
Gambar 42
Rencana Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2002-2012 dapat memberikan pengaruh terhadap kelestarian lanskap sejarah kawasan
Empang. Overlay peta komposit dan Rencana Penggunaan Lahan Kawasan Empang Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2002-2012 Gambar 43 dilakukan
untuk mengetahui ketiga zona di kawasan Empang dengan nilai signifikansi sejarah tinggi, sedang, dan rendah berada pada rencana penggunaan untuk
kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dan jasa, atau kawasan konservasi ekologis sungai.
Zona I dengan nilai signifikansi sejarah tinggi sebagian besar wilayahnya berada pada rencana penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa. Hal
ini dapat menurunkan kualitas nilai signifikansi sejarah pada zona I, karena rencana penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa secara umum
tidak sesuai dengan karakteristik lanskap sejarah yang dimiliki zona I sebagai kawasan bekas pusat pemerintahan pada masa lalu. Rencana penggunaan lahan
zona I terutama untuk wilayah Alun-alun Empang sebaiknya diarahkan untuk menjadi sebuah ruang terbuka publik skala kelurahan pada kawasan pemukiman.
Namun, rencana penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa juga dapat mengingkatkan kualitas nilai signifikansi sejarah pada zona I terutama
untuk wilayah Pasar Bogor yang terletak di sisi utara kawasan Empang, dengan tetap mempertahankan aktifitas ekonomi sebagai sebuah pasar tradisional dan
tidak mengubah karakteristik fisik bangunan bergaya arsitektur cina yang ada. Zona II dengan nilai signifikansi sejarah sedang sebagian besar
wilayahnya juga berada pada rencana penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa walaupun sebagian kecil masuk dalam rencana penggunaan
lahan untuk kawasan pemukiman dan kawasan konservasi ekologi sungai. Peruntukan lahan yang sudah direncanakan dapat meningkatkan kualitas nilai
signifikansi sejarah pada zona II apabila dalam pelaksanaannya berwawasan pelestarian kawasan bersejarah sehingga dapat mempertahankan karakteristik
lanskap sejarah zona II sebagai kawasan pemukiman Arab yang sudah ada sejak masa Kolonial Belanda. Aktivitas perdagangan dan jasa dapat dilakukan untuk
memperkuat karakteristik lanskap sejarah zona II dengan merencanakannya sebagai kawasan perdagangan dan jasa khusus yang menjual berbagai komoditi
barang dagangan khas masyarakat Arab. Wilayah perencanaannya dibatasi hanya untuk kawasan di sisi Jalan Pahlawan, Jalan Raden Saleh, dan Jalan RA Wiranata.
Rencana penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa tidak boleh merusak karakteristik lanskap sejarah baik secara fisik maupun nilai sejarah dan
budaya yang dimilikinya. Sedangkan rencana penggunaan lahan sebagai kawasan pemukiman pada zona II tidak boleh merubah karakteristik pola pemukiman Arab
dimana masjid tetap dipertahankan sebagai pusat pemukiman. Zona III dengan nilai signifikansi sejarah rendah hampir seluruh
wilayahnya berada pada rencana penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman walaupun ada sebagian kecil wilayah yang masuk dalam rencana penggunaan
lahan kawasan perdagangan dan jasa. Peruntukan lahan pemukiman ini tidak boleh dialih fungsikan menjadi kawasan perdagangan dan jasa, karena rencana
penggunaan lahan sebagai kawasan pemukiman sudah sesuai dengan karakteristik lanskap sejarah zona III sebagai kawasan pemukiman Pribumi pada masa
Kolonial Belanda. Namun, nilai signifikansi sejarah rendah pada zona III perlu ditingkatkan melalui perbaikan citra kawasan yang dapat memperkuat
karakteristik lanskap sejarah. Rencana penggunaan lahan untuk kawasan konservasi ekologis di sepanjang Sungai Cisadane dapat mendukung usaha
memperkuat citra lanskap sejarah zona III.
4.4 Persepsi, Pendapat, dan Keinginan Masyarakat Terhadap Lanskap
Sejarah Kawasan Empang
Masyarakat merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan lanskap bersejarah. Oleh karena itu
dilakukan wawancara kepada masyarakat untuk mengetahui persepsi, pendapat, dan keinginan mereka terhadap kawasan Empang. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan kuesioner terhadap 60 responden yang terdiri dari 30 responden masyarakat yang bermukim dalam kawasan Empang dan 30 responden
masyarakat Kota Bogor di luar kawasan Empang. Hasil wawancara selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan pelestarian kawasan Empang.
4.4.1 Masyarakat Empang
Pengetahuan terhadap sejarah perkembangan suatu kawasan dan nilai-nilai berharga yang dimilikinya merupakan aspek penting untuk menunjang
keterlibatan masyarakat dalam pelestarian lanskap sejarah. Hasil wawancara menyatakan bahwa 60 responden sudah mengetahui sejarah perkembangan
kawasan Empang. Namun 40 lainnya menyatakan tidak mengetahui sejarah perkembangan kawasan Empang. Pengetahuan masyarakat terhadap sejarah
perkembangan kawasan ini diperoleh dari cerita orang tua mereka maupun karena pernah mengalaminya secara langsung. Perbedaan pengetahuan terhadap sejarah
perkembangan kawasan Empang tidak mempengaruhi persepsi masyarakat, sebesar 100 responden sepakat bahwa kawasan Empang merupakan sebuah
kawasan bernilai sejarah dan memiliki budaya yang khas bila dibandingkan dengan daerah lain di Kota Bogor.
Selama responden tinggal di kawasan Empang, 56,7 mengatakan bahwa kawasan Empang mengalami banyak perubahan sementara 43,3 lainnya
mengatakan bahwa kawasan Empang tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi antara lain terkait dengan perubahan sarana dan prasarana
36,7 yang dapat menunjang kehidupan masyarakat, perubahan dalam komposisi masyarakat dengan bertambahnya anggota masyarakat barupendatang
23,3 yang bermukim di kawasan Empang, perubahan terkait alih fungsi bangunan tinggal menjadi toko 16,7, perubahan lingkunganlanskap 13,3
seperti perubahan lahan terbuka menjadi pemukiman ataupun area pemukiman yang berubah menjadi area perdagangan, serta perubahan terkait aktivitas
masyarakat 10 yang mulai meninggalkan budaya khas masyarakat Arab dan Sunda.
Sejarah kawasan Empang yang pada masa pemerintah Kolonial Belanda dikhususkan sebagai pemukiman bagi etnis Arab masih dapat dirasakan
keberadaannya hingga saat ini. Sebesar 60 responden berpendapat bahwa kawasan Empang masih memiliki karakteristik sebagai kawasan pemukiman Arab
sedangkan 40 responden lainnya berpendapat bahwa kawasan Empang saat ini merupakan pemukiman campuran antara masyarakat sunda dengan masyarakat
keturunan Arab. Beberapa elemen lanskap sejarah yang terdapat di kawasan