perlindungan benda bersejarah merupakan bagian penting dari perencanaan kota. Perlindungan ini dapat meliputi penggunaan kembali yang bersifat adaptif,
rehabilitasi, dan pembangunan kembali kawasan kuno yang terletak di pusat kota.
Sedangkan menurut
Goodchild 1990
beberapa alasan
yang melatarbelakangi pelestarikan suatu lanskap bersejarah adalah :
1. Lanskap bersejarah merupakan bagian yang penting dan integral dari warisan
budaya cultural heritage. Keberadaannya dapat mendefinisikan warisan alam sebagai suatu referensi atau landmark yang dapat dimengerti dan juga
bernilai penting. 2.
Lanskap bersejarah dapat menjadi bukti fisik dan arkeologi dari sejarah suatu warisan budaya.
3. Lanskap bersejarah memberi kontribusi untuk keberlanjutan pembangunan
kehidupan berbudaya, keberadaannya dapat dimanfaatkan sebagai obyek yang dapat dikunjungi dan dipelajari.
4. Lanskap bersejarah dapat memberikan suatu kenyamanan publik public
amenity, karena dapat menjadi tempat bersantai, rileks, rekreasi, serta dapat membangkitkan semangat dan menemukan inspirasi.
5. Lanskap bersejarah memiliki nilai ekonomis karena dapat memberikan
keuntungan serta mendorong kepariwisataan.
Goodchild 1990 menyimpulkan bahwa lanskap sejarah merupakan sebuah sumberdaya penting dan merupakan sesuatu yang esensial apabila dikelola
dengan cerdas dan dengan cara yang tepat, terutama pada kawasan yang mengalami pembangunan cepat.
2.5 Tindakan Pelestarian Kawasan Bersejarah
Tindakan, perlakuan, atau treatment kegiatan pelestarian adalah berbagai upaya atau proses penerapan cara-cara untuk dapat mempertahankan, mendukung
keutuhan bentuk dan karakter dari suatu daerah, tapak, dan termasuk juga elemen pembentuknya. Harris dan Dines 1988 mengemukakan beberapa bentuk
tindakan pelestarian lanskap sejarah yang umum dilakukan Tabel 1.
Tabel 1. Tindakan Pelestarian Kawasan Sejarah Harris dan Dines, 1988
No. Pendekatan Definisi
Implikasi
1. Preservasi
Mempertahankan tapak seperti kondisi
awal tanpa melakukan penambahan maupun
merusaknya. Intervensi campur tangan
rendah, melindungi lanskap sejarah tanpa perusakan.
Tanpa membedakan perkembangan tapak.
2. Konservasi
Mencegah bertambahnya
kerusakan pada tapak atau elemen tapak.
Melindungi lanskap bersejarah, terkadang melibatkan sedikit
penambahan atau penggantian. Pemakaian teknologi dan
adanya pengujian
secara keilmuan.
3. Rehabilitasi
Meningkatkan standar modern dengan tetap
memperkenalkan dan mempertahankan
karakter sejarah. Terbatasnya
penelitian mengenai
sejarah untuk
mengetahui elemen
yang sesuai.
Adanya kesatuan antara elemen sejarah dan modern.
Melibatkan tingginya tingkat intervensi, sehingga semakin
menghilangkan lanskap
sejarah. 4.
Restorasi Mengembalikan
seperti kondisi awal tempo dulu sebisa
mungkin. Mengembangkan
penelitian kesejarahan secara luas dan
tepat. Pada umumnya melibatkan
tingkat intervensi yang tinggi. Penggantian konstruksi dan
desain. 5.
Rekonstruksi Menciptakan kembali seperti kondisi awal,
dimana tapak
eksisting sudah tidak bertahan lagi.
Melakukan penelitian
mengenai sejarah dan arkeologi untuk memperoleh ketepatan.
Mengembangkan desain,
elemen, dan artifak apabila diperlukan.
Mempertimbangkan tapak
museum yang sesuai. 6.
Rekonstitusi Menempatkan
atau mengembalikan
periode waktu, skala, penggunaan, dan
lainnya yang sesuai. Memperluas
penelitian kesejarahan
untuk mempertahankan karakter dan
pola yang akan dikembangkan.
Sementara Goodchild 1990 menyatakan bahwa tindakan pelestarian yang dapat diterapkan pada suatu kawasan atau bagiannya, terdiri dari satu atau
campuran dari beberapa tindakan dengan kombinasi yang berbeda. Beberapa tindakan pelestarian tersebut antara lain :
1. Rekontruksi, yaitu mengembalikan keadaan suatu obyek atau tempat yang
pernah ada, tetapi sebagian besar telah hilang atau sama sekali hilang. 2.
Preservasi, yaitu menjaga suatu obyek pada kondisi yang ada, dengan mencegah kerusakan dan perubahan.
3. Pemberian informasi, sebagai pedoman atau saran kepada pengelola,
penghuni, dan pihak yang terkait, seperti pemerintah. 4.
Meningkatkan pengelolaan dan perawatan pada tapak. 5.
Perbaikan obyek, yaitu memperbaiki obyek yang telah rusak atau keadaannya telah memburuk dengan tidak merubah karakter atau keutuhan obyek.
6. Meningkatkan karakter sejarah pada tapak melalui tindakan perbaikan,
rekonstruksi, atau pembuatan desain baru berdasarkan nilai sejarah. 7.
Stabilitas dan konsolidasi, yaitu memperbaiki dan menyelamatkan obyek dari segi struktur tanpa mengubah atau dengan perubahan yang minimal pada
penampakan dan keutuhan sejarahnya. 8.
Memperbaiki karakter estetis dari tapak melalui tindakan perbaikan, pembaharuan, rekonstruksi, atau desain baru berdasarkan nilai sejarah.
9. Adaptasi atau revitalisasi, yaitu menyesuaikan suatu obyek pada suatu
kawasan untuk keadaan atau penggunaan baru yang sesuai, yang dilakukan dengan pemahaman yang mendalam terhadap karakter sejarah yang dimiliki
obyek, sehingga karakter dan keutuhan kawasan asli dapat tetap terpelihara.
Kriteria untuk melakukan tindakan pelestarian didasarkan atas pertimbangan faktor-faktor berikut Nurisjah dan Pramukanto, 2001:
1. Makna sejarah Historical significance
Pertimbangan didasarkan pada kepentingan relatif dari makna kesejarahan dan keunikan. Harris dan Dines 1988 menyebutkan bahwa makna
kekhususan sejarah dari suatu lanskap meliputi beberapa kriteria seperti kumpulan lahan, tata guna lahan, perlakuan terhadap topografi, hubungan
spasial, pola sirkulasi, seleksi bahan tanaman, disposisi dari bahan tanaman, tipe struktur, penempatan struktur, ornamental features, sistem yang
fungsional, kualitas estetik, dan place in oeuver of designer. Sedangkan untuk makna keunikan sejarah dari suatu lanskap, Harris dan Dines 1988
menyebutkan bahwa kualitas estetik, inovasi teknologi, asosiasi kesejarahan, keragaman yang berbeda dari kebiasaan, integritas, dan place in oeuver of
designer merupakan kriteria untuk mengetahui keunikan suatu lanskap sejarah.
2. Extant historic resource
Pertimbangan didasarkan pada jumlah dan tipe feature utama yang terkait dengan periode sejarah tapak tersebut. Integritas historikal dari berbagai
sumberdaya yang dapat dipertahankan keberadaannya Historical integrity of surviving resource.
3. Kondisi dari sumberdaya sejarah
Pertimbangan didasarkan pada kondisi struktural dan kondisi material tanaman dari suatu lanskap sejarah.
4. Seleksi periode sejarah
Pertimbangan didasarkan pada kepentingan asosiasi sejarah, ketersediaan sumberdaya eksisting saat ini, keterpaduan dari sumberdaya yang tersedia,
keterkaitan antara sumberdaya eksisting dengan keterkaitan sejarah, kondisi sumberdaya saat ini, dan ketersediaan informasi sejarah periode yang otentik
untuk upaya restorasi.
2.6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor